...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Rabu, 17 Agustus 2011

BEBAN BISNIS RUMPUT LAUTYANG MEMBERATKAN PETANI

KOMPONEN BIAYA PERDAGANGAN RUMPUT LAUT DI NUNUKAN YANG TINGGI MENJADI BEBAN PETANI

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Sudah agak lama Aren Foundation curiga, bahwa sebenarnya system perdagangan rumput laut di Nunukan ini tidak sehat dan kemudian cenderung semakin memberatkan petani. Kecurigaan itu semakin terbukti akhir-akhir ini, yaitu manakala harga di tingkat petani sedemikian anjloknya yang mencapai Rp 5.500 dan yang tertinggi hanya mencapai Rp 6.700 per kilogram rumput laut kering. Maka pantas saja para petani melalui Perhimpunan Petani Rumput Laut Nunukan sampai mendatangi DPRD Kabupaten Nunukan untuk mengadukan nasibnya. Tentu saja upaya seperti ini belum merubah apa-apa, belum juga bisa mengangkat harga yang kian merosot.

Ironisnya, pada saat kemudian pedagang rumput laut dari Surabaya dan Batam melakukan aksi pembelian dalam jumlah banyak dan dengan harga yang mencapai Rp 7.300 per kilogram, pedagang rumput laut local malah mencak-mencak. Maunya pedagang local mereka saja yang mengatur harga tingkat petani Nunukan, sedang pedagang dari luar tidak boleh masuk.

Sebenarnya dengan kedatangan pedagang dari luar Nunukan petani rumput laut sangat senang, karena mereka membeli dengan harga yang lebih tinggi. Selama tidak ada pedagang dari luar Nunukan harga dikontrol oleh pedagang-pedagang local dengan semaunya saja, bahkan harga cenderung terus menurun. Dengan demikian nasib lebih dari 1.400 petani rumput laut hanya diatur oleh beberapa gelintir pedagang local yang tidak tahu diri ini.

Rumput laut dari Nunukan selama ini oleh para pedagang dikirim ke Makasar dan Surabaya. Pengiriman ke Makasar biasanya menggunakan jalur pelabuhan Nunukan dengan Kapal Penumpang dan Barang jurusan Pare Pare. Biasanya rumput laut diangkut kapal dalam bentuk kemasan karung menuju Pelabuhan Pare Pare, kemudian dilanjutkan dengan diangkut truk dari Pelabuhan Pare-Pare menuju gudang Pabrik atau Eksportir yang ada di Makasar.

Sedangkan jalur perdagangan dari Nunukan ke Surabaya, biasanya menggunakan peti kemas alias container ukuran 20 feet dan diangkut oleh Kapal Barang jurusan Nunukan Surabaya. Dalam setiap container biasanya mampu menampung sekitar 150 karung dengan susunan lebar 5 karung, tinggi tumpukan 6 karung dan panjang barisan 5 karung. Setiap karung biasanya diisi sekitar 90 kg rumput laut kering, sehingga dalam setiap container mempunyai kapasitas angkut seberat 13,5 ton rumput laut kering.

Dari seorang pedagang local yang bekerja sama dengan eksportir dari Batam, yaitu Pak Ismail dan Pak Eka Wijaya, penulis mendapatkan rincian komponen biaya-biaya yang diduga mengandung ketidakberesan dalam system perdagangan rumput laut di Nunukan. Dimana sebenarnya biaya-biaya itu tidak semestinya menjadi beban pedagang, terlalu tinggi atau bahkan sebenarnya biaya itu diada-adakan oleh oknum-oknum tertentu.

Kenapa ini terjadi? Sistem yang kacau ini memang memungkinkan para siluman untuk bermain. Sistem yang tidak jelas, yang masih remang-remang, karena belum adanya peraturan dan belum adanya yang mengawasi, cenderung dimainkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Inilah yang nanti menyebabkan biaya yang ditanggung oleh para pedagang terlalu tinggi. Dengan demikian yang paling gampang bagi para pedagang, yaitu membebankan biaya-biaya yang ditanggungnya itu kepada para petani, dengan cara menurunkan harga. Bahkan ‘kerugian-kerugian’ yang ditanggungnya pada pengiriman sebelumnya dibebankan pada harga pembelian pada pengiriman yang kemudian.

