...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Minggu, 30 November 2014

Tumpangsari antara Rumput Laut, Bandeng dan Udang Windu untuk maksimalkan hasil tambak


Polikultur Rumput Laut, Bandeng dan Udang Windu

Gambar
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan komoditas unggulan perikanan budidaya, yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin. Sebagai salah satu komoditas unggulan, rumput laut terus dipacu produksinya di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat dengan pola budidaya polikultur. “Pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Sabtu (11/8).
Dalam pengertiannya, polikultur adalah praktek kultur lebih dari satu jenis organisme akuatik di kolam yang sama. Polikultur harus menggabungkan ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dalam proporsi yang efektif memanfaatkan makanan alami. Jenis rumput laut yang dipolikultur adalahGracilaria sp. yang dilakukan pada tambak bandeng maupun udang windu. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Menteri KKP Sharif C. Sutardjo  “Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, di samping masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu. selain itu penerapan budidaya pola polikultur dapat menekan dilakukan untuk mengatasi serangan penyakit udang dibandingkan dengan pola monokultur.
 Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyebut bahwa potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar, karena banyak lahan kosong eks tambak udang yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan. hal ini diharapkan mampu meningkatkan pendapat para petambak dan akhirnya dapat meningkatkan produksi rumput laut secara keseluruhan.
Tidak usah ragu dalam usaha budidaya polikultur rumput laut dengan udang maupun bandeng. Karena harga rumput laut jenis Gracilaria tingkat petambak tercatat sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram, sedangkan ditingkat pabrik mencapai Rp 6.000-Rp 7.100 per kg. Harga ini cenderung mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun lalu yang hanya sebesar Rp 3.000 per kg.
produktivitas dari setiap hektar lahan, produksi rumput laut kering diperkirakan mencapai 2 ton dengan masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, sementara untuk bandeng butuh waktu panen 6 bulan, dan udang windu selama 4 bulan. Selain dapat meningkatkan produktivitas, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional serta resiko yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada udang atau pun bandeng sehingga dinilai lebih efisien.
Mari kita budidaya dengan sistem polikultur !
Sumber : http://putriaquacultureumm.wordpress.com/2012/08/14/polikultur-rumput-laut-bandeng-dan-udang-windu/

Komoditi berpotensi hebat itu adalah Rumput Laut



Pengembangkan Potensi Rumput Laut




91704423 Foto000 Hamparan Lahan Rumput Laut Rumput-laut 03 rumput-laut

Perairan laut ­Indonesia dengan garis ­pantai sekitar 81.000 km ­diyakini memiliki ­potensi rumput laut yang ­sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan ­Indonesia. Dari jumlah itu ada 55 jenis yang ­diketahui ­mempunyai nilai ­ekonomis tinggi, ­diantaranya ­Eucheuma sp, Gracilaria dan ­Gelidium. Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae). 

Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut. Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.

Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaanlaut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jeni saja yang dapat dimakan karena alasan rasa.

Budidaya
Untuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor teknis dan non teknis antara lain, harus bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat dan mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik). Sementara dasar peraiaran mesti agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari lumpur. Lokasi masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Sedangkan kejernihan air tidak kurang dari 5 cm.  Suhu air (20 – 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC. Kisaran kadar garam 28 – 34 dan PH air antara 7 – 9. Lokasi harus mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien serta bebas dari bahan pencemaran, bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora.

Syarat penting lain, mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 – 30oC jika terjadi kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur.

Dari semua faktor yang disebutkan di atas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.

Gerakan Air
Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.

Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air. Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.

Faktor Non Teknis
Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan yang hidup di bawah g aris kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.

Pemilihan Bibit
Penyediaan benih dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif. Persyaratan bibit yang b erkualitas antara lain mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan. Adapun ciri-ciri bibit yang baik antara lain bibit tanaman harus muda, bersih dan segar.

Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan. Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat.  Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.

Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.

Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.

Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan pemupukan. Untuk gracilaria yang ditanam di tambak pemupukan di berikan secara teratur 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP dan ZA dengan perbandingan 1 : 1 : 1 sebanyak 20 kg/ha atau dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 100 kg/ha. Penggantian air tambak sebanyak 60% dilakukan setiap 15 hari sekali wakbu bulan baru dan bulan purnama.

Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6 – 8 minggu setelah tanam dengan berat tanaman per ikatan 800 gram.  Cara memanen rumput laut pada air pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat kemudian tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan pada saat air surut dapat dilakukan langsung di areal tanaman. (int)

Sumber : http://jurnalasia.com/2014/07/15/mengembangkan-potensi-rumput-laut/#sthash.7koJ6USK.dpuf




