...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Senin, 23 April 2012

Produksi Rumput Laut di Ende 623 Ton

Ende, Flores (ANTARA) - Produksi rumput laut di Kabupaten Ende, Pulau Flores, pada 2009 hanya mencapai 623 ton dari target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 24.000 ton per tahun.

"Untuk tahun 2009, produksi rumput laut hanya 623 ton. Hingga September 2010, trennya meningkat namun tidak seberapa," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ende Wellem Enga di Ende, Senin. Dia mengatakan, rendahnya produksi rumput laut tersebut karena belum semua masyarakat yang bermukim di wilayah pantai utara kabupaten itu membudidayakan komoditas ini.

Rendahnya produksi rumput laut itu diduga, karena wilayah perairan budidaya sudah tercemar menyusul meledaknya sumur minyak Montara di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 lalu. Hampir sebagian besar wilayah perairan Indonesia, khususnya di pantai selatan Pulau Timor, Rote, Sabu, Sumba, dan Flores, sudah tercemar minyak sehingga usaha budidaya rumput laut ini, gagal total. "Harapan kita, target yang ditetapkan bisa tercapai atau paling tidak bisa mencapai 60 persen apabila semua masyarakat pesisir di pantai utara sudah melakukan budidaya," kata Wellem Enga.

Menurut dia, wilayah perairan di pantai utara Ende jauh lebih kondusif untuk kegiatan budidaya rumput laut dibanding dengan pantai selatan yang ombaknya lebih ganas. Wilayah laut di pantai utara yang membentang dari Kecamatan Kota Baru yang berbatasan dengan Kabupaten Sikka hingga Kecamatan Maukaro yang berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo, baru sekitar 2.000 hektare yang dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut.

"Ini belum sampai 10 persen dari luas lahan yang sudah dimanfaatkan. Sedangkan pantai selatan yang sudah dimanfaatkan berkisar 200-300 hektare," katanya. Dia mengatakan, pantai selatan tidak bisa diandalkan untuk mendongkrak produksi rumput laut karena hanya beberapa lokasi di bagian teluk yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. "Itu pun hanya pada musim barat. Sementara pada musim timur, praktis tidak ada kegiatan budidaya karena ombaknya sangat besar," katanya.

Ia menambahkan, untuk mendorong masyarakat membudidayakan rumput laut, pihaknya terus mensosialisasikan prospek komoditas "emas hijau" itu untuk peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Dalam berbagai kesempatan pertemuan, kata Wellem Enga, disampaikan pemerintah bersedia memberikan bantuan bibit rumput laut dan melakukan pendampingan kepada masyarakat. Diharapkan bibit bantuan yang disalurkan pemerintah itu dikembangkan dengan baik sehingga ke depan tidak ada lagi bibit yang didatangkan dari luar daerah.

Hingga saat ini, ada 120 kelompok budidaya rumput laut dengan jumlah anggota perkelompok sebanyak lima orang. Namun dari jumlah tersebut, baru ada dua kelompok yang bisa mandiri. Kelompok yang sudah didata ini pada tahun ini mendapat 90 paket bantuan bibit yang dananya bersumber Kementerian Kelautan dan Perikanan. Wellem Enga mengatakan kegiatan budidaya rumput laut di kabupaten itu mulai dikenal pada 1988, namun karena tidak ada akses pasar maka kegiatan tersebut berhenti pada 1990. "Baru pada 2001, kegiatan budidaya mulai dilakukan lagi. Saat ini sudah ada satu perusahan yang secara rutin membeli rumput laut dari masyarakat," katanya.

Sumber : http://teknologihasilperikanan-unsri.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

Menengok Usaha Budidaya Rumput Laut di Flores Timur

Menengok Usaha Budidaya Rumput Laut di Flores Timur

Usaha pengembangan budidaya rumput laut sudah dirintis di Indonesia sejak tahun 1899-1900 dan untuk Kabupaten Flores Timur sendiri baru dimulai pada tahun 2000. Kegiatan ini diupayakan untuk merubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumber daya alam secara liar ke pembudidayaan rumput laut yang ramah lingkungan, untuk mempertahankan kelestarian perairan pantai.