Mari kita lihat catatan dari Pak Eka Wijaya ketika mengirimkan rumput lautnya ke Pedagang Rumput Laut dari Batam yang dikirim melalui pelabuhan Surabaya. Komponen biaya perdagangan rumput laut dari Nunukan ke Surabaya untuk hitungan per container kapasitas 20 feet :

1. Pembelian karung sebanyak 150 lembar @ Rp 5.000 = Rp 750.000,-

2. Biaya pengisian (sasak) rumput laut ke dalam karung @ Rp 5.000 x 150 karung = Rp 750.000,-

3. Biaya buruh angkat karung rumput laut ke container @ Rp 10.300 x 150 karung = Rp 1.545.000,-

4. Biaya angkut truk (50 karung/ rit) dari gudang ke pelabuhan 3 rit x Rp 150.000 = Rp 450.000,-

5. Biaya surat karantina Rp 550.000,-

6. Biaya administrasi pelabuhan Rp 1.000.000,-

7. Biaya masuk truk ke areal pelabuhan 3 truk x Rp 60.000 = Rp 180.000

8. Biaya Loading container dari Nunukan ke Pelabuhan Surabaya Rp 5.551.000,-

Jumlah biaya per container = Rp 9.576.000

Apakah itu saja? Ternyata tidak, masih ada komponen-komponen biaya yang bisa saja membengkak dan lebih besar, ini sifatnya tidak terduga atau tidak diperhitungkan sebelumnya. Biaya lain yang tidak terduga itu antara lain adalah :

1. Pembelian di tingkat petani

2. Kemungkinan penyusutan dari kelembaban

3. Upah tenaga angkut ke gudang, biaya pengeringan, biaya sasak, dll.

4. Biaya angkut dari tempat petani ke gudang penampungan

5. Dll.

Dari gambaran seperti di atas, wajar saja kalau para pedagang local itu berbuat seperti seolah tidak bertanggung jawab atau maunya sendiri. Ini bisa terjadi karena para pedagang juga mengalami ketikjelasan system para pabrikan atau eksportir, bahkan mereka tidak mampu membuat kompromi yang saling menguntungkan. Ketidakmampuan komunikasi bisnis inilah yang kemudian menciptakan suasana bisnis rumput laut ini semakin tidak jelas juga, bahkan cenderung merugikan para petani.

Sepertinya ini terjadi di semua wilayah yang aturan-aturannya belum jelas, pedagang yang memperebutkan jatah rejeki rumput laut ini belum kompetitif, pemerintah juga masih penuh keraguan untuk intervensi, sementara para petani sangat lemah baik permodalan, kelembagaan dan jaringannya. Di Nunukan itu semua terjadi karena hampir seluruh keadaan itu memang ada disana.

Bagaimana menurut Anda??

Selasa, 19 Juli 2011

Produk Suplemen dari Ekstrak Rumput Laut

Produk Suplemen dari Ekstrak Rumput Laut


Spray dryer untuk mengolah bahan cair menjadi ekstrak yang padat secara hiegenis dan cepat, layaknya membuat susu bubuk dari susu cair atau membuat santan kelapa menjadi bubuk tepung santan kelapa


Super Nutrisi Licotonex merupakan produk suplemen kesehatan dengan bahan dasar rumput laut yang diekstrak dengan cara yang hiegenis dengan alat mesin super modern dan jika dikonsumsi secara teratur sangat berkhasiat, menyehatkan, menguatkan dan menyembuhkan serta menjaga kesehatan benar-benar prima dan super


Salah satu produk ekstrak berbahan rumput laut dari luar negeri yang beredar di Indonesia


Jumat, 08 Juli 2011

TEKNOLOGI PENANGANAN RUMPUT LAUT

TEKNOLOGI PENANGANAN RUMPUT LAUT

Oleh : Th. Dwi Suryaningrum


Rumput laut merupakan salah satu komoditi perikanan Indonesia yang cukup potensial sebagai penghasil devisa negara. Beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomis tinggi dan telah diusahakan adalah rumpu laut merah (Rhodophyceae) dan rumput laut coklat (Phaeophyceae). Beberapa jenis rumput laut yang tergolong Rhodophyceae adalah Gracillaria sp., Gellidium sp., Gellidiela sp., dan Gellidiopsis sp. .merupakan penghasil agar-agar serta Eucheuma sp. yang merupakan penghasil karaginan. Sedangkan jenis rumput lau yang tergolong dalam Phaeophyceae adalah Turbinaria sp. , Sargasuum sp. sebagai penghasil alginat.

