...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Jumat, 21 September 2012

Membuat Nori secara Tradisional di Jepang

Sushi Tekkamaki
Nori sebagai bahan membuat makanan Sushi

Sushi Plates 
Aneka Sushi yang terbalut Nori

Nori Sheets 
Lembaran Nori 

Pole & Net NoriBudidaya rumput laut jenis Porphyra umbilicalis di Jepang
 

Life Cycle of Nori
Siklus hidup dari rumput laut 'Nori' (Porphyra spp). 
Workshop Sign
Penjemuran lembaran Nori dengan rak dari anyaman bambu
Mr. Hiraga sedang memperagakan cara pembuatan lembaran Nori secara tradisional Jepang

Unchopped
Nori segar yang baru dipanen dari laut dalam wadah

UnchoppedUnchopped

 Nori processing consists of four steps:
  1. Rinse fresh nori and put into a strainer
  2. Chop the nori with a knife into fine pieces
  3. Place chopped nori into a frame on a bamboo mat in a bucket of water to create a sheet; remove the frame, mat and sheet of nori from the water
  4. Put the bamboo mat with sheet of nori onto a rack to dry in the sun

Hiraga Hands Out Nori

Marina Rinses Nori
Membilas nori segar


Chopping Nori



Nori Outside


Mats & Frame


Mats & Frame


Nori & Frame

Nori & Frame


Nori & Frame

Nori & Frame

Nori & Frame Outside


Frame Removed


.
Nori on Dry Rack

Completed NoriNori kering yang siap dikemas
 
Nori in Pan
 Nori dipanggang sebelum dikonsumsi

Roasted Nori 
 Kiri Nori kering, kanan Nori kering yang sudah dipanggang
 
Smaller Nori


Onigiri


Onigiri
Onigiri

Onigiri


Sumber Gambar : http://glendalecommunitycollege.wordpress.com/2012/05/03/nori-japans-most-famous-seaweed-part-i-history-and-traditional-use/

Selasa, 18 September 2012

Limbah Rumput Laut Dapat Dijadikan Pupuk

Limbah Rumput Laut Dapat Dijadikan Pupuk

Oleh: M.Rusman

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur, Yophie F Wowor mengatakan limbah dari rumput laut sangat potensial dijadikan pupuk cair.

Limbah dapat diperoleh dari hasil pengeringannya dan sudah diujicobakan pada sejumlah tanaman dengan hasil yang sangat meyakinkan dan memuaskan, kata Yopie di Nunukan, Selasa.

Menurut Yopie, limbah rumput laut tersebut selain dapat dijadikan sebagai pupuk juga berfungsi sebagai pengusir hama bagi tanaman karena baunya yang sangat menyengat.

"Masalah potensi limbah dari rumput laut ini kami sudah diujicobakan pada sejumlah tanaman seperti lombok. Dan hasilnya sangat bagus dan memuaskan baik dari segi kesuburan dan perkembangan tanaman juga terhindar dari hama," katanya menjelaskan.

Setelah mengetahui bahwa limbah hasil pengeringan dari rumput laut bermanfaat bagi tanaman, Yopie mengatakan terus melakukan eksperimen untuk mendapatkan manfaat lain yang bisa diperoleh dari limbah tersebut.

Ia menambahkan, limbah rumput laut ini hanya menjadi bahan baku pupuk berbentuk cair itu dan masih perlu dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya yang dapat menambah kekuatan daripada pupuk yang dihasilkan.

Yophie sangat yakin apabila limbah rumput laut ini benar-benar dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan racun hama bagi tanaman, masyarakat Kabupaten Nunukan tidak akan bergantung lagi pada pupuk anorganik.

Ia menyatakan pula, selain pupuk cair dengan bahan baku limbah rumput laut tetapi pupuk dapat diperoleh pula dari kotoran ternak.

Makanya, meminta kepada masyarakat yang memiliki ternak agar mengandangkannya dalam satu tempat agar kotorannya dapat berkumpul dan mudah mendapatkannya.