Budidaya rumput laut di Flores Timur cocok diterapkan dengan skala rumah tangga karena perputaran usahanya relatif lebih cepat, penuh waktu serta dapat melibatkan wanita dan anggota keluarga nelayan. Saat ini, budidaya rumput laut telah menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pesisir.

Salah satu lembaga nirlaba yang aktif mendampingi para nelayan di Flores Timur dalam usaha pembudidayaan rumput laut adalah Yayasan Karya Cipta Andalas yang sudah berdiri sejak tahun 2005 lalu. Dalam kurun waktu 2006-2008, Yayasan Karya Cipta Andalas ini telah melakukan berbagai pendampingan untuk kegiatan pembudidayaan rumput laut dan hasilnyapun sangat memuaskan.

Lewat kegiatan penelitian dan monitoring di semua wilayah pesisir pantai Flores Timur, diketahui bahwa perairan di Flores Timur sangat cocok untuk usaha pembudidayaan rumput laut. Dengan musim kemarau yang panjang mencapai 6-7 bulan dan musim hujan yang relatif singkat antara 3-4 bulan dan jumlah curah hujan yang hanya mencapai 13.149 mm, dengan jumlah curah hujan tertinggi sekitar bulan Januari yang mencapai 2.317 mm dan terendah sekitar bulan Agustus yang mencapai 8 mm, maka daerah pesisir pantai Flores Timur memang sangat cocok untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut.

Usaha pembudidayaan Rumput Laut ini dilakukan melalui kelompok-kelompok dampingan yang ada di setiap desa di pesisir pantai, dengan maksud untuk mempermudah dalam hal pengawasan dan monitoring setiap kegiatan mulai dari penyuluhan, masa panen sampai persiapan pemasaran.

Saat ini terdapat 10 kelompok dampingan yang tersebar di 7 Kecamatan, yaitu :
1. Desa Bahing - Kec.Tanjung Bunga
2. Desa Ebak - Kec.Tanjung Bunga
3. Desa Riang Kroko - Kec.Tanjung Bunga
4. Desa Nobo Konga - Kec.Ile Bura
5. Desa Konga - Kec.Tite Hena
6. Desa Halakodanua - Kec.Ile Mandiri
7. Desa Tiwatobi - Kec.Ile Mandiri
8. Desa Lamawalang - Kec.Larantuka
9. Desa Mokantarak - Kec.Larantuka
10. Desa Kawalelo - Kec.Demong Pagong

Beberapa kendala yang sering dihadapi para petani rumput laut ini adalah :
* Persediaan bibit yang berkualitas masih kurang sehingga harus didatangkan dari Kabupaten Lembata atau Kabupaten Sikka.
* Proses prosuksi dan peralatan yang digunakan masih jauh dari standard pengolahan yang baik.
* Banyaknya para tengkulak yang beroperasi di daerah ini sehingga harga-harga menjadi tidak stabil dan cendrung merugikan para petani rumput laut.
* Kurangnya modal usaha.
* Minimnya perhatian pemerintah daerah setempat terhadap usaha budidaya rumput laut ini.

Apabila ada yang berminat untuk menjalin kerja sama, silahkan menghubungi :

YAYASAN KARYA CIPTA ANDALAS
Jl.Kepok Besar-Kota Rowido Kel.Sarotari Larantuka
Kabupaten Flores Timur - NTT
Telpon : 0383-2325203
Kontak Person
:Lukas Piran HP : 081281184278

Sumber : http://lewotanah.blogspot.com/2009/07/menengok-usaha-budidaya-rumput-laut-di.html

Kamis, 05 April 2012

Pantai Wisata Batu Lamampu di Sebatik Nunukan Kaltim

BELUM MAKSIMAL: Objek wisata Pantai Batulemampu berada
di Pulau Sebatik, Kecamatan Sebatik. Untuk ke lokasi ini bisa
menggunakan perahu dari Desa Bambangan, speed boat
atau
menyeberang lewat Pelabuhan Tunon Taka.


Budidaya Rumput Laut, Pasir Putih
dan Batu Mengapung



Menjelajah pantai di Kabupaten Nunukan seolah tak ada puasnya. Banyak keunikan di sana. Dari pantai yang digunakan sebagai budidaya rumput laut, pantai berpasir putih, hingga pantai yang memiliki deretan batu mengapung.

