rumput laut













Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Pemkot Tarakan diminta segera membuat peraturan atau regulasi. Perlindungan bagi nelayan dan pembudidaya rumput laut sekaligus perlindungan bagi lingkungan agar kegiatan ekonomi berjalan secara berkelanjutan serta tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang lain terutama dalam sistem transportasi.

“Regulasi penting terutama dalam menjaga stabilitas harga supaya tidak anjlok dan justru sangat merugikan para petani. Saya mendapat informasi saat ini harga rumput laut 15 ribu per kg dimana sebelumnya 18 ribu namun ternyata harga yang diberikan kepada petani hanya 8 ribu. Karenanya saya minta Bupati Bulungan dan Walikota Tarakan untuk segera membuat regulasi yang komprehensif. Bahkan kalau perlu, kita akan keluarkan pergub (peraturan gubernur),”ujar Irianto saat membuka sekaligus menjadi keynote speaker dalam Semiloka.

Seminar dan lokakarya (semiloka) dengan tema Mendorong Pengembangan Industri Hasil Perikanan dan Rumput Laut dalam Rangka Percepatan Pembangunan Ekonomi Kalimantan Utara di kampus Universitas Borneo, Tarakan, Kamis (9/10). Hadir pula Walikota Tarakan Ir Sopian Raga, Bupati Nunukan Drs Basri, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Timur Ameriza Ma’ruf Moesa, Rektor UB Dr Bambang Widigdo dan yang mewakili Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian.

Selain regulasi yang melindungi nelayan dan pembudidaya rumput laut, Irianto juga mengusulkan di Nunukan dan Tarakan dibentuk semacam Lembaga Penyangga yang berfungsi untuk menjaga stabilitas harga sehingga petani tetap diuntungkan saat terjadi panen besar. Selain itu membantu petani agar kian semangat mengembangkan budidaya rumput laut. 

Dicontohkan di Kabupaten Bantul, pemerintahnya memiliki gudang cukup besar untuk menampung padi hasil pembelian dari petani. Meskipun panen besar dan padi melimpah, para petani tetap dihargai hasil panennya dengan baik. Selanjutnya dengan menggunakan armada yang dimiliki dan sewa, hasil panen itu dijual ke pasar di Jakarta dengan harga pasar.

Ia memberikan apresiasi dengan kegiatan semiloka yang diselenggarakan Perwakilan Bank Indonesia Kaltim bekerjasama dengan Universitas Borneo dan Pemkot Tarakan. Namun hendaknya mampu diimplementasikan sehingga menimbulkan dampak berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kaltara. Terlebih dalam pertemuan hadir para pelaku bisnis di bidang industri perikanan dan rumput laut dengan lembaga keuangan. Selain itu dengan melibatkan perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan informasi aktual dan terkini mengenai teknologi pengembangan industri perikanan dan pengolahan rumput laut yang akan bermanfaat bagi para pelaku bisnis.

“Dengan kegiatan semiloka ini semua pihak mulai dari pemerintah, kalangan akademisi, para pelaku bisnis bisa melakukan sinergitas dan kerjasama dalam pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dan rumput laut. Tentu saja pihak Bank Indonesia dapat memberikan kemudahan-kemudahan perkreditan bagi usaha-usaha di sektor perikanan termasuk petani rumput laut,”ujarnya. (drm/dishubkominfo)

Selalu Bekerja Keras dan Pantang Menyerah

Penjabat Gubernur Kalimantan Utara Dr H Irianto Lambrie dalam semiloka juga mengajak para peserta untuk merenung sejenak, introspeksi diri telah sejauh mana proses kehidupan yang dijalani mulai kehidupan pribadi, rumah tangga, bisnis serta pekerjaan dan karir.

Ia mengatakan untuk mencapai destinasi itu, mengutip pakar Paul G Stoltz PhD yang dikutip Djokosantoso Moeljono dalam bukunya The Climbers, disebutkan manusia itu ibarat pendaki. Jenis pertama Quitters yang memilih berhenti, menghindari kewajiban dan mundur serta menolak kesempatan untuk menggapai keindahan yang ditawarkan di puncak pegunungan. Jenis kedua berkemah atau Campers, yang melakukan pendakian tidak terlalu jauh dan memilih berkemah serta menghabiskan hidupnya di tanah datar yang ditemukan. Terakhir pendaki atau Climbers yang seumur hidupnya mengabdikan diri untuk melakukan pendakian atau pencapain tujuan organisasi.

“Saya berdoa dan berharap, kita masuk tipe Climbers yang selalu bekerja keras, pantang menyerah dan tidak mudah mengeluh menghadapi tantangan hidup. Para pendaki sesekali memasang tenda dan beristirahat tetapi setelah tubuhnya segar, kembali meneruskan perjalanan pendakian. Bersyukurlah jika kita mampu menjadi seorang pendaki tangguh karena ketika berhasil mencapai puncak sebuah gunung masih ada gunung lain yang dapat kita daki,”ujarnya. *

Reporter  : Darajat Mazunus/Hms Pemprov Kaltara.
Editor      : Sahriansyah.