Usaha Rumput Laut Gracilaria verucosa di tambak, mudah murah dan relatif singkat


Asyiknya Budidaya Rumput Laut Gracilaria verucosa

08 Aug 2012 | 09:43
Sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa itu rumput laut, akan tetapi mungkin tidak semua orang mengetahui bagaimana berbudidaya rumput laut, karena budidaya rumput laut hanya menjadi mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang notabene wilayahnya didominasi pantai dan tambak.
Gracilaria verucosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang memiliki potensi cukup besar secara ekonomis dan biasa dibudidayakan di perairan tambak. Rumput laut jenis ini memiliki banyak manfaat, baik untuk kebutuhan pangan maupun non-pangan. Dalam industri pangan rumput laut ini biasa dimanfaatkan sebagai sumber protein, vitamin dan mineral, serta menjadi sumber bahan baku industri agar-agar dalam negeri.
Budidaya rumput laut Gracilaria verucosa cukup mudah, murah dan relatif singkat. Selain itu, budidaya rumput laut jenis ini juga dapat membantu menambah nilai produktivitas tambak. Karena bisa dilakukanan secara polikultur dengan ikan bandeng dan udang. Dan secara ekologis, rumput laut ini membantu menjaga kualitas air tambak sekaligus tempat bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan dan bandeng.
Bagaimana dengan modal? Lahan seluas satu hektar dapat ditanami bibit rumput laut sebanyak 3000 kg (3 ton) yang harganya sekitar Rp. 1000/kg. Kebutuhan bibit pun cukup hanya sekali di masa awal tanam. Tidak membutuhkan pupuk ataupun obat selama masa pemeliharaan sehingga biaya yang dikeluarkan relatif kecil.
Metode penanaman yang dilakukan pun sangat sederhana, rumput laut disebar di areal tambak secara merata. Pemeliharaannya pun tidak terlalu sulit, hanya dibutuhkan pengaturan sirkulasi air dengan cara mengganti air setiap beberapa hari sekali dengan cara membuka dan menutup pintu air untuk menjaga kestabilan salinitas tambak. Pergantian air inipun bisa dilakukan dengan memanfaatkan kondisi pasang-surut air laut.
Masa tanam rumput laut Gracilaria verucosa tidak terlalu membutuhkan waktu yang relatif lama. Panen perdana dibutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan karena masih dalam proses pengembangan biomassa. Akan tetapi untuk panen berikutnya hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 45 hari. Metode panennya pun sangat sederhana, dengan menggunakan rakit rumput diambil dengan menggunakan tangan dan dicuci bersih. Kemudian dilakukan penjemuran diatas waring selama kurang lebih satu hari hingga mencapai kekeringan yang cukup.
Bagaimana dengan hasilnya? Salah seorang petani binaan penulis, petani rumput laut di Desa Langensari Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, H. Suminta Adi menuturkan bahwa dengan bibit 3 ton dan masa tanam kurang lebih 3 bulan dia memperoleh hasil kering kurang lebih sekitar 1,9 ton pada panen perdananya dengan perbandingan rumput laut basah dan rumput laut kering sekitar 10:1, artinya dari 10 kg basah diperoleh 1 kg kering.  Panen berikutnya dia mengatakan dilakukan sekitar 2 bulan sekali. Dengan harga rumput laut kering Rp. 3500,-/kg, hasil yang dapat diperoleh petani cukup menguntungkan sebagai nilai tambah dari produktivitas tambak.
Anda ingin mencoba...???13444189571271935518

Sumber :  http://m.kompasiana.com/post/read/484375/3/asyiknya-budidaya-rumput-laut-gracilaria-verucosa.html

Rumput Laut Takalar perlu Industri Olahan


RUMPUT LAUT TAKALAR

KALAU MAU MAJU, HARUS PUNYA PABRIK OLAHAN SENDIRI

 

*OLEH USAMAH KADIR


RUMPUT Laut, Obyek Wisata dan Industri Kreatif, merupakan tiga potensi unggulan dari sekian banyak potensi Kabupaten Takalar yang diyakini Bupati Takalar Dr. H. Burhanuddin Baharuddin MSi – sejak awal memimpin daerah ini - sangat mungkin menyejahterakan rakyat. Karena itu, bupati mengajak seluruh aparatur Pemkab Takalar agar melakukan ikhtiar yang maksimal, kreatif dan melakukan inovasi untuk menggali potensi unggulan tersebut. “Rakyat sejahtera, pemerintah senang, insya Allah,” kata Bupati Burhanuddin Baharuddin.  

Tentu saja, untuk mengembangkan potensi unggulan tersebut, diperlukan kerjasama dengan multipihak, terutama pihak investor, baik yang ada di daerah, maupun di luar daerah, bahkan investor di luar negeri sekali pun. Untuk itu langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenalkan potensi-potensi unggulan tersebut kepada publik melalui media massa cetak, elektronik dan online.
Strategi yang dilakukan Pemkab Takalar bekerjasama dengan organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Sulawesi Selatan, sangat tepat. Yakni; mengundang para jurnalis ke Takalar untuk melihat dari dekat potensi-potensi unggulan tersebut, dan 

Sekda Takalar Ir. Nirwan Nasrullah MSi

kemudian menuliskan di masing-masing medianya. 
“Dengan termuatnya potensi-potensi unggulan Takalar di masing-masing media para jurnalis, kami berharap adas investor, baik di dalam maupun di luar negeri tertarik bekerjasama dengan kami untuk menggarap potensi-potensi unggulan tersebut,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Takalar Ir. H. Nirwan Nasrullah Msi, ketika memberikan sambutan pada acara pembekalan peserta lomba karya jurnalis, di Kantor Bupati Takalar, Rabu, 22 Mei 2013.
  ‘Lomba Karya Jurnalistik’ tersebut merupakan hasil kesepakatan antara Pemkab Takalar dengan PWI Sulsel yang saling menguntungkan. Di satu sisi, keinginan Pemkab Takalar untuk mempromosikan potensi-potensi unggulan Takalar melalui tulisan para wartawan. Di sisi lain, PWI Sulsel memperoleh dukungan dari Pemkab Takalar untuk melaksanakan puncak acara Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2013 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Takalar. Itu sebabnya, lomba penulisan ini bertema; “POTENSI UNGGULAN TAKALAR MENYEJAHTERAKAN RAKYAT”.
Model kerjasama seperti ini merupakan langkah konkret kemitraan antara pers dengan pemerintah. Bentuk kerjasama seperti ini perlu terus dikembangkan dengan pemerintah daerah lainnya demi kepentingan bangsa dan negara.