Kotoran ternak ini juga sangat baik dijadikan pupuk organik bagi tanaman tanpa mencampurnya lagi dengan bahan-bahan lain seperti limbah rumput laut tadi, katanya.

"Saya minta kepada warga yang miliki ternak supaya dikandangkan karena kotorannya dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman," harapnya.

Sumber : http://kaltim.antaranews.com/berita/8868/limbah-rumput-laut-dapat-dijadikan-pupuk

Pupuk Ramah Lingkungan dari Rumput Laut

Pupuk Ramah Lingkungan dari Rumput Laut

Berbagai jenis rumput laut yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis ternyata bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk organik. Kandungan unsur hara mikro dan makronya lebih tinggi dari pupuk urea.

Lautan menyimpan begitu banyak sumber daya hayati yang bernilai jual tinggi. Selain beragam jenis ikan, kekayaan laut lainnya yang bermanfaat bagi manusia ialah rumput laut. Selama ini, rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, seperti jelly atau agar-agar, roti, salad, saus, dan es krim.

Selain bahan makanan, tumbuhan laut yang termasuk keluarga gangga itu dapat diolah menjadi minuman semisal yoghurt dan sirup. Rumput laut juga kerap diekstrak untuk dijadikan bahan baku farmasi, kosmetika, dan bahan bakar. Karenanya, tidak heran jika rumput laut jenis tertentu banyak dibudidayakan untuk memasok kebutuhan industri.

Menurut peneliti utama bidang produk alam laut dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rachmaniar Rachmat, ada beberapa jenis rumput laut bernilai ekonomi tinggi dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Beberapa di antaranya Eucheuma, Gracilaria, dan Microphylum.
Ada lebih dari 600 spesies rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia. Spesies-spesien rumput laut itu digolongkan ke dalam empat kelas, yaitu ganggang merah {Rhodophyceae), ganggang cokelat {Phaeophyceae), ganggang hijau (Chlorophyceae), dan ganggang hijau-biru [Cyanophyceae).
Sayangnya, sebagian besar rumput laut itu belum diteliti dengan lebih mendalam mengenai kandungan zat-zatnya. Alhasil, jenis-jenis rumput laut itu dianggap memiliki nilai ekonomi yang rendah.

Rachmaniar mengatakan kebanyakan rumput laut yang kurang prospektif itu hidup liar di wilayah perairan Indonesia Timur, terutama di sekitar Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Jumlah rumput laut yang dianggap bernilai ekonomi rendah itu sebenarnya berpeluang untuk dijadikan pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro cukup tinggi.

Hal itu dapat dibuktikan dari adanya tumpukan limbah rumput laut di lingkungan sekitar industri yang memanfaatkan sumber daya nabati laut itu. Di tumpukan limbah rumput laut yang telah melapuk itu biasanya tumbuh gulma atau beraneka ragam tanaman.

“Hal itu menjadi indikasi rumput laut mengandung senyawa yang bermanfaat bagi tanaman,” ujar Rachmaniar yang juga menjadi Sekretaris Eksekutif Asosiasi Rumput Laut Indonesia.
Karena merupakan limbah industri, tumpukan rumput laut itu sudah terkontaminasi berbagai macam bahan kimia. Alhasil, kandungan pupuk yang dihasilkannya pun turut tercemar.

Berdasarkan hal itu ditelitilah kemungkinan membuat pupuk dari rumput laut yang bebas dari bahan kimia. Rumput laut yang dimanfaatkan ialah rumput laut yang dianggap bernilai ekoriomi rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Rachmaniar diketahui rumput laut jenis Turbinaria dan Sargasum memiliki unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap. Unsur hara makro di antaranya nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur. Sedangkan unsur hara mikro antara lain besi, mangan, tembaga, seng, molibden, boron, dan klor.

“Unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk rumput laut itu lebih banyak daripada pupuk urea yang dijual di pasaran,” klaim Rachmaniar.
Lebih lanjut, Rachmaniar menjelaskan pembuatan pupuk rumput laut dalam bentuk padat diawali dengan menghancurkan rumput laut sampai halus.
Tujuannya, agar bakteri penghancur dalam proses fermentasi dapat bekerja maksimal. Selain itu, senyawa laktosan (senyawa gula) dapat mudah menyatu.

Semua bahan baku pembuatan pupuk rumput laut itu dicampur dan dimasukkan ke dalam wadah semisal drum, plastik, atau tempat yang memungkinkan berlangsungnya proses fermentasi kedap udara. Apabila selama fermentasi terdapat udara, maka proses pembuatan pupuk pun akan gagal. Waktu fermentasi optimal untuk membuat pupuk rumput laut padat itu sekitar dua pekan. Setelah itu, pupuk dapat diberikan pada tanaman sayur, buah, dan bunga.

Selain pupuk padat, ada pula pupuk rumput laut cair. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat pupuk cair tidak berbeda dengan pupuk padat.
Perbedaan hanya terletak pada proses pembuatan dan lamanya waktu fermentasi. Pupuk rumput laut cair membutuhkan penambahan air dengan waktu fermentasi selama lima hari.

Lebih Subur


Rachmaniar memaparkan berdasarkan hasil uji antara pupuk rumput laut baik padat, cair, maupun campuran keduanya dengan urea diketahui kondisi tanaman menggunakan pupuk rumput laut lebih subur. Dalam uji coba penyemprotan pupuk rumput laut dilakukan dua kali selama masa tanam.
Secara umum, tanaman yang diberi pupuk rumput laut menghasilkan batang lebih besar dan tegak, urat daun terasa kasar, batang tidak mudah patah, dan daun berwarna hijau serta tidak mudah sobek. Sedangkan tanaman yang disiangi pupuk urea memiliki batang yang mudah rebah dan patah, daun berwarna hijau tua, urat daun terasa halus, serta mudah sobek.

Uji efektivitas pupuk rumput laut pada tanaman selama empat pekan memberikan hasil tinggi tanaman yang diberi pupuk padat mencapai 32,8 sentimeter. Sedangkan tanaman yang diberi pupuk urea tingginya mencapai 32,2 sentimeter.
Panjang daun tanaman yang menggunakan pupuk rumput laut padat mencapai 13,7 sentimeter, sedangkan daun tanaman yang menggunakan pupuk urea memiliki panjang 9,3 sentimeter.

“Dari hasil uji efektivitas dapat ditarik benang merah bahwa dengan melihat kekuatan tanaman, ketahanan terhadap lingkungan, serta ukuran tanaman, maka paling efektif menggunakan pupuk rumput laut padat,” ujar Rachmaniar. Formula pupuk rumput laut itu rencananya akan dikomersialkan lewat suatu perusahaan swasta pada tahun ini.

Menurut doktor bidang kimia bahan alam dari Universitas Padjajaran, Bandung, itu meski memiliki banyak kelebihan, pupuk rumput laut juga memunyai kelemahan. Daun tanaman yang diberi pupuk rumput laut banyak yang berlubang karena dimakan ulat ketimbang daun tanaman yang diberi pupuk berbahan kimia.

 Namun, di sisi lain, hal itu bisa menjadi indikator bahwa tanaman tidak membahayakan kesehatan manusia ketika dikonsumsi. “Kalau ulat saja takut mengonsumsi kimia, tentu ada sebabnya. Hal itu menujukkan tanaman yang diberi pupuk berbahan kimia sebenarnya berbahaya jika dikonsumsi manusia” ujar Rachmaniar.
Sumber : Koran Jakarta

Sumber : http://benihikan.net/teknologi/pupuk-ramah-lingkungan-dari-rumput-laut/#ixzz26prVqVt4


Cara Pengolahan Rumput Laut

Rumput Laut

Cara Pengolahan Rumput Laut




Usaha budidaya rumput laut dengan produk turunannya telah banyak dilakukan di beberapa wilayah pesisir pantai Indonesia. Seandainya usaha ini dilakukan dengan benar, termasuk di dalamnya menggunakan mesin-mesin teknologi tepat guna, maka industri rumput laut ini berpotensi meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Rumput laut merupakan penghasil karaginan yang banyak digunakan untuk bahan industri makanan,  minuman, farmasi, keramik, tekstil dan kosmetik.