Beberapa jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) telah berhasil dibudidayakan dan berdampak besar terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesirsir. Jenis rumput laut yang telah berhasil dibudidayakan adalah jenis Kapphapychus alverezzi atau yang dikenal dengan Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis ini merupakan penghasil karaginan yang banyak digunakan sebagai bahan baku dan tambahan untuk industry makanan, minuman, kosmetik, farmasi, cat, tekstil dan lain sebagainya. Oleh karena itu permintan rumput laut jenis ini meningkat 5 – 10 % setiap tahunnya. Sedangkan rumput laut Gracillaria sp. yang dibudidayakan di tambak merupakan penghasil agaragar yang banyak digunakan untuk industri makanan, media mikrobiologi dan bioteknologi.

Hasil budidaya rumput laut tersebut selain untuk memenuhi industri rumput laut di dalam negeri sebagian masih diekspor. Dalam perdagangan, harga rumput laut ditentukan berdasarkan kualitas atau mutu rumput laut yang dijual. Rumput laut harus memenuhi standar yang dikeluarkan oleh SNI 1998 , yaitu untuk jenis Eucheuma sp kadar air rumput laut harus maksimum 35 %, kadar kotor maksimum 5 % dan ratio antara CAW dan kadar garam terlarut lebih besar dari 1.2. Sedangkan untuk rumput laut jenis Gracilaria sp. kadar air maksimum 15% dan kadar kotor maksimum 5%. Untuk mendapatkan mutu rumput laut yang baik maka teknik penanganan rumput laut harus diperhatiakan sejak pemanenen, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.

Dalam perdagangan dikenal berbagai komoditi rumput laut yaitu rumput laut kering sebagai bahan untuk industri, rumput laut alkali (Alkali Treated Seaweed atau ATC) dan rumput laut kering tawar. Rumput laut alkali adalah rumput laut yang telah mendapat proses perendaman dalam larutan alkali dingin, sehingga diperoleh pikokoloid yang mempunyai sifat fisiko kimia yang lebih baik. Rumput laut kering tawar adalah rumput laut yang telah direndam dan dicuci dengan air tawar, biasanya digunakan untuk makanan seperti bahan es campur, manisan dan dodol rumput laut.

I. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering

Untuk mendapatkan rumput laut kering yang bermutu, maka beberapa aspek yang berpengaruh terhadap mutu rumput laut harus diperhatikan antara lain :

1. Pemanenan

Rumput laut dikatakan bermutu baik, jika mempunyai rendemen serta kekuatan gel yang tinggi Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu rumput laut adalah umur panen. Umur panen rumput laut untuk jenis Eucheuma cottonii adalah 45 - 55 hari (6 – 8 minggu). Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umur tersebut produksi rumput laut paling tinggi dengan rendemen karaginan serta kekuatan gel yang optimal.

Karaginan merupakan karbohidrat hasil proses fotosintesa, sebelum umur 45 hari proses fotosintesa rumput laut digunakan untuk pertumbuhan, sebaliknya setelah rumput laut berumur lebih dari 50 hari proses fotosintesa digunakan untuk regenerasi tunas baru. Panen yang dilakukan sebelum umur panen yang optimal akan berpengaruh terhadap rendahnya rendemen karaginan serta tingkat kekuatan gel karaginan yang dihasilkan.

Rumput laut sebaliknya dipanen pada pagi hari, pada saat cuaca cerah. Untuk jenis Eucheuma sp. rumput laut dipanen dengan melepas bentangan tali yang digunakan untuk mengikat rumput laut. Rumput laut kemudian dicuci dengan air laut untuk membersihkan lumpur atau kotoran lain yang menempel. Rumput laut kemudian dilepaskan dari tali pengikatnya, dibersihkan dari benda-benda asing seperti tali rafia, koral, kekerangan, potongan kayu dan kotoran lainnya, kemudian baru dijemur.

Untuk rumput laut Gracilaria sp. sebagai penghasil agar-agar yang dibudidayakan di tambak panen dilakukan setelah rumput laut berumur 3 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal thallus, sehingga sisa thallus dapat tumbuh kembali dan panen berikutnya dapat dilakukan setelah rumput laut berumur 2 bulan. Rumput laut kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air tambak sehingga lumpur yang menempel hilang. Sedangkan untuk jenis Sargassum sp sebagai penghasil alginat yang masih diambil dari alam, sebaiknya panen dilakukan setelah berumur 4 bulan dengan cara memotong thallusnya. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong berupa pisau dan diambil thallusnya sepanjang + 30 cm dari ujung thallus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila panjang thallus kurang dari 40 cm, maka alginate yang dihasilkan memiliki komponen antara manuronat dan guluronat lebih besar dari satu, sifat tekstur gelnya lebih kenyal dan sangat baik untuk dignakan sebagai bahan kosmetik Sebaliknya apabila panjang thallusnya lebih dari 40 cm maka alginat yang dihasikan memiliki ratio antara manuronat dan guluronat kurang dari 1 .