Rumput Laut Program Prioritas
Usai acara pembekalan hari itu, penulis berdiskusi sejenak dengan Sekda Takalar Ir. Nirwan Nasrullah MSi, di ruang kerjanya, mengenai prospek potensi unggulan Takalar. Dari diskusi singkat itu, Pak Sekda dan penulis sepaham bahwa pengembangan potensi Rumput Laut Takalar, harus menjadi program prioritas. Mengapa? Pertimbangannya antara lain: Pemerintah pusat sudah menetapkan Takalar sebagai salahsatu sentra produksi rumput laut nasional, dan sudah pernah berjanji akan mendorong investor asing untuk mengembangkan pabrik industri rumput laut di Indonesia.
Provinsi Sulawesi Selatan pun sudah menetapkan rumput laut menjadi salahsatu komoditas andalannya, dan menetapkan Takalar sebagai sentra produksi rumput laut di Sulawesi Selatan. Data tahun 2010 menunjukkan produksi rumput laut Sulsel sebesar 2,1 juta ton, berasal dari sebaran area yang terdapat di Takalar, Bantaeng, Barru, Palopo, Bone, dan Pangkep. Jenis rumput laut yang dibudidayakan ialah Eucheuma cottonii dan Gracilaria verucosa. Kontribusi rumput laut asal Sulsel (sebagian besar produk Takalar) terhadap produksi rumput laut nasional, mencapai 53,96%. Inilah yang mengantar Sulsel (Indonesia) menempati posisi kedua dunia setelah Chile.
Kabupaten Takalar secara nasional merupakan salahsatu kabupaten yang dinilai berhasil mengembangkan rumput laut. Takalar memiliki kelebihan dibandingkan dengan daerah lain yang juga membudidayakan rumput laut, karena Takalar memiliki pesisir laut yang cukup panjang, dan landai serta luas hingga ratusan meter dari bibir pantai. Laut Takalar memiliki pasang surut rendah, sehingga penanaman rumput laut di Takalar, cukup dilakukan dengan metode lepas dasar. Ini yang menjadikan Takalar sangat cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut.
Jenis rumput laut Takalar termasuk yang berkualitas, karena kadar karaginannya yang tinggi, sementara permintaan rumput laut oleh pasar dunia masih jauh lebih besar dari pada ketersediaan stok.
Harga rumput laut di tingkat petani tetap konstan, karena apabila terjadi fluktuasi harga di pasaran bebas, Pemkab Takalar mampu menetapkan harga normal sehingga petani tetap bekerja dengan tenang.
Area tanaman rumput laut untuk sementara – tidak perlu dibeli, sehingga petani belum memerlukan modal besar untuk membudidayakan tanaman ini. Dikatakan sementara, karena sudah terlihat adanya upaya para petani rumput laut mengkapling area garapannya, yang sewaktu-waktu dijual atau dipersewakan kepada pihak lain, pada saat mereka tiba-tiba membutuhkan uang.  Bahkan, area tanaman rumput laut, sudah disamakan nilai ekonomisnya dengan nilai ekonomis sawah atau empang, dengan menjadikannya sebagai ‘passunrang’ atau mahar  perkawinan.

Tidak sulit mengajak masyarakat untuk terjun dalam usaha budidaya rumput laut, karena teknisnya sederhana, sehingga mudah dipelajari oleh siapa pun. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, hasil budidaya rumput laut segera dapat dinikmati oleh masyarakat, terutama mereka yang terlibat langsung di dalamnya, sehingga otomatis mengurangi beban pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja. Bahkan sebaliknya. Masyarakat petani rumput laut dapat berperan serta dalam pelaksanaan pembangunan karena sudah mampu membayar pajak dan retribusi. Contohnya: hanya bermodalkan satu bentangan (tali) saja, seorang penggarap mampu memproduksi rata-rata 45 kg. Jika patokan hargarumput laut (kering) Rp6.000 – Rp6.500 per bentangan, dia bisa memperoleh Rp24.000 sekali panen hanya dalam tempo 45 hari.  Satu kelompok tani yang beranggotakan 10 orang bisa memiliki areal tanam 300 sampai 1000 bentangan. Artinya, hanya dalam waktu 45 hari 10 petani sudah memperoleh hasil sebesar Rp24.000.000,- Itulah, mengapa rumput laut Gracilaria keringdisebut komoditas yang menjanjikan.
Selain itu, Takalar bukan hanya pusat pembudidayaan rumput laut di Sulawesi Selatan, tapi juga berperan sebagai pusat pelatihan bagi petani rumput laut dari daerah lain. Kabupaten Nunukan, di antaranya, pernah memagangkan petani rumput lautnya untuk magang di Takalar.
***

Januari 2013 lalu, pemerintah pusat membuat program kerja peningkatan produktivitas rumput laut, dan menargetkan produksi rumput laut basah sebesar 10 juta ton pada tahun 2014. Sayangnya, target tinggi tersebut tidak dibarengi dengan penambahan jumlah pabrik olahan rumput laut. Data tahun 2012 menunjukkan, pabrik industri olahan rumput laut di dalam negeri hanya berjumlah 27 unit, yakni; mencakup produk lembaran (chip), semi pengolahan (semi-refine), karagenan, dan tepung agar.
Jana Tjahjana, anggota Tim Rumput Laut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pesimistis menanggapi rencana tersebut. “Target 10 juta ton tahun depan tersebut sulit terpenuhi karena pabrik olahan rumput laut dan penyerapan bahan baku industri pengolahan serta penyerapan pasar saat ini masih sangat minim,” katanya. ”Pemerintah harus realistis dalam menetapkan target. Tanpa jaminan pasar dan daya serap pabrik, produksi rumput laut justru akan hancur,” ujar Jana, dikutip Kompas, (25/2) lalu.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung di Jakarta, mengakui, hanya 20-25 persen produksi rumput laut yang diserap oleh industri olahan dalam negeri, karena industri kita belum siap menyerap bahan baku untuk diolah  Sebagian besar rumput laut diekspor dalam bentuk kering. ”Jangan terlalu menjanjikan produk olahan kalau industri dalam negeri belum siap,” ujar Saut, entah kepada siapa ucapannya itu ditujukan.

