...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Kamis, 31 Oktober 2013

ZPT organik berbahan dasar rumput laut coklat

Pertumbuhan Sehat dari Lautan

Healthy Growth fron the Ocean

Oligoalginat Iradiasi sebagai Zat Pengatur Tumbuh Organik

Deskripsi Singkat:
Pada budidaya tanaman intensif, selain unsur hara, juga diperlukan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan produktivitas. Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetilk pada pertanian modern menghasilkan produk yang baik dan kompetitif, tetapi harganya relatif mahal dan penggunaan secara berlebihan pada produk pangan akan menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan serius
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah digunakannya ZPT organik berbahan dasar rumput laut coklat. Ekstrak rumput laut coklat yang diiradiasi (ologoalginat iradiasi) kaya dengan hormon pengatur tumbuh auksin, sitokinin, gibereiln yang dapat berfungsi meningkatkan produksi pertanian
Synthetic Plant Growth Promoter helps produce good and competitive products. It is expensive, and excessive usage will result in environmental issues and serious heath problems to human. Organic Plant Growth Promoter can be produced from irradiated brown seaweed, enriched with growth hormon regulator, such as auxins, cytokinins,and gibberellins. It is a natural and better substitute for the synthetic one.
Perspektif:
Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga; jodoh bisa saja berasal dari tempat yang paling berjauhan. Inovasi teknologi bisa menjodohkan rumput coklat di laut, ke pertanian intensif di gunung, dengan perantaraan teknologi nuklir

Keunggulan Inovasi:
  • Aplikasi sebanyak 50 ppm mampu menaikan produksi sayuran hidroponik sampai 40%
  • Dapat diproduksi massal, cepat, dan tanpa menimbulkan bau menyengat
  • Potensi sumber bahan baku sangat banyak, melimpah di perairan Indonesia
  • Ramah lingkungan, murah, efektif
Potensi Aplikasi:
Inovasi in berpotensi digunakan pada pertanian intensif yang membutuhkan ZPT, termasuk pertanian hidroponik. Aplikasi inovasi ini membantu petani mempertahankan status produk alami atau organik, yang akan gugur jika memakai ZPT sintetik.


Inovator
Nama : Tita Puspitasari M.Si; Dr. Hendig Winarno; Dr. Darmawan Darwis; Dian Iramani; Dewi