2. Pengeringan

Setelah dipanen rumput laut harus segera dikeringkan, penundaan pengeringan akan menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang berakibat menurunnya mutu karaginan yang dihasilkan. Pengeringan rumput laut sebaiknya dilakukan ditempat terbuka jauh dari pemukiman penduduk dekat dengan pantai atau tempat budidaya sehingga cukup mendapat sinar matahari. Pengeringan sebaiknya menggunakan alas atau tidak langsung di atas tanah, pasir atau pematang. Pengeringan dengan para-para penjemuran akan lebih baik, karena dengan pengeringan seperti ini rumput laut lebih cepat kering dan tidak terkontaminasi pasir atau benda asing lainnya.

Pengeringan dapat dilakukan selama 2-3 hari atau kadar air mencapai standar kekeringan untuk rumput laut yang telah ditetapkan SNI yaitu untuk jenis Eucheuma 32 %, Gracilaria 25% dan untuk Sargassum dan Turbinaria sebesar 20%. Segera setelah kering rumput laut dibersihkan dari kristal-kristal garam yang berwarna putih yang terdapat pada permukaan rumput laut. Adanya kristal garam yang bersifat higroskopis dapat berakibat menurunnya kadar air rumput laut selama penyimpanan. Yang perlu diperhatikan adalah selama pengeringan rumput laut tidak boleh kena air hujan, yang dapat menyebabkan menurunnya mutu rumput laut yang dihasilkan.

3. Pengemasan dan Penyimpanan

Rumput laut yang telah kering selanjutnya dikemas dengan menggunakan kemasan berupa karung plastik atau goni yang bersih dan bebas dari bahan yang berbahaya. Oleh karena rumput laut merupakan bahan yang bersifat mengembang, maka untuk pengemasannya diperlukan alat pengepres hidrolik sehingga diperoleh kemasan yang berbentuk persegi empat dengan isi kemasan yang padat dan volume kemasan yang cukup kecil. Berat kemasan sebaiknya tidak lebih dari 50 kg, sehingga mudah untuk diangkat. Setelah dikemas rumput laut kemudian diberi label yang memuat nama rumput laut serta berat masing-masing kemasan. Setelah dikemas rumput laut dapat langsung dikirim untuk dijual atau disimpan dalam gudang yang bersih dan tidak lembab. Lantai gudang tempat penyimpanan sebaiknya diberi pallet kayu. Penempatan rumput laut dalam gudang diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh diding gudang.

II. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering Alkali

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii, akhir-akhir ini banyak diminta dalam bentuk kering alkali sebagai bahan baku untuk industri karaginan. Rumput laut yang telah mendapat proses alkali mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan rumput laut kering biasa. Rumput laut ini diproses dengan cara perendaman rumput laut segar dalam larutan alkali. Perendaman dalam larutan alkali dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan gel pikokoloid yang diperoleh. Prosesnya disebut alkali dingin dan rumput laut yang telah mendapatkan proses perendaman dalam larutan alkali ini disebut dengan Alkali Treated Seaweed.

Perendaman dilakukan segera setelah rumput laut dipanen dan dibersihkan. dengan menggunakan larutan KOH 1.5 – 3 % dalam bak plastik atau bak semen selama 2 – 3 jam. Setelah proses perendaman selesai rumput laut kemudian dicuci dengan menggunakan air laut sampai netral, kemudian dijemur.

Perendaman dalam larutan alkali selain dapat meningkatkan gel pikokoloid yang diperoleh, juga diperoleh warna rumput laut yang lebih kering serta sifat fisiko kimia karaginan yang dihasilkan lebih baik dan karaginan yang dihasilkan lebih putih.

Untuk rumput laut jenis Sargassum atau Turbinaria perendaman dilakukan dengan menggunakan larutan KOH 0.1 – 0.2 % selama 60 menit. Perendaman dalam larutan tersebut selain dapat menghindari terjadinya degradasi alginat, juga dapat meningkatkan sifat fisiko kimia alginat yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dalam larutan alkali maka viscositas alginat yang dihasilkan dapat mecapai 5.400 cPs dengan warna laginat yang lebih putih.

III. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering Tawar.