SELEPAS menikmati alam Binusan yang masih perawan, peserta Journalist Tourism Tour Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim melanjutkan perjalanan ke Pantai Eching. Pantai ini berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota. “Di sini kalau hari Minggu atau hari libur baru ramai dikunjungi. Karena di Nunukan memang tidak ada tempat hiburan lain,” kata Kadisbudpar Nunukan, Petrus Kanisius.

Pantai Eching memiliki pasir berwarna putih. Pemandangannya indah karena di seberang sana terpampang “lukisan alam” pulau Sebatik. Tapi, ada satu yang mengusik mata, yakni adanya rumah-rumah non-permanen hampir di sepanjang bibir pantai. Hal itu membuat penampilan Eching tampak sedikit kumuh. “Memang hal itu akan menjadi kendala ketika kita akan mengembangkan pantai ini,” kata Petrus.

Disbudpar tidak mengetahui mulanya rumah-rumah tersebut dibangun. Warga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena mereka melihat lahan kosong, mereka pun membangun rumah dan mencari penghidupan di sana. Caranya, dengan melaut dan budidaya rumput laut di pantai. Ya, mereka membuat semacam tambak dari tali nilon besar dengan pelampung botol air mineral. Sejauh mata memandang, tambak-tambak rumput laut itu yang tampak.

“Baru setahun belakangan mereka melakukan budidaya rumput laut di sini,” kata Kasubid Objek Wisata Disbudpar Nunukan, Hikmah Zain. Pihaknya belum melakukan kajian apa keuntungan dan kerugian adanya tambak rumput laut tersebut. Yang pasti, lanjut Zain, itu menjadi sumber pendapatan masyarakat. “Biasanya ada orang yang datang membeli untuk dibawa ke Makassar,” katanya.

Melanjutkan perjalanan ke selatan, telah menunggu Pantai Simengkadu. Pasir putih dan mangrove menjadi daya tarik pantai di Kecamatan Nunukan Selatan ini. Akses jalan tidak cukup baik. Jika pengunjung menggunakan roda empat, mereka harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer dari jalan besar menuju pantai.

Melelahkan memang, tapi tak cukup mengurungkan niat warga berwisata ke sana. “Banyak juga pengunjungnya. Terutama pasangan muda-mudi,” kata Petrus. Dengan sedikit penataan, Simengkadu akan jadi pantai yang memikat.

“Paling tidak perlu dibangun akses jalan menuju ke pantai. Kemudian untuk pengembangan, kami berencana bekerjasama dengan dinas pertanian untuk menanam pohon berbuah di sekitar pantai,” jelas Petrus. Hal itu untuk menambah hijau Simengkadu sehingga wisatawan betah menghabiskan waktu di sana.

Satu lagi objek wisata unggulan di Nunukan adalah Pantai Batulemampu. Lokasinya di Pulau Sebatik, Kecamatan Sebatik yang merupakan kecamatan paling timur Kabupaten Nunukan. Pulau Sebatik terbagi dua, sebelah utara masuk wilayah Sabah, Malaysia, sedangkan utara masuk wilayah Nunukan, Indonesia.

Akses menuju Batulemampu cukup mudah. Jika ditempuh dari Nunukan, bisa menggunakan perahu dari Desa Bambangan, speed boat, atau menyeberang lewat Pelabuhan Tunon Taka. “Kalau naik perahu hanya perlu Rp 10.000 untuk sampai ke Sungai Nyamuk,” ujarnya. Sungai Nyamuk adalah desa yang merupakan pusat kegiatan perekonomian masyarakat Sebatik.

Batulemampu memiliki panorama laut lepas menghadap ke Blok Ambalat, dengan garis pantai sepanjang 3 kilometer yang memesona. Mengapa pantai itu dinamakan Batulemampu? Istilah itu berasal dari bahasa Suku Tidung yang artinya batu timbul yang bersusun ke arah laut. Ya, ada sederet batu di Pantai Batulemampu yang mengapung.

Bebatuan tersebut berderet dari tepi pantai menuju laut lepas. “Posisinya tetap, tidak pernah berpindah meskipun mengapung,” kata Petrus. Selain batu mengapung, Batulemampu juga memiliki keunikan lain, yakni bebatuan pemecah ombak yang menjorok ke laut lepas. Di sekitarnya di kelilingi tetumbuhan dan batu-batu kecil yang seolah ditata, tetapi semua adalah proses alam yang terjadi dengan sendirinya.