Usaha pengolahan rumput laut ini sayangnya masih dikelola secara sederhana oleh sebagian masyarakat. Mereka masih mengandalkan penjualan rumput laut dalam bentuk rumput laut kering. Hal ini terjadi karena di dalam negeri industri pengolahan rumput laut menjadi karaginan atau karaginan semi murni belum banyak berkembang. Sehingga harga jual rumput laut dari petani rumput laut dipasaran rendah karena belum adanya diversifikasi produk .
Berikut ini adalah cara pengolahan rumput laut yang bisa dilakukan agar bisa meningkatkan nilai produk rumput laut.

Alkali Treatment Carrageenan (ATC)
Proses pengolahan rumput laut menjadi karaginan/ semi refained carrageenan sebetulnya sangat sederhana. Proses ini dapat dilakukan dengan cara merebus rumput laut ke dalam larutam garam alkali pada suhu 80 – 85⁰C selama 2 – 3 jam. Untuk merendam rumput laut jenis Eucheuma spinosum menggunakan alkali NaOH, sedangkan untuk jenis Eucheuma cottonii menggunakan alkali KOH. Setelah itu rumput laut dinetralkan/ dicuci. Proses perendaman dalam larutan alkali ini bertujuan untuk meningkatkan titik leleh karaginan di atas suhu pemasaknya sehingga tidak larut menjadi pasta dan untuk meningkatkan kekuatan gel dari karaginan tersebut.

Semi Refined Carrageenan (SRC)

1. Proses Produksi SRC Chips
Setelah melalui proses perendaman dalam larutan alkali rumput laut jenis E. cottonii dinetralkan dengan air tawar. Selanjutnya dipotong dengan ukuran 2 – 4 cm. Setelah berbentuk chips dilanjutkan dengan proses pengeringan dan rumput laut siap untuk dikemas. Hasil pengolahan ini berbentuk chips kering yang disebut dengan Alkali Treated Cottonii (ATC).

2. Proses Produksi SRC Flour
Tepung Rumput Laut

Proses SRC flour merupakan kelanjutan produk SRC chips untuk jenis rumput laut Euchuma spinosum. Caranya dengan menghancurkan/ menepung produk chips menjadi tepung dengan ukuran 40 – 60 mesh, sesuai dengan permintan pasar. Produk SRC flour dapat digunakan dalam industri makanan, minuman (food grade) maupun industri lainnya (non food grade). Khusus untuk SRC flour food grade proses pengeringan diharuskan menggunakan mesin pengering untuk mencegah kontaminasi dengan udara terbuka.

Dengan mengolah rumput laut menjadi produk karaginan diharapkan nilai jual hasil olahan rumput laut dari petani rumput laut meningkat. Meningkatnya nilai jual akan meningkat pula pendapatan petani rumput laut sehingga akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pesisir pantai.

 Sumber : http://anekamesin.com/cara-pengolahan-rumput-laut.html

Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona


Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona














Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona

Rumput laut Indonesia yang sangat menjanjikan dinilai dapat menjadi komoditi yang dapat ikut berperan dalam pergerakan kemajuan ekonomi nasional. Betapa tidak, sektor rumput laut nasional telah menjadi salah satu primadona yang diperhitungkan dalam penciptaan lapangan kerja khususnya di bidang Kelautan dan Perikanan.