Komoditi rumput laut ini biasanya dipasarkan dalam jumlah kecil untuk keperluan pedagang kecil serta industri makanan rumah tangga. Rumput laut kering tawar diolah dari rumput laut segar yang baru dipanen dan dicuci dengan air laut untuk menghilangkan lumpur serta kotoran yang melekat. Rumput laut yang sudah dicuci bersih kemudian dimasukkan ke dalam karung dan diikat. Karung yang berisi rumput laut kemudian direndam dengan menggunakan air tawar. Apabila didekat tempat budidaya rumput laut terdapat sungai, maka perendaman dengan menggunakan air mengalir akan menghasilkan rumput laut kering tawar yang lebih bersih, putih serta tidak berbau amis. Namun apabila tidak terdapat sungai perendaman dengan air tawar dapat dilakukan dengan menggunakan bak perendam yang terbuat dari fiber glass atau bak semen.

Perendaman dapat dilakukan selama 2- 3 hari dengan mengganti air setiap hari selama perendaman. Setelah proses perendaman selesai rumput laut kemudian dicuci sampai bersih dan bau amis hilang. Rumput laut kemudian dijemur dengan menggunakan para-para penjemuran atau dijemur dengan menggunakan alas.

Penjemuran sebaiknya dilakukan secara tidak langsung atau ditutup dengan karung plastik. Dengan cara penjemuran seperti ini maka rumput laut kering tawar yang dihasilkan lebih putih dan cemerlang. Penjemuran dilakuan selama 2-3 hari sampai rumput laut kering. Rumput laut yang telah kering segera dikemas dan siap untuk dipasarkan.

Sumber : http://www.bbrp2b.kkp.go.id/publikasi/bukuputih/Teknologi%20Penanganan%20Rumput%20Laut.pdf

Sabtu, 02 Juli 2011

KKP Kembangkan Pengolahan Rumput Laut

KKP Kembangkan Pengolahan Rumput Laut

SOLO (Suara Karya)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo untuk meningkatkan inovasi pengolahan rumput laut. Saat ini, mayoritas produksi rumput laut Indonesia masih berupa rumput laut kering.

"Untuk beranjak ke produksi rumput laut semi refined atau setengah jadi, refined, dan formula membutuhkan teknologi. Solo memiliki pusat pengembangan teknologi meskipun tidak memiliki sumber daya alamnya," kata Sekretaris Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syafri] Fauzi di Balai Kota Solo, Jumat (24/6).

Dengan inovasi yang dihasilkan ATMI, diharapkan mampu meningkatkan daya saing pengolahan rumput laut. Apalagi pangsa pasar rumput laut masih terbuka lebar. Sebagian besar rumput laut kering dari Indonesia dipasarkan ke China, tetapi masih sangat minim untuk produk rumput laut semi refined dan refined.

"Kalau untuk semi refined dikirim ke Jerman dan Eropa, sedangkan untuk yang refined ke Jepang, tetapi masih sangat minim," ujamya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi Rumput Laut Indonesia Farid W Maruf mengatakan, selama ini pengembangan pengolahan rumput laut di Indonesia terkendala oleh inovasi dan teknologi. Hanya perusahaan pengolahan rumput laut yang memiliki skala besar saja yang mampu mengolah rumput laut hingga menjadi formula atau semi refined dan refined.

"Sehingga melakukan inovasi dan teknologi yang dihasilkan perguruan tinggi diharapkan mampu menciptakan industri padat karya. Saat ini ada 19 klaster rumput laut di lndone-sia dengan kegiatan mulai dari hulu hingga hilir," tutur dia.

Bentuk kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Pemerintah Kota Solo (Pemkot) Solo itu akan dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman yang direncanakan akan dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan pada 20 Juli mendatang. Selain itu juga akan diselenggarakan Business and Investment Forum on Seaweed (Bifos) untuk kedua kalinya di Solo.

"Untuk pengembangan teknologi pengolahan rumput laut diharapkan perguruan tinggi yang lain mampu melahirkan inovasi lainnya, sehingga bisa berpartisipasi dalam pengembangan pengolahan rumput laut di Indonesia Untuk di ATMI sendiri baru bisa menghasilkan 100 kilogram per hari rumput laut semi refined dan refined. ujar Wakil Direktur ATMI JB Clay Pareira.