Di ujung (bagian yang mengarah ke darat) terdapat bukit batu. Di atas bukit batu itu terdapat batu besar yang tampak terpisah dari batu di sekitarnya. Batu itu berdiameter sekitar 1 meter. “Konon, kata masyarakat sekitar, batu itu dulu berukuran kecil. Makin lama makin besar sampai seperti sekarang,” terang Petrus.

Ia melanjutkan bercerita, pernah ada seseorang yang berniat menjatuhkan batu itu, tapi ia tak berhasil, malah meninggal tiga hari berikutnya. Di luar mitos-mitos itu, Batulemampu adalah pantai yang menarik dengan hamparan pasir, ombak bernada sedang, serta berlatar nyiur melambai.

Tapi sekali lagi sayang, keindahan pantai-pantai di Nunukan belum mampu menyumbang penghasilan asli daerah (PAD). Anugerah itu masih tampak “liar” tak terurus. Baru Pantai Eching yang merasakan kucuran dana untuk membangun gazebo, kamar kecil (Water Closet) umum, dan jalan setapak menuju pantai. Sementara lainnya, masih dalam “daftar tunggu” untuk diperhatikan. (achmad ridwan/bersambung)

Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=61114

Petani Rumput Laut Nunukan, Galau

Petani Rumput Laut Nunukan, Galau




Petani Rumput Laut Nunukan, Galau

Oleh : Muhammad Rusman,spd



KabarIndonesia - Kondisi petani rumput laut di Kabupaten Nunukan kalimantan Timur, sejak awal hingga sekarang masih terselimuti kegalauan. Pasalnya, nasib kelangsungan usahanya terancam gulung tikar.

Ini disebabkan, semakin menipisnya modal yang dimiliki. Sementara pemerintah belum mampu mengantisipasinya dengan memikirkannya untuk memberikan bantuan modal usaha.

Sementara Fadel Muhammad, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI pernah berjanji akan menjadikan Kabupaten Nunukan sebagai salah satu wilayah sentra pengembangan rumput laut di Indonesia.

Menurutnya, Kabupaten Nunukan memiliki potnesi alamnya sangat baik sebagai wilayah pengembangan budidaya rumput laut yang diistilahkan kota megapolitan. Janji Fadel tersebut disampaikan saat mendampingi Wakil Presiden RI Budiono berkunjung di Pulau Sebatik, Nunukan beberapa waktu yang lalu.

Program Fadel ini sebenarnya telah memberikan angin segar masyarakat Kabupaten Nunukan khususnya yang berprofesi sebagai petani rumput laut. Karena dijanjikan pula akan dibangun pabrik pengolahan rumput.

Seiring dengan bakal tidak terwujudnya program Menteri KP ini, maka nasib petani rumput laut Kabupaten Nunukan semakin tidak jelas. Selain, harga produksi rumput laut yang tambah menurun juga tidak adanya bantuan dana untuk tambahan modal usaha.

Seperti yang disampaikan Suwitno. Bahwa, sejak menekuni profesinya sebagai petani rumput laut belum sekalipun mendapatkan bantuan modal dalam upaya pengembangan usahanya itu.

Menurutnya, bantuan dari pemerintah Kabupaten Nunukan pada tahun 2009 lalu. Namun, bantuan berupa tali, pelampung, terpal transparan dan mesin itu tidak semua petani mendapatkannya. Karena hanya diberikan kepada dua kelompok pada saat itu.

Total bantuan tersebut jika diuangkan, lanjut Suwitno, diperkirakan hanya sekitar Rp 10 juta saja. "Pernah ada bantuan tahun 2009 lalu, tapi hanya dua kelompok yang dapat. Itupun jumlahnya kecil yang diberikan dalam bentuk barang," katanya saat ditemui di rumahnya di Perkampungan Nelayan Kelurahan Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan, Nunukan.

Suwitno juga menceritakan, pada bulan Maret 2011 lalu, pernah kedatangan peneliti dari IPB Bogor. Kedatangan peneliti itu juga berjanji akan memperbaiki metode dalam rangka peningkatan produksi rumput laut yang ada di perkampungan itu.