“Saat ini untuk rumput laut jenis euchema cotonil saja telah membuat Indonesia menjadi produsen utama dengan menguasai 50% produksi rumput laut di dunia. Tentunya itu semua karena kerja keras yang nyata dari para pelaku rumput laut nasional,” ujar Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Rabu(30/5/2012).
Dalam acara yang mengambil tema, 'Konsolidasi dan Restrukturisasi Organisasi Dalam Rangka Penyusunan Roadmap dan Blueprint Menuju Industrialisasi Rumput Laut Indonesia' itu, Safari Azis mengungkapkan bahwa pihaknya mengharapkan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan pelaku usaha memiliki arah yang tepat demi perkembangan rumput laut nasional.

“Kita akan mendukung pemerintah dalam mengimplementasian road map yang sedang disusun bersama itu dengan melakukan perluasan organisasinya hingga ke kabupaten/kota, terutama daerah penghasil rumput laut agar menjadi komoditas unggulannya.Selain pengembangan organisasi ke tingkat daerah, ARLI juga akan berperan aktif memberikan masukan kepada 5 kementerian dan 1 badan yang telah menandatangani MoU dengan komitmen mengembangkan rumput laut di Indonesia untuk mewujudkan paradigma nilai tambah melalui industrialisasi," jelasnya.

Safari Azis menilai, pihaknya masih harus banyak berbenah dengan pemerintah dalam menciptakan fondasi yang kuat untuk menuju industrialisasi yang menjadi capaian utama bersama antara para pelaku usaha dan pemerintah.
“Perlu berbenah ini karena masih banyak yang harus dibenahi mulai dari peran ekonomi rumput laut, terkait budi dayanya, perizinan, jalur distribusi, perdagangan luar negeri hingga perbaikan kualitas lingkungan perairannya,” jelas Safari.

Safari juga mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan upaya penyelesaian terkait adanya kesulitan dalam pengurusan prosedur ekspor di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berwenang mengeluarkan CoLO (certificate of Legal of Origin).
Selain itu, pihaknya juga mengaku untuk mendukung industrialisasi rumput laut diperlukan konsolidasi yang kuat diantara para pelaku usaha.

“Konsolidasi ini penting untuk menyatukan visi ke depan menuju industrialisasi. Oleh karenanya, ini harus menjadi perhatian seluruh pelaku usaha rumput laut dari hulu sampai hilir,” kata Safari.


Sumber : http://www.tribunnews.com/2012/05/30/rumput-laut-indonesia-jadi-primadona

Mantap, Rumput Laut NTT Go International

Mantap, Rumput Laut NTT Go International

Mantap, Rumput Laut NTT Go International 

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Nusa Tenggara Timur Nicolaus Bala Nuhan mengatakan, komoditas rumput laut di Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Timur pernah menembus pasar internasional Filipina, ketika produksi di negara itu mengalami stagnasi.

"Pada 2010 komoditas ekspor rumput laut asal NTT cukup diminati konsumen pasar di Mandanao Filipina karena kualitasnya, untuk kebutuhan obat dan jenis kosmetik lainnya," katanya di Kupang, Rabu, terkait dengan keberadaan rumput laut di NTT dan dampak ekonomisnya bagi masyarakat setempat.

Ia mengatakan saat itu (2010) harga rumput laut di NTT juga mencapai puncak tertinggi yaitu Rp 22 ribu per kilogram dan kemudian setelah harga rumput laut internasional stabil, kembali merosot hingga Rp 3.500 per kg dan hingga saat ini sedikit mengalami kenaikan Rp 4.000 per kg.
Menurut dia, rumput laut dinilai memiliki peran penting dalam pergerakan kemajuan ekonomi nasional sebagai salah satu primadona ekspor yang mampu menciptakan lapangan kerja khususnya di bidang kelautan dan perikanan.

"Saat ini saja rumput laut jenis 'Eucheuma cottoni' telah menjadikan Indonesia sebagai produsen utama dengan menguasai 50 persen produksi rumput laut di dunia. Dan merupakan hasil dari hilirisasi rumput laut dengan penerapan klaster bisnis," katanya.