Aneh tapi Nyata
Indonesia membutuhkan rumput laut hasil olahan sebagai bahan pembuatan kue, permen, makanan dan obat-obatan. Akan tetapi, walaupun Indonesia adalah negara produsen rumput laut kedua di dunia setelah Chile, namun karena keterbatasan pabrik industri pengolahan rumput laut di dalam negeri, membuat Indonesia ‘terpaksa’ bergantung pada impor produk olahan rumput laut. Bahkan, impor rumput laut tahun lalu tidak terkendali. Tahun 2011, impor karagenan mencapai 1.380 ton atau 70 persen dari total kebutuhan. Juga impor 800 ton tepung agar.
Menurut Saut, tahun ini impor produk olahan rumput laut akan dikendalikan, yakni maksimal 25 persen dari kebutuhan. Pertengahan 2012, impor karagenan sekitar 100 ton. Sementara itu, nilai ekspor rumput laut ditargetkan naik dari 200 juta dollar AS tahun 2011 menjadi 230 juta dollar AS tahun ini.

Harus Punya Sendiri
Mengamati permasalahan rumput laut secara nasional di atas, sudah saatnya Pemkab Takalar mencari solusi agar supaya Takalar memiliki pabrik olahan rumput laut sendiri. Nyaris tak ada gunanya berharap banyak pada pemerintah pusat. Buktinya, pemerintah pusat sendiri tidak mampu menambah pabrik olahan, padahal jelas-jelas bahwa pabrik olahan sangat dibutuhkan di dalam negeri.
Solusi dari problem tidak adanya pabrik olahan, mungkin dapat ditemukan melalui pendekatan sebagai berikut; Pemkab Takalar berinisiatif mengadakan pertemuan semacam; sarasehan, tudangsipulung, urunrembug, atau apa pun namanya. Undang Gubernur, Kadin, Apindo dan Perbankan dan atau para pihak yang berkepentingan dengan bisnis rumput laut. terkait. Pertemuan ini membahas prospek rumput laut ke depan, dan perlunya pengadaan pabrik olahan untuk meningkatkan kualitas produksi rumput laut untuk memperoleh harga yang jauh lebih tinggi, dari pada dijual dalam keadaan basah.
Ada tiga solusi yang bisa ditempuh untuk pengadaan pabrik olahan :
Pertama; pabrik olahan dapat dibeli secara patungan dengan melibatkan; pemprov, organisasi pengusaha, perbankan dan perorangan, melalui mekanisme kepemilikan saham dalam perusahaan. Atau, bentuk lainnya.
Kedua; pabrik bisa dibeli melalui pembentukan koperasi petani rumput laut.  Hanya saja, cara ini mungkin memakan waktu lama, karena harus melibatkan masyarakat petani rumput laut sebagai anggota koperasi. 
Ketiga; pembelian pabrik melalui sistem kredit perbankan.

***
Kamis siang itu, 29 Mei 2013. Saya menutup laptop setelah tulisan ini selesai., Sambil bersandar ke dinding sebuah pondokan tempat beristirahat yang ada di Pantai Topejawa, Saya menikmati hembusan angin laut yang terasa kencang. Riak-riak ombak bergulung-gulung kecil mengejar pantai. Meski merasa letih, namun Saya merasa puas karena masih dapat menyumbangkan pokok-pokok pikiran untuk daerah sendiri.
Tak jauh dari pondokku, Saya melihat dua anak lelaki sedang bermain-main saling lempar batok buah talak. Kedua anak itu bertelanjang dada. Hanya mengenakan celana pendek yang warnanya sudah tak jelas.
Rumah-rumah panggung yang berjejeran, bentuknya masih seperti dulu, sepuluh tahun yang lalu, ketika Saya ke pantai ini. Ah, Takalar, belum banyak berubah. Saya bergumam sendiri: “Kalau mau maju, Takalar harus punya pabrik olahan rumput laut sendiri. Takalar tidak boleh puas sebagai daerah penghasil rumput laut, tapi harus jadi daerah produsen rumput laut hasil olahan. Semoga!”

Topejawa, 29 Mei 2013


Sumber :http://thehammernews.blogspot.com/2013/06/rumput-laut-takalar.html

Potensi Besar Aceh menjadi Sentra Rumput Laut Nasional


Indonesia bertekat jadi produsen rumput laut terbesar dunia tahun 2015

Bagaimana dengan Aceh?

Rabu, 08 Februari 2012

Aceh memiliki potensi besar di sektor kelautan dan perikanan. Namun sayang, hingga saat ini belum mampu dikelola dengan baik oleh pemangku kepentingan di Aceh untuk kesejahteraan rakyat. Dari sektor kelautan hanya mampu menampung 257.300 tenaga kerja.

Hal itu berbanding terbalik dengan potensi yang ada saat ini.Pemerintah diperkirakan baru mampu mengelola 50 persen wilayah pesisir yang total panjang 1.660 KM dan luas perairan laut 295.370 KM², terdiri atas luas wilayah teritorial dan kepulauan seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807 KM².