Sumber : http://www.jasuda.net/index_mbr.php?page=berita_detail&recordID=4

Jumat, 10 Juni 2011

Rumput Laut Dikeroyok 5 Menteri



Rumput Laut Dikeroyok 5 Menteri


Tahun ini Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) akan bahu membahu dengan kementerian lain. Ada 4 kementerian lain yang sudah membangun komitmen untuk turut serta dalam memacu produktivitas daerah tertinggal. Komitmen ini setidaknya dibuktikan setelah lima kementerian dan satu badan menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengembangan budidaya rumput laut, kemarin.


’’Ya, program ini saya menyebutnya program keroyokan oleh enam kementerian. Semuanya akan menyiapkan dana dan program dari hulu di produksi hingga hilir di pemasaran untuk pengembangan rumput laut di daerah tertinggal,’’ kata Menteri PDT Helmy Faishal Zaini sesaat setelah menandatangani MoU di Istana Wapres, Jl Merdeka Selatan (24/2).

Dia menjelaskan, program bersama enam kementerian ini pada tahap awal akan difokuskan di 33 kabupaten tertinggal yang sudah ditentukan. Program ini menurut Helmy target paling dekatnya adalah untuk mengejar target produksi rumput laut hingga 5 juta ton pada 2012.

Mereka yang menandatangani kesepakatan membangun program bersama di hadapan Wapres Boediono adalah KPDT, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dalam kesempatan kemarin, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad memberikan catatan, pada 2009 produksi rumput laut nasional baru mencapai 2,57 juta ton. Kemudian meningkat menjadi 3,08 juta ton pada 2010. Melalui program keroyokan ini, dia berharap produksinya bisa meningkat menjadi 5 juta ton pada 2012.

’’Kebutuhan rumput laut dunia mencapai 10 juta ton dan belum bisa terpenuhi semuanya. Ini peluang bagi Indonesia,’’ tandasnya. Sementara Wakil Presiden Boediono dalam sambutannya mengatakan, budidaya rumput laut merupakan jalan pintas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tertinggal, terutama wilayah pesisir. Menurutnya, budidaya rumput laut bisa dilakukan siapa saja di daerah pesisir, terutama wilayah timur Indonesia. (did)


Sumber : http://www.indopos.co.id/index.php/nasional/34-berita-nasional/6806-rumput-laut-dikeroyok-5-menteri.html

Selasa, 07 Juni 2011

TREND BARU USAHA PEMBELIAN RUMPUT LAUT BASAH (FRESH SEAWEED) DI NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR

TREND BARU USAHA PEMBELIAN RUMPUT LAUT BASAH (FRESH SEAWEED) DI NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Trend pembelian rumput laut basah yang diinisiasi oleh Aren Foundation dan Koperasi Berkah Bahari menjadi solusi alternative penyediaan dana cash yang cepat bagi para petani rumput laut di Kabupaten Nunukan. Sebab dengan menjualnya dalam bentuk rumput laut basah petani tidak perlu bersusah-payah lagi melakukan penjemuran yang butuh waktu dan tenaga yang banyak, butuh tempat penjemuran dan biaya ongkos upah kerja. Sebaliknya para petani dapat segera mendapatkan dana cash beberapa saat setelah panen rumput laut dilakukan.

Semakin marak dan berkembangnya usaha budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di Nunukan Kalimantan Timur, maka para petani rumput laut juga harus menyediakan tempat penjemuran lagi. Kalau jumlah bentangan tali bertambah, maka jumlah produksi rumput laut juga terus bertambah. Setiap rumput laut yang sudah dipanen selanjutnya mesti harus dikeringkan di atas penjemuran. Hal tersebut karena pedagang pengepul hanya mau menerima dan membeli rumput laut dalam bentuk kering atau dried seaweed, dengan syarat-syarat tertentu.

Syarat agar rumput laut bisa dibeli oleh para pedagang adalah :

1. Tingkat kekeringannya harus cukup, biasanya diukur dengan kadar air yang sudah mencapai antara 35 – 38 %.

2. Tingkat kebersihannya cukup, biasanya diukur dengan kandungan kotoran atau impurities yang maksimal 3 % atau maksimal 5 %.

3. Cocok harganya.

4. Dll.

Dengan bertambahnya bentangan tali budidaya maka petani juga harus menyediakan anggaran tambahan untuk beberapa hal, seperti :

1. Biaya bahan dan upah pemasangan fondasi

2. Pembelian tali bentangan

3. Pembelian tali gelang bibit

4. Biaya pembelian bibit baru (yang ini jarang terjadi karena biasanya menggunakan bibit sendiri)

5. Biaya upah pemasangan bibit

6. Biaya penambahan tempat penjemuran dan sarana penunjangnya.

7. Bisa jadi harus menambah tenaga pekerja baik untuk budidaya maupun untuk yang mengeringkan rumput laut.

8. Dll.

Tentu saja hal ini sangat berat dialami oleh petani rumput laut skala kecil, kalau hasil usaha yang selama ini belum menyisakan untuk dana investasi atau dana cadangan pengembangan usaha. Nilai keuntungan usaha harusnya bisa dikelola dengan baik untuk pengembangan selanjutnya.