Karena itu, mantan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan NTT itu meminta semua pihak mendukung pemerintah dalam mengimplementasian "road map" yang sedang disusun dengan melakukan perluasan organisasinya hingga ke kabupaten/kota, terutama daerah penghasil rumput laut agar menjadi komoditas unggulannya.

Ia mengatakan, dengan potensi yang ada seharusnya Indonesia mampu menjadi produsen perikanan yang mampu mengambil porsi besar dalam pasar dunia.

Karena industri rumput laut memerlukan keterkaitan erat antara hulu (up stream) dan hilir (down stream), karena pada tingkat hulu (petani dan nelayan) memiliki keahlian dan kemauan berproduksi tetapi menghadapi keterbatasan dalam akses pasar dan teknologi, sementara pada tingkat hilir (pemilik pabrik) memiliki teknologi dan akses pasar namun membutuhkan jaminan suplai bahan baku.

Ia menjelaskan "model klaster bisnis" akan banyak membantu kelangsungan aktivitas petani rumput laut dan sekaligus industri pengolahannya sehingga diharapkan kemitraan dapat dibangun melalui komunikasi dan implementasi nyata diantara pemangku kepentingan secara sinergis dan saling menguntungkan.

"Dengan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat/daerah sampai pelaku usaha utama, yakin bahwa target Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mencapai target produksi 10 juta ton pada 2014 akan dicapai," katanya.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/18/m7co68-mantap-rumput-laut-ntt-go-international

 

Mikroba Rumput Laut Bisa Hentikan Kerusakan Gigi


foto

Mikroba Rumput Laut Bisa Hentikan Kerusakan Gigi  

Rumput laut bukan hanya bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Tapi, juga bisa menghentikan kerusakan gigi. Penelitian terbaru menujukkan, menambahkan enzim dari mikroba rumput laut pada pasta gigi dan obat kumur bisa membantu melindungi gigi dari kerusakan.

Para peneliti di Newcastle University telah mempelajari Bacillus licheniformis untuk mengetahui bahwa mikroba ini bisa membersihkan lambung kapal. Namun kini para ilmuwan itu juga meyakini bahwa mikroba yang sama bisa melindungi area di sekitar gigi tempat plak berkumpul.

Hasil tes di laboratorium menunjukkan bahwa enzim mikroba ini bisa membersihkan plak dan mengecilkan jumlah bakteri yang menyebabkan kerusakan gigi. Dr Nick Jakubovics, dari sekolah ilmu gigi di Newcastle University mengatakan, “Plak di gigi Anda terbuat dari kumpulan bakteri yang ingin menjajah suatu kawasan gigi. Kehadiran mikroba dari rumput laut bisa menjadi kompetitor potensial,” kepada BBC.

“Pasta gigi tradisional bekerja dengan membersihkan plak yang mengandung bakteri, tetapi hal tersebut tidak selalu efektif. Karena itu mengapa seseorang yang rajin membersihkan gigi mereka tetap bisa mengalami gigi berlubang,” sambung Dr. Jakubovics. “Kami menemukan enzim ini bisa membersihkan semua bakteri yang tidak diinginkan dari plak,” lanjut dia.

Plak terdiri dari berbagai jenis bakteri yang merusak. Ketika sel bakteri mati, DNA di dalamnya keluar dan membentuk biofilm yang menempel di gigi. Mikroba rumput laut bisa membersihkan bakteri berbahaya seperti Streptococcus mutans yang menyebabkan kerusakan gigi. “Pada akhirnya kami berharap untuk menggunakan kekuatan ini dalam pasta gigi, obat kumur atau pembersihan gigi tiruan,” ungkap dia.

BBC | ARBA’IYAH SATRIAN

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/07/05/060415083/Mikroba-Rumput-Laut-Bisa-Hentikan-Kerusakan-Gigi

Rumput Laut Indonesia Ampuh Membunuh Tumor



 Rumput Laut Indonesia Ampuh Membunuh Tumor

Spesies ganggang coklat yang hidup di Indonesia memiliki potensi untuk mengobati kanker.