Dari banyak Potensi ekonomi laut yang dimiliki Aceh, salah satu adalah areal pantai yang strategis untuk pembudidayaan rumput laut. Betapa tidak, tumbuhan algae laut berkualitas unggul tumbuh subur secara liar dan di beberapa wilayah pantai daratan dan kepulauan di Aceh. Apalagi rumput laut sedang booming di pasar internasional, praktis berpeluang besar dan jadi salah satu sektor usaha baru untuk menjawab carut-marutnya perkenomian masyarakat pesisir.
Seperti diketahui, rumput laut tumbuh subur di sepanjang pesisir pantai daratan dan kepulauan. Diantaranya di Pulo Aceh, Pulo Weh, Simeulu, Keureusek, Tampurong, dan pulau banyak serta di sepanjang pesisir Barat-Selatan Aceh. Khusus di Simeulue dan Pulo Aceh, bila ditinjau dari sisi geografis yang berteluk sangat cocok dijadikan daerah budidaya rumput laut. Apalagi kedua pulau tersebut berada dilaut lepas yang kebersihan dasar pantai lebih terjamin, kualitas produksi pun diprediksi lebih unggul.

Di Aceh Barat, tepatnya di Lhok Bubon, terdapat jenis rumput laut berbuah yang menyerupai lada (masyarakat disana menyebutnya lada laot). Tumbuhan ini tumbuh di sepanjang pantai Lhok Bubon hingga Kuala Bubon. Namun sayang, rumput laut jenis langka ini hanya dikelola secara tradisional, masyarakat setempat memungut tumbuhan ini dan kemudian menjualnya ke Tunong (daerah dataran tinggi seperti, Krueng Thoe, hingga Beutong Ateuh).

Sementara di di Gampong Lapeng, Pulo Breuh Utara, Aceh Besar, beberapa meter saja dari pecahan ombak, kita dapat menemukan lebatnya rumput laut menutupi karang. Mengamati langsung tumbuhan ini dapat dilakukan dengan menyelam atau bisa juga pakai perahu yang dipasang kaca didasarnya. Bagi yang alergi terjun ke laut, tunggu saja rumput laut yang terdampar di hempas ombak di hamparan pasir.

Seiring permintaan rumput laut di pasar internasional kian meningkat, geliat bisnis komoditas laut domestik pun kian pesat. Saat ini, setidak nya sudah ada 23 industri pengolahan rumput laut. Tahun 2008 saja, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan, produksi rumput laut nasional mencapai 2,15 juta ton per tahun.

Dari jumlah tersebut, 102.415,93 tonnya diangkut ke luar negeri, dengan nilai ekspor 124,26 juta dollar singapura. Dari total ekspor, sebagian besar beredar di kawasan Asia, yakni 85.985,50 ton dengan nilai USD88,3 ribu. Sementara di di tingkat petani, harga rumput laut bekisar antara Rp10.000 hingga Rp12.000/kg untuk jenis rumput laut kualitas baik, sedangkan jenis rumput laut kualiatas rendah, Rp9.000/kg.

Produksi rumput laut terus meningkat di tahun 2009. Secara nasional, produksi dalam bentuk basah saja mencapai 2,2 juta ton. Hingga tahun 2014 produksi rumput laut ditarget bisa mencapai 10 juta ton dalam bentuk basah atau sekitar 1 juta ton kering dengan rasio peningkatan produksi sekitar 5% per tahun.
Habitat Rumput Laut

Dalam hidangan pertemuan atau upacara, selalu disajikan beraneka-ragam makanan dan kue, termasuk di antaranya adalah agar-agar yang biasanya merupakan makanan penutup atau snack yang dibuat dari tepung agar berasal dari rumput laut. Saat menyantapnya, kita jarang berfikir dari mana asal-usul makanan tersebut dan bagaimana proses pembuatannya, tetapi kita hanya memandangnya apakah makanan itu menarik, enak tidak untuk dimakan.

Rumput laut, sebuah nama yang tak pantas untuknya. Namun secara tradisi, masyarakat nusantara sudah menyebutnya seperti itu. Walaupun dari segi botanis (ilmu tumbuhan) tidak tepat, namun hingga di zaman modern seperti ini, namanya tetap rumput laut. Secara harfiah, rumput laut berasal dari kata seaweeds, dalam bahasa Inggris artinya tumbuhan pengganggu. Rumput laut dikategorikan sejenis algae laut alias agar-agar atau ganggang yang termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di dasar laut.

Jadi pada hakekatnya tumbuhan ini bukanlah rumput yang tumbuh di laut, karena tidak termasuk spesiaes rumput alias graminae atau tumbuhan pengganggu tingkat tinggi (Spermatophyta) yang umumnya tumbuh di daratan. Rumput laut juga tidak sama dengan lamun (seagrasses) karena lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh menetap di dasar laut.

Tumbuhan kenyal ini biasanya menempel di karang, bebatuan atau menancap pada substrat pasir atau pasir keras. Bila laut teduh dan air bening, tampaklah beraneka-ragam bentuk dan warnanya yang menarik, ada merah, kuning, hijau, coklat dan jingga. Bentuknya pun beraneka-ragam, ada yang berbentuk bola kecil, lembaran, rumpun atau berbagai bentuk unik lainnya.

Komoditi laut ini, termasuk tumbuhan yang dalam proses metabolismenya memerlukan kesesuaian faktor-faktor fisika dan kimia, seperti gerakan air, suhu, kadar garam, nutrisi. Selain itu juga sangat dipengaruhi zat hara seperti nitrat, fosfat dan sinar mentahari. Dalam pertumbuhannya, zat hara diserap dari air melalui kerangka tubuhnya yang biasa disebut thalli (jamak) atau thallus (tunggal). Sedangkan proses fotosintesis berlangsung dengan bantuan sinar sang surya yang menembus bawah laut.