Menurut Bapak Sholeh, seorang pengamat rumput laut di Sedadap Nunukan Selatan, usaha pembelian rumput laut basah ini banyak diharapkan masyarakat karena beberapa hal, antara lain :

1. Bisa mendapatkan solusi dana cash yang cepat,

2. Bila umur panen sudah cukup namun jemuran masih penuh,

3. Bagi nelayan yang memasang pukat atau mendapatkan rumput laut yang liar yang lepas atau jatuh dan tidak punya penjemuran,

4. Jika tali bentangan bertambah sedang tempat penjemurannya belum siap,

5. Jika ada pekerjaan lain dan tidak sempat mengawasi penjemuran, atau punya tenaga kerja tetapi berhalangan kerja,

6. Dll.

Pokoknya para petani merasa sangat senang ada alternative usaha pembelian rumput laut basah ini. Dari sisi harga yang ditawarkan oleh pembeli rumput laut basah sebenarnya lumayan bagus yaitu berkisar antara Rp 700 – Rp 800 per kg.

Menurut petani rumput yang lain di Sedadap seperti Ibu Tia dan Pak Ismail, biasanya kalau 1 tali bentangan akan menghasilkan panenan sekitar 45 kg sampai 60 kg rumput laut basah setelah masa pemeliharaan selama sekitar 45 hari. Setiap tali bentangan yang panjangnya sekitar 25 meter tersebut biasa dipasangi bibit sebanyak antara 5 kg sampai 7 kg. Kalau di beli dengan harga Rp 800 per kg, maka hasil per tali antara Rp 36.000 sampai Rp 48.000. Hampir sama bila dikeringkan dulu sehingga biasanya akan mendapatkan rendemen sekitar 10 % dan akan mendapatkan rumput laut kering dengan berat 4,5 kg sampai 6 kg untuk setiap tali bentangan. Seandainya harga RLK tingkat petani Rp 8.500 per kg, maka akan didapat Rp 38.250 sampai Rp 49.000 untuk setiap tali bentangan.

Seandainya harga pembelian RLB sebesar Rp 700 per kg maka hasil per tali bentangan akan memperoleh pembayaran sekitar Rp 31.500 sampai Rp 42.000. Angka pembelian Rp 700 per kg RLB ini pun masih sangat wajar. Para petani pun masih bisa memahami dengan baik, sebab petani tidak perlu repot-repot melakukan penjemuran yang sangat melelahkan, menyita waktu-waktu lainnya serta hati yang selalu was-was sebab takut kalau terjadi hujan sewaktu-waktu.

Apalagi bila hasil panen rumput laut itu terlalu banyak dan melebihi kapasitas lantai penjemuran, maka tumpukan jemuran menjadi lebih tebal. Kalau lebih tebal tentu akan lebih lama proses penjemurannya. Proses penjemuran yang semakin lama akan menyebabkan penyusutan juga lebih besar, sehingga rendemen RLK yang jadi menurun. Belum lagi jika ada hujan atau gerimis yang berkepanjangan, maka waktu proses pengeringan rumput laut secara alami ini menjadi lebih lama lagi, dengan demikian resiko penyusutan berat kering akan semakin besar.

Waktu proses pengeringan yang semakin lama bisa merugikan petani karena hal-hal berikut :

1. Akan menambah biaya tenaga kerja

2. Perlu tempat penjemuran lebih luas lagi

3. Menunda panen rumput laut lebih lama yang beresiko pada putus atau jatuhnya rumput laut sehingga mengurangi jumlah panenan

4. Penyusutan hasil kering semakin banyak

5. Hasil penjualan menurun sedangkan biayanya tambah meningkat

6. Mutu rumput laut menjadi kurang baik, karena biasanya putus-putus dan bermagot serta berbau yang kurang sedap.

Selain itu metode penjemuran tradisional menggunakan matahari pagi sampai sore ini biasanya hanya efektif maksimal dilakukan kurang lebih selama 9 jam saja dalam sehari, sejak pukul 8 pagi sampai dengan pukul 5 sore. Sedangkan minimal 15 jam dalam sehari praktis proses pengeringan dan penjemuran tidak efektif atau tidak dilakukan, hal itu karena sinar matahari yang diandalkan akan tenggelam. Menutup tumpukan rumput laut itu dilakukan juga untuk menghindarinya dari terkena air tawar yang berasal dari embun atau gerimis dan bahkan hujan. Sebab jikalau sampai terkena air tawar mutu rumput laut ini akan menurun sebab akan mudah berjamur dan mudah putus atau hancur.