Demikian hasil bioprospeksi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBRP2B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) baru-baru ini.

Jenis ganggang coklat yang berpotensi mengobat kanker tersebut adalah Turbinaria decurrens. Lewat pengujian, peneliti dari kedua lembaga tersebut mengetahui bahwa Turbinaria decurrens mampu membunuh sel tumor mulut rahim.

Laporan bahwa golongan ganggang atau rumput laut bisa mengobati ini sel kanker bukan pertama kalinya. Sebelumnya, ganggang merah jenis Rhodymenia palmata dan ganggang hijau jenis Ulva fasciata juga dilaporkan bisa membunuh sel tumor payudara.

"Rumput laut kaya akan senyawa flavonoids yang banyak dilaporkan mempunyai efek sebagai antitumor," kata Nurrahmi Dewi Fajarningsih, salah satu peneliti yang terlibat riset ini.

Adanya fakta ini menunjukkan bahwa ganggang kaya manfaat. Pemanfaatannya kini harus diperluas, tak sebatas sebagai sumber karigin saja. Indonesia bisa mengelola ganggang sebagai sumber daya alam hayati bahan baku obat-obatan.

"Kalau kita berhasil menciptakan industri obat-obatan berbasis rumput laut, hasilnya bisa 5-6 kali lebih besar daripada nilai hasil budidaya ikan di Indonesia setahun," Kepala Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rizald M. Rompas. 

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/06/12/18544988/Rumput.Laut.Indonesia.Ampuh.Membunuh.Tumor

Indonesia perluas pasar rumput laut ke Jepang



Indonesia perluas pasar rumput laut ke Jepang

Kementerian Perdagangan RI berupaya meningkatkan kerja sama ekspor dengan memperluas akses pasar rumput laut yang merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dalam sektor kelautan dan perikanan ke Jepang.

"Pasar Jepang merupakan salah satu pasar utama produk Indonesia khususnya furnitur kayu, suku cadang mobil, dan rumput laut. Oleh karena itu, akses pasar ke Jepang akan terus diperluas dan ditingkatkan secara berkelanjutan," kata Plh Direktur Pengembangan Produk Ekspor dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan, Gatot Prasetyo Adjie, dalam keterangan tertulis yang diterima di Morotai, Maluku Utara, Jumat.

Menurut dia, negara Jepang merupakan pasar yang sangat besar bagi produk Indonesia dan khusus untuk rumput laut merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sajian makanan Negeri Matahari Terbit tersebut.

Oleh karena itu, lanjutnya, pihak Indonesia juga terus berupaya dalam meningkatkan kualitas olahan hasil rumput laut mengingat potensi bahari Indonesia yang sangat besar.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton pada 2012 yang akan dilakukan antara lain dengan cara mengembangkan budidaya polikultur untuk komoditas tersebut.

"Pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, 11 Agustus.

Untuk itu, menurut Sharif, KKP sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya juga menuturkan akan memacu peningkatan produksi rumput laut melalui pengembangan pola budidaya polikultur.

Pengembangan polikultur tersebut, lanjutnya, dilakukan di enam kabupaten/kota di pantai utara (Pantura) Jawa Barat yaitu di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, dan Bekasi.

Keenam daerah tersebut, ujar dia, memiliki kadar garam sekitar 15-20 ppt, sehingga cocok untuk pengembangan rumput laut jenis Gracilaria sp.

"Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, di samping masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu," kata Menteri.
(M040)
Editor: Ella Syafputri

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/332992/indonesia-perluas-pasar-rumput-laut-ke-jepang

Enam Peneliti Asing Teliti Rumput Laut di Sulut



Enam Peneliti Asing Teliti Rumput Laut di Sulut

Ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa sarjana, pascasarjana Ilmu Perairan dan program doktor Manajemen Sumberdaya Perikanan antusias mengikuti seminar “Hugging the Coast: an exploration of seaweed farming and liminal living in the Sangihe Archipelago”, yang diselenggarakan di aula FPIK Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Selasa (4/9/2012).