Spesies Rumput Laut Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan algae berukuran besar, artinya, tumbuhan ini dapat dilihat langsung dengan mata, tanpa pakai kaca atau alat pembesar lainya. Tumbuhan ini umumnya terdiri dari spesies algae merah atau rhodophyceae, algae coklat atau phaeophyceae dan algae hijau atau chlorophyceae.

Beberapa spesies atau yang tumbuh di dasar laut diperkirakan terdapat 9000 jenis yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis rhodophyceae, 2000 jenis phaeophyceae dan 1000 jenis chlorophyceae.

Algae lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat lewat bantuan mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut, tetapi merupakan spesies tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain berukuran kecil, juga gerakannya sangat dipengaruhi arus air, sehingga keberadaannya sebagian besar tergantung pada kondisi fisik perairan itu sendiri.

Pengelompokan rumput laut menurut perbedaan warna adalah berdasarkan perbedaan kandungan pigmennya. Rumput laut kelompok merah memiliki pigmen dominan fikoeretrin (phycoerethrin) dan fikosianin (phycocyanin) yang menimbulkan warna merah, walaupun pada kenyataannya di alam menunnjukkan variasi warna lain seperti hijau, ungu dan coklat tua karena sifat adaptik kromatiknya. Untuk mengetahui warna, harus terlebih dahulu di jemur, tapi jangan terlalu lama. Bila terlalu lama, akan berubah menjadi putih, karena pigmennya akan lenyap.

Di Indonesia terdapat rumput laut yang nama ilmiahnya gracilaria dan nama lokal yang berbedabeda di setiap daerah, ada yang menyebut rambu kasang (Jawa), bulung sangu (Bali), sango-sango/dongi-dongi (Sulawesi), janggut dayung (Bangka) dan naleung laot dalam bahasa Aceh. Selain itu, ada juga nama rumput laut yang populer dalam dunia perdagangan internasional, misalnya cottonii untuk sebutan rumput laut yang nama ilmiahnya kappaphycus dan nori untuk rumput laut porphyra yang terdapat di perairan Jepang.

Perkembangbiakan tumbuhan ini dengan pertukaran generasi antara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif yakni dengan perbanyakan batang atau stek dan penyebarluasan spora, sedangkan perkembangbiakan generatif melalui perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina. Spora pada rumput laut ada dua macam, yaitu karpospora dan tetraspora yang masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan karposporofit dan tetrasporofit.

Sementara gamet jantan dan gamet betina dihasilkan oleh dua individu yang terpisah serta berbeda jenis kelaminnya, yaitu tumbuhan jantan dan betina. Sifat tumbuhan seperti ini, biasa disebut tumbuhan berumah dua atau latinnya disebut dioceous. Ada juga tumbuhan yang berumah satu atau monoceous, di mana gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam satu tumbuhan.

Di alamnya, terdapat empat macam rumput laut yang berbeda jenis kelamin dan tabiat reproduksinya yaitu karposporofit, tetrasporofit, gametofit jantan dan gametofit betina. Keempat macam bentuk tumbuhan tersebut di alam, ada yang mudah terlihat dari penampilan fisiknya atau heteromorfik, ada juga yang sulit dibedakan, kecuali dengan mikroskop.

Perkembangbiakan vegetatif sampai sekarang dimanfaatkan para penanam rumput laut dalam penyediaan bibit dari marga kappaphycus dan eucheuma (dalam bahasa sehari-hari disebut agar-agar patah tulang) untuk dibudidayakan secara komersil, dan sudah dipraktekkan di beberapa negara tropis, termasuk Indonesia.

Penggunaan bibit vegetatif tersebut, sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis yang dianggap belum menguntungkan.

Kegunaan Rumput Laut Banyak penelitian telah membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat. Dari Banyak penelitian, diantaranya Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita premenopause di Jepang berpeluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam menu mereka.

Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mencegah kardiovaskular.

Para ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.

Kandungan serat atau dietary fiber pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna, sehingga anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan.

Selain itu, olahan rumput laut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri makanan, farmasi, kosmetika. Kebutuhan dunia akan produk olahan rumput laut yang terus meningkat menjadikan bisnis ini sangat prospektif di masa mendatang. Apalagi dengan hadirnya Industri pengolahan rumput laut secara komprehensif mulai konstruksi pabrik, mesin proses hingga instalasi pengolahan limbah, dengan kualitas produk hasil sesuai standar export.

Selain itu, rumput laut mempunyai sifat ganda, yaitu bermanfaat langsung bagi kepentingan manusia dan bagi kelanjutan fungsi ekologis perairan. hal ini dapat dilihat melalui perannya dalam rantai makanan di laut sebagai sumber makanan binatang di laut.

Selain dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan manusia. Secara tidak langsung, rumput laut bermanfaat juga bagi tersedianya makanan berbagai jenis binatang laut. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai bahan mentah untuk industri penghasil agar, karaginan dan alginat yang diperlukan untuk bahan tambahan dalam pengolahan makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan tekstil di dalam dan luar negeri.

Kandungan kimia lain yang penting terdapat dalam rumput laut berupa polisakarida seperti mineral, protein, lemak, vitamin dan yodium. Secara tidak disadari bahwa sebenarnya manfaat dan peran rumput laut ini telah ada pada kehidupan kita sehari-hari.