Sangat ideal jika penjemuran dengan panas matahari ini bisa dilakukan hanya 3-4 hari setelah dipanen, jika demikian rendemen menjadi cukup tinggi hingga 13 – 15%. Namun hal ini sangat jarang terjadi jika daerah tersebut sering hujan atau pada saat musim hujan. Oleh karena harus dipikirkan cara pengeringan rumput laut yang cepat, hemat biaya, hemat tenaga dan sekaligus bisa menghasilkan rumput laut kering dengan mutu yang bagus sesuai dengan standard ekspor. Dengan metode yang mantab kepastian hasil rumput laut kering akan tercapai bagaimanapun keadaan cuaca yang mungkin berfluktuasi, tetapi mutu tetap terjaga dan proses keseluruhan tetap menguntungkan bagi semua pihak.

Usaha pembelian basah pasti akan menguntungkan jika prinsip-prinsipnya bisa dijalankan. Karena sebenarnya usaha seperti ini termasuk usaha di bidang jasa, dimana semakin banyak bisa member nilai tambah semakin banyak juga keuntungannya. Kalau usaha bidang jasa tidak mampu memberi nilai tambah dari yang terjadi pada umumnya, maka sebenarnya usaha itu tidak berhasil. Dalam usaha pembelian rumput laut basah menjadi rumput laut kering ini harus memaksimalkan perolehan nilai-nilai tambah, seperti :

1. Perolehan rendemen rumput laut kering yang maksimal dan memenuhi standar mutu

2. Meminimalkan biaya-biaya investasi dan operasional dengan penggunaan alat, tenaga kerja dan penerapan metode kerja yang efisien dan efektif.

3. Memanfaatkan produk-produk samping dari proses pengeringan rumput laut menjadi produk yang mempunyai nilai.

Oleh karena itu harus diterapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Membuat SPO (Standar Prosedur Operasional) yang mudah dipahami dan dilaksanakan

2. Mengusahakan pengeringan cepat

3. Menerapkan metode pengeringan yang efisien

4. Meminimalkan kesalahan prosedur

5. Mengatur alur kerja yang tepat dan hemat

6. Dapat memberi pelayanan yang memuaskan bagi para pelanggan

7. Melakukan pembinaan secara periodic kepada para petani pelanggan.

8. Penggunaan alat, bahan dan tempat yang efektif dan efisien.

9. Dll.

Dari beberapa pelaku yang sudah memulainya menunjukkan bahwa usaha pembelian basah dan pengeringan ini bisa memberikan nilai keuntungan di atas 20% dari nilai modal awal pembelian. Artinya jika seorang pelaku usaha pembelian basah dan pengeringan itu melakukan pembelian rumput laut basah sebanyak 10 ton dengan nilai Rp 8 juta, maka keuntungan bersih setelah dikurangi biaya operasional akan dicapai Rp 1,6 juta atau lebih. Kegiatan ini hanya memerlukan waktu 4-5 hari saja untuk memperoleh margin keuntungan yang 20% itu atau lebih. Kalau ini dilakukan setiap hari, maka dalam setiap bulan akan diperoleh keuntungan di atas Rp 48 juta.

Saya kira ini merupakan berkah tersendiri yang bisa diambil karena selain pengusaha mendapat keuntungan yang lumayan, petani rumput laut pun sangat terbantu, dan pula para pedagang rumput laut kering akan sangat senang karena ada pasokan yang pasti setiap saatnya dengan kualitas yang terjamin. Kalau trend ini berkembang, maka juga akan mempengaruhi mutu barang secara keseluruhan, sehingga bisa menjadi preseden baik bahwa rumput laut di Nunukan bermutu tinggi. Nama rumput laut Nunukan menjadi harum, hargapun terdongkrak dengan demikian semangat petani semakin bergairah. Maka Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan serta para Penyuluh sebagai instansi teknis dan Pembina para petani, bisa lega dan senang.

Bagaimana pendapat Anda??

(AREN FOUNDATION - Nunukan, 8 Juni 2011)