Seminar tersebut memaparkan ekspedisi enam peneliti asing yang hanya menggunakan Kayak mengarungi perairan Nusa Utara untuk meneliti rumput laut yang dimulai pada tanggal 6 Agustus 2012 lalu.

Keenam peneliti yang semuanya merupakan wanita ini, memulai perjalanan mengarungi lautan hanya dengan Kayak dari Pantai Tasik Ria, Kabupaten Minahasa. Dengan 3 buah kayak mereka menyinggahi beberapa pulau yang ada di Sulawesi Utara. Beberapa pulau di antaranya merupakan pulau terluar NKRI seperti Pulau Mantehage, Minahasa Utara, Pulau MakaleHi, Kabupaten Sitaro.

Begitu pula ekpedisi tersebut menyinggahi Pulau Nain, P. Biaro, P. Tagulandang, P. Bebelang serta beberapa pulau lainnya di Sangihe.

Seminar yang turut pula dihadiri para dosen dari dalam dan luar FPIK Unsrat ini dibuka oleh Ketua Program studi Ilmu Kelautan Dr. Gustaf Mamangkey, yang juga bertindak sebagai moderator.

Peserta ekspedisi dari Durham University di Inggris, Dr Duika L Burges Watson menyampaikan alasan mereka memberi perhatian pada pengembangan rumput laut.
"Rumput laut selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi, juga membuka ruang bagi sumber pendapatan alternatif nelayan," kata Duika.
Selain itu, rumput laut juga bisa mengurangi tekanan perikanan tangkap, dan bisa sebagai anti-HIV serta penyerap karbon yang sangat baik.

Ketua Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat, Ir. Joopy Mudeng MSI mengatakan, hasil ekspedisi ini sangat berguna bagi kalangan akademik serta pengambil kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir di Sulawesi Utara.

Sulawesi Utara merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut. Beberapa pulau yang disinggahi oleh para peneliti tersebut merupakan penghasil rumput laut, terutama Pulau Nain.

Dr. Cyska Lumenta, DEA menambahkan bahwa ekspedisi ini telah membuktikan ketangguhan wanita mengarungi lautan, apalagi enam wanita ini hanya menggunakan perahu Kayak.

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/09/05/21284053/Enam.Peneliti.Asing.Teliti.Rumput.Laut.di.Sulut

RI Sasar Jepang untuk Dongkrak Ekspor Rumput Laut

 
 
 RI Sasar Jepang untuk Dongkrak Ekspor Rumput Laut

Indonesia menyasar Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama untuk komoditas rumput laut. Selama ini ekspor rumput laut ke Jepang terganjal ketentuan Sanitary and Phytosanitary Measures atau SPS. Hambatan yang sifatnya non tarif tersebut diharapkan bisa diminimalisir.

Hal tersebut disampaikan pelaksana tugas harian Direktur Pengembangan Produk Ekspor dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan Gatot Prasetyp Adjie, di sela-sela pertemuan bisnis antara Japan Foreign Traders Association dengan sejumlah pebisnis Indonesia, di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (12/9/2012).

Dia mengatakan, Jepang menjadi pasar penting bagi komoditas rumput laut Indonesia. Kebutuhan rumput laut terutama untuk makanan dan komestik sangat tinggi. Selama ini kerja sama bisnis di bidang rumput laut sudah terjalin. "Pertemuan kali ini mereka membawa 23 orang delegasi. Fokus pertemuan lebih mengarah pada perluasan akses pasar ke Jepang dan bisnis yang berkelanjutan," katanya.

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/09/12/16352488/RI.Sasar.Jepang.untuk.Dongkrak.Ekspor.Rumput.Laut