Namun setelah itu, belum ada lagi kabar beritanya sehingga selama ini petani menjual rumput lautnya kepada para tengkulak lokal yang memang selama ii yang membeli.

Padahal, katanya, petani rumput laut bukan hanya mengharapkan pelajaran tentang tata cara peningkatan produksi dan kualitasnya tetapi sebenarnya yang lebih dibutuhkan adalah bantuan modal tambahan. (*)



Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Sumber :http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Petani+Rumput+Laut+Nunukan%2C+Galau&dn=20111201204610

Di Balik Kegelisahan Petani Rumput Laut Nunukan

Di Balik Kegelisahan Petani Rumput Laut, Semoga BI Jadi Pengobat Lara




Oleh : Muhammad Rusman



Bank Indonesia plus Bankaltim saat ini sedang melakukan survey terhadap budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan yang dipusatkan pada dua lokasi yaitu Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan dan Kecamatan Sebatik Barat.

Survey ini dijadikan titik awal peningkatan produksi petani yang selama dinilai banyak kelemahan dalam pembudidayaan karena masih dilakukan secara tradisional. Agar rumput laut yang sudah menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakat di Kabupaten Nunukan-Kaltim ini dapat meningkatkan taraf hidupnya, maka BI menjajaki peluang tersebut.

Adanya langkah dari BI ini, kemungkinan memandang budidaya rumput laut di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia memiliki potensi besar untuk saling menguntungkan kedua belah pihak (ptani dan BI). Survey yang dilakukan BI ini sejak Bulan Agustus 2011, dengan kesimpulan sementara bahwa budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan dimanapun ditanam hasilnya tetap sama artinya antara lokasi pembudidayaan yang satu dengan lainnya produksi dan kualitasnya tetap sama.

Sehingga, pihak BI menilai agar produksi petani dapat ditingkatkan lagi dari yang telah ada sekarang sisa memperhatikan metode yang harus diterapkan ketika pasca panen, misalnya metode penjemuran dan pemasarannya. Seperti yang disampaikan Sulistyono dari BI di hadapan petani rumput laut Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa, Kamis (1/12).

Namun, survey yang dilakukan pihak BI belum dapat dipastikan apakah petani yang menjadi lokasi survey atau seluruh petani rumput laut di Kabupaten Nunukan akan diberikan bantuan modal usaha. Padahal, petani rumput laut yang hadir pada saat sosialisasi tersebut jumlahnya mencapai 40 orang. Ini menandakan atusias mereka sangat tinggi untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dan diakui pula dari pihak perbankan ini, bahwa banyaknya petanu rumput laut yang hadir itu sebagai tanda keinginannya memperbaiki diri dalam mengelola rumput laut.


Khususnya masyarakat Kampung Nelayan, sejak melakoni hidup dengan menjadi petani rumput laut, selalu dirundung masalah yaitu ketidakmampuan mereka meningkatkan produksi yang dinotabene dapat meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraannya. Yaitu tidak adanya perhatian pemerintah ataupun pihak swasta yang meliriknya untuk memberikan bantuan.

Kalaupun selama ini banyak yang datang menemui mereka, hanya sekadar memberikan pelajaran tentang tatacara budidaya dan lain-lainnya. Tetapi belum pernah ada yang bisa memberikan solusi terkait dengan kegelisahan mereka untuk diberikan bantuan.

Suwitno misalnya, salah satu petani rumput Kampung Nelayan mengeluhkan bahwa, dari 74 KK (kepala keluarga) yang tinggal diperkampungan nelayan itu, 71 KK diantaranya hidup dari rumput laut. Namun, sampai sekarang juga penghidupannya tidak mengalami perubahan apa-apa meskipun profesinya itu telah dilakoni bertahun-tahun.

Persoalan pelik yang dialaminya, adalah pertama ketidakmampuan meningkatkan produksi akibat kurangnya modal usaha. Sehingga hasil penjualan dari produksi rumput laut mereka hanya untuk memenui kebutuhan hidup sehari-hari.

Kendala kedua adalah harga yang setiap saat mengalami penurunan secara drastis. Harga sekarang sisa Rp 6300 per kilogramnya. Bahkan ada ada harga hingga Rp 5000 perkilogramnya. Diakibatkan tidak adanya perhatiandari pihak pemerintah atau semacam wadah berupa koperasi yang diharapkan bisa mengontrol harga. Sehingga para tengkulak leluasa mempermainkan harga.


Masalah pemasaran ini juga perlu menjadi perhatian berbagai pihak termasuk pihak swasta seperti perbankan. Jika benar pihak perbankan seperti BI memiliki niat baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat petani rumput laut di Kabupaten Nunukan, sebaiknya melakukan tindakan prioritas.

Apabila langkah-langkah prioritas tidak dilakukannya, maka finishing dari setiap upaya tetap seperti sekarang ini yaitu tidak memberikan solusi dari seluruh persoalan yang dihadapi petani rumput laut di Kabupaten Nunukan.

Meskipun, pembelajaran tentang metode persemaian, penanaman, dan penjemuran juga sangat penting sebagai bagian dari awal peningkatan produksi sekaligus peningkatan penghasilan. Kembali kepada survey yang dilakukan pihak BI. Pada intinya, kualitas rumput laut di Kabupaten Nunukan sangat baik.

Informasi dari petani pun disebutkan dalam satu bentangan tali yang panjangnya 15 depa atau sekitar 20 meter dapat menghasilkan 5 kilogram kering. Memperhatikan netto setiap bentangan ini, maka diperkirakan potensi rumput laut di Kabupaten Nunukan benar-benar menguntungkan. Untuk itu, kemungkinan kehadiran BI di tengah-tengah masyarakat petani rumput laut di Kampung Nelayan Mansapa dapat menjadi pengobat laranya selama ini.

13228733501758472139

Masalah netto itu sendiri masih tergantung dari tatacara penjemuran/pengeringan. Sejak beberapa bulan terakhir, petani rumput laut menggunakan dua cara pengeringan yaitu :

1. - Metode gantung

Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan.

Dari sisi keunggulannya adalah waktu yang digunakan sangat singkat hanya sekitar dua hari apabila cuaca baik atau tidak hujan. Kemudian kadar airnya sangat rendah, sehingga kualitas finishingnya benar-benar baik.

Kelemahannya adalah warna pada saat kering menjadi hitam dan berat/nettonya ringan. Dibandingkan dengan metode pengeringan dengan menghampar berat/nettonya biasanya beda tiga kilogram.

2. - Metode hamparan

Cara pengeringan kedua ini, merupakan metode yang banyak digunakan dan umum dilakukan oleh petani. Dan metode ini, yang masih umum dilakukan oleh para petani. Keunggulannya adalah hasil pengeringannya berwarna putih dan memiliki berat lebi tinggi. Kelemahannya terletak pada waktu yang digunakan bisa mencapai satu minggu dan prosesnya rumit karena harus rajin membolak balik.

Selain kedua metode tersebut, adalah hal lain yang perlu diperhatikan apabila ingin meningkatkan kualitas dan nilai jual. Misalnya, pada saat berlangsung pengeringan ditutupi dengan plastik/terpal /kain. Dengan menggunakan alat bantu ini selain warna lkebih putih juga tidak terlalu banyak mempengaruhi berat, sebut Sirajuddin, Kasi Sarana Prasaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan sebelum acara sosialisasi di mulai.

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/12/03/di-balik-kegelisahan-petani-rumput-laut-semoga-bi-jadi-pengobat-lara/


Pabrik Pengolahan Rumput Laut Dibangun di Tarakan



Pabrik Pengolahan Rumput Laut Dibangun di Tarakan
















Incar Potensi Produksi Hilir Rumput Laut

SAMARINDA - Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Kalimantan Timur yang memiliki garis pantai cukup panjang, ternyata memiliki potensi pengembangan rumput laut yang sangat besar.

Pemprov melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim terus berupaya mengembangkan potensi budidaya rumput laut di beberapa daerah, seperti Nunukan, Tarakan, Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser. Budidaya rumput laut sangat menjanjikan dari segi ekonomi, perkembangannya pun semakin besar, sehingga membutuhkan tempat yang luas di laut untuk membudidayakannya.