Bahkan saat pakai minyak rambut, keramas, gosok gigi, menikmati eskrim dan coklat, berdandan dengan baju yang bermotif warna-warni dan menyemir sepatu, kesemua bahan yang kita pergunakan tersebut sedikit banyak mengandung campuran rumput laut.
Rumput Laut Domestik

Indonesia bertekad menjadi produsen rumput laut terbesar dunia pada tahun 2015. Menurut Komisi Rumput Laut Indonesia, rumput laut setidaknya memiliki lima keunggulan untuk menjadi komoditas pilihan. Lima keunggulan itu adalah luasnya garis pantai Indonesia untuk pengembangan rumput laut, mudah dibudidayakan karena waktu panen yang relatif singkat yaitu 45 hari, kecenderungannya bersifat padat karya, memiliki permintaan pasar yang tinggi, serta memiliki nilai tambah tinggi karena merupakan bahan baku industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain. Rumput laut Indonesia berkontribusi pada sekitar 500 end products di dunia.

Dari target produksi rumput laut di Indonesia yang mencapai 10 juta ton, produksi Sulsel ditarget bisa mencapai 2,4 juta ton atau sekitar 40% dari total produksi secara nasional. Untuk rumput laut yang dikembangkan di tambak, luas lahan yang terpakai masih sekitar 20% dari luas areal yang mencapai 100 ribu ha dan masih terkonsentrasi di Luwu Raya, Luwu Timur, Wajo, Bone. Sementara yang sudah berjalan, misalnya, di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang juga memiliki potensi besar rumput laut. Volume produksi budidaya rumput laut basah mencapai 13.086,6 ton, sedangkan kering sebesar 2.181,1 ton.

Sealanjutnya, untuk mencapai target tahun 2015, Langkah pemerintah pusat adalah dengan mengelompokkan para petani rumput laut dalam cluster. Ada 14 cluster yang sudah dibuat yaitu di Kabupaten Pamekasan, Gorontalo, Sumba Timur, Pangkep, Dompu, Sumbawa Barat, Serang, Karimun, Minahasa Utara, Parigi Motong, Polewali Mandar, Baubau, dan Rajaampat. Selain sistem cluster, pemerintah akan menerapkan approval number bagi para pedagang rumput laut. Hal ini dilakukan agar tata niaga rumput laut ini tertib dan harga rumput laut tetap stabil.

Sementara di Aceh Sendiri, rumput laut hanyalah tumbuhan liar laut dan tak diminati berbagai kalangan. Komoditi laut yang begitu besar dibiarkan saja tumbuh, atau lenyap dihempas gelombang. Apalagi kalau musim angin kencang dan gelombang besar, rumput laut berserakan ditepi pantai, tak ada yang peduli hingga ia mengering disana.

Semoga di masa mendatang, rumput laut dapat dikelola dengan benar dan menjadi komoditi ekspor unggulan pesisir Aceh. Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh setidaknya dapat memperioritaskan budidaya tanaman laut tersebut secara intensif. Bila perlu, Pemerintah Aceh mengeluarkan program khusus, sehingga Aceh jadi daerah swasembada rumput laut. Dengan begitu, orang-orang yang katanya pintar di negeri ini, tak lagi terpaku pada perebutan hasil migas hingga berkonflik sampai puluhan tahun. Semoga saja begitu![dbs]

Oleh: Rahmat RA

Sumber : 
http://aquaculture-info.blogspot.com/2012/02/indonesia-bertekat-jadi-produsen-rumput.html