"Budidaya rumput laut dengan produksi yang cukup tinggi di Kalimantan Timur berasal dari kabupaten Nunukan dan Kutai Timur, sedangkan beberapa daerah lainnya masih dalam tahapan pengembangan untuk meningkatkan produksi," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Iwan Mulyana didampingi Kepala Bidang Perikanan Budidaya Rusdi Soepangat, Kamis (13/1).

Dijelaskannya, Pemprov telah melakukan uji coba dengan memberikan bantuan bibit dan lantai jemur rumput laut kepada masyarakat untuk bisa menghasilkan produk rumput laut yang berkualitas. Tidak hanya untuk produk hulu, tetapi juga Pemprov memperhatikan produk hilir rumput laut menjadi komoditas andalan Kaltim.
"Pada tahun 2012 ini di Tarakan akan dibangun pabrik rumput laut menjadi semi karaginan yang belum banyak dikembangkan di dalam negeri," ujarnya.

Diuraikannya, karaginan sendiri terbagi menjadi dua yaitu karaginan semi murni dan karaginan murni. Untuk karaginan semi murni hasilnya digunakan sebagai stabilizer dan emulsifier pada industri makanan ternak, bahan baku karaginan murni yang memiliki kekuatan gel serta rendemen yang tinggi. Sedangkan untuk karaginan murni digunakan sebagai bahan stabilisator, pengental, pembentuk gel, pengikat dan pencegah kristalisasi dalam industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, dan lain-lain.

Di Tarakan, pabrik pengolahan rumput laut menjadi karaginan dikembangkan dengan mengolah rumput laut dari basah menjadi kering dan kemudian di press lagi untuk memperkecil volume.

"Memasuki tahapan industrialisasi ke depan suplai bahan baku tidak boleh stop dan tidak harus di setiap kabupaten/kota penghasil rumput laut memiliki pabrik pengolahan. Bahan baku untuk Tarakan akan didatangkan dari Nunukan, Bontang dan Kutai Timur," pungkasnya. (her/hmsprov).

Sumber : http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=7518

BI dan Pemkab Nunukan Kerjasama Bimbingan Rumput Laut



rumput.jpg

BI dan Pemkab Nunukan Kerjasama Bimbingan Rumput Laut



Bank Indonesia (BI) dan Pemkab Nunukan menjalin kerjasama untuk memberikan bimbingan teknis pengelolaan rumput laut kepada para petani di daerah ini.

Kabupaten Nunukan termasuk 24 kabupaten/kota penghasil rumput laut terbesar di Indonesia.

Kerjasama kedua belah pihak ini dituangkan dalam memorandum of understanding (MoU). Deputi Pemimpin BI Teguh Setiadi mengatakan, tugas BI salah satunya menjaga kestablian inflasi.

"Ini bukan hanya dipengaruhi suku bunga, bisa distribusi dan transportasi. Salah satunya kenapa rumput laut tidak diproduksi sendiri? Kami melihat rumput laut di Nunukan sudah menjadi bagian dari warga Nunukan, tetapi banyak hal yang perlu dibenahi," ujarnya.

Ia mengatakan, petani di sini tidak mendapatkan informasi mengenai rumput laut yang laku dijual dan bernilai tinggi.

"Kalau BI, kita tidak boleh memberikan secara langsung. Kita terkait inflasi, bentuknya bantuan teknis. Kita memfasilitasi pengembangan pengusaha yang bergerak dibidang rumput laut," ujarnya.

Bantuan teknis yang diberikan kepada para petani tidak hanya berupa teori, namun juga praktik lapangan. Bimbingan teknis ini diberikan mantan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Ujang Koswara.

"Pak Ujang langsung memberikan bagaimana bertani yang baik sehingga bisa lebih tinggi kualitas dan harganya. Sekarang kita berikan semacam informasi rumput laut, seperti apa yang dibutuhkan sebab biasa masalahnya diperniagaan," ujarnya.

Pihaknya melihat kualitas rumput laut jika sudah sesuai standar tentu harganya tidak rendah.
"Sebenarnya pengumpul juga dirugikan karena dia tidak tahu seperti apa kualitas yang diinginkan pabrik," ujarnya.


Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2011/09/09/bi-dan-pemkab-nunukan-kerjasama-bimbingan-rumput-laut