Rumput Laut Komoditas Unggulan Nasional Berorientasi Ekspor


Rumput Laut Komoditas Unggulan Nasional Berorientasi Ekspor




Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki wilayah kelautan yang cukup luas yang kaya dengan sumber daya alam baik flora, fauna, dan energi. Sektor kelautan merupakan aset negara yang sangat strategis karena selain dapat dimanfaatkan sebagai jalur transportasi, sumber daya alam kelautan mampu menghasilkan komoditas unggulan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekpor sehingga dapat menunjang kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, sektor kelautan harus ditingkatkan pengelolaannya dan dimanaj secara baik. Aspek riset dan teknologi pengelolaan sumber daya kelautan sangat penting untuk dikembangkan untuk menopang peningkatkan produksi hasil laut. Beberapa sumber daya kelautan yang telah diolah antara lain adalah ikan, rumput laut, kerang mutiara, minyak dan gas. Sumber daya flora dan fauna merupakan sumber daya yang dapat terbarukan, sedangkan minyak dan gas merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan sehingga cadangannya dapat habis.
Rumput laut adalah salah satu komoditas hasil laut yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu produk olahan rumput laut yang sudah sangat familier adalah agar-agar. Agar-agar banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan di seluruh dunia, sehingga produk ini memiliki permintaan yang tinggi baik pasar domestik atau manca negara. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet.
Adanya permintaan rumput laut yang tinggi dan potensi sumber daya kelautan yang mendukung di Indonesia menyebabkan rumput laut banyak dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rumput laut pada awal mulanya, banyak dibudidayakan Sulawesi Selatan, kemudian merambah ke propinsi-propinsi lainnya. Hingga kini, produksi rumput laut terbesar adalah Sulawesi Selatan, pada tahun 2010 produksinya mencapai 1.245.771 ton. Beberapa daerah lain yang juga telah mengembangkan budidaya rumput laut antara lain: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Papua, dll.
Rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah Euchema contonii dan Gracilaria sp. Euchema cottonii dibudidayakan dengan media air laut sementara Gracilaria sp dapat dibudidayakan pada media air payau yang biasanya berupa tambak. Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: gracilaria confervoides, gracilaria gigas, gracilaria verucosa, gracilaria lichenoides, gracilaria crasa, gracilaria blodgettii, gracilaria arcuata, gracilaria taenioides, gracilaria eucheumoides, dan banyak lagi. Seperti pada alga kelas lainya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air.
Perkembangbiakan gracilaria secara umum melalui dua cara, yaitu dengan cara kawin dan tidak kawin: perkembangbiakan tidak kawin yaitu dengan cara: 1). penyetekan; 2). konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli; penyebaran spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).
Sedangkan perkembangbiakan dengan cara kawin yaitu melalui perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora.
Rumput laut merupakan jenis tanaman laut yang mudah dibudidayakan. Teknik budidaya pada rumput laut ada tiga cara saat ini, yaitu metode lepas dasar, metode rakit dan metode long line. Selain dibudidayakan di perairan laut, rumput laut dapat pula dibudidayakan di perairan payau. Pada rumput laut jenis gracilaria sp. dapat dibudidayakan dengan beberapa metoda, yaitu: metoda dasar (bottom method) di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak, metoda lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp., yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok-patok atau pada rakit, metoda rakit (floating rack method) dan metoda rawai (longline method).
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya. Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur ketebalan lumpur maksimal 20 cm. Lakukan pembersihan terhadap tanaman yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Dan, derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 – 9. Untuk mengurangi keasaman tambah dapat dilakukan terlebih dahulu dengan penebaran kapur.
Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih, serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar. Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air. Pematang tambak didesain rapi dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen. Kualitas Air harus dijaga sedemikian rupa dengan kadar salinitas air berkisar antara 12-30%. Suhu air berkisar antara 18 – 30 C, pH air dalam tambak berkisar antara 6-9, tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
Setelah tambak disiapkan, langkah selanjutnya adalah dengan menyiapkan bibit. Bibit tanaman yang dipilih untuk bibit adalah gracilaria yang pada usia panennya memiliki kandungan agar-agar yang cukup tinggi dan memiliki kekuatan gel yang tinggi pula yang telah diuji secara laboratoris. Bagian tanaman yang dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5 -10 cm, thallus yang dipilih masih cukup elastis, thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya, ujung thallus berbentuk lurus dan segar, bila thallus dipotong akan terasa getas, bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.
Setelah tambak siap dan bibit tersedia, langkah selanjutnya adalah proses penanaman. Tambak yang telah dibersihkan dari kotoran dan memenuhi syarat, kemudian dikuras, selanjutnya memasukan air laut pada saat pasang surut. Penanaman bibit dilakukan pada saat saat keadaan cuaca cukup teduh yaitu sore atau pagi hari dengan cara menebarkannya secara merata ke dalam tambak. Jumlah bibit yang ditanama berkisar 1 ton per ha. Kedalaman air dalam tambak harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Selain perawatan, tanaman rumput laut juga perlu dilakaukan pemupukan sebagaimana tanaman lain karena rumput laut juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya pergantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu rendah. Perawatan yang perlu dilakukan selama masa pemeliharaan adalah sebagai berikut: 1).Membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya dari dalam tambak supaya tidak nengganggu pertumbuhan rumput laut; 2). Perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.
Setelah masa 45-60 hari dapat dilakukan pemanenan yaitu dengan memilih tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Hasil panen dapat dijual dalam keadaan basah atau kering. Pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak atau dengan cara diikat dalam bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus hingga kadar air mencapai 12-18 %. Rumput kemudian diayak untuk merontokkan butir-butir halus garam atau debu yang masih melekat, kemudian lakukan sortir ulang. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan simpan dalam gudang yang terhindar dari embun, air hujan atau air tawar lainnya, dan memiliki sirkulasi udara yang cukup baik. Rumput laut kering dapat di packing sesuai dengan permintaan pasar.
Salam sukses selalu!

Sumber : http://www.agrotekno.net/2013/09/potensi-bisnis-budidaya-rumput-laut.html

INDONESIA SERIUSI INDUSTRI RUMPUT LAUT



Indonesia Seriusi Industri Rumput Laut

TEMPO.COJakarta - Indonesia mencoba memanfaatkan ajang 21th International Seaweed Symposium untuk mengembangkan industri rumput laut nasional. Sejak 1960, Indonesia sudah melakukan ekspor rumput laut. Tapi, budidaya rumput laut baru dikembangkan sejak 1980 di Indonesia.

"Mudah-mudahan dukungan ini menjadi titik awal untuk industri rumput laut," kata Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia, Safari Azis. "Ini merupakan momen yang strategis," kata Kasubdit Pelayanan Usaha Direktorat Usaha dan Investasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bambang Sukaca, menambahkan.

Dari 550 jenis rumput laut, baru tiga jenis yang dikembangkan yaitu gracilaria, euchieuma cuttonii, dan euchieuma spinosum.
Saat ini, tujuan ekspor rumput laut Indonesia adalah Eropa, Argentina, dan Cina. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Cina, yang mencapai 50 persen dari total ekspor. Tahun 2012, ekspor rumput laut Indonesia sebesar 169 ribu ton, naik dari tahun 2011 yang hanya 159 ribu ton. Per tahun 2012, nilai ekspor rumput laut Indonesia sebesar 200 juta dolar.

Perwakilan dari International Seaweed Association (ISA), Gonzalo Soriano, menyatakan bisnis rumput laut merupakan bisnis baru dan masa depan baru. Potensi rumput laut seluruh dunia sangat menjanjikan. Turunan produk yang dihasilkan banyak. "Bisnis ini diharapkan menjadi bisnis yang prospektif dan sehat," kata Gonzalo.

ARIEF HARI WIBOWO

Sumber :  
http://m.tempo.co/read/news/2013/04/15/090473585/Indonesia-Seriusi-Industri-Rumput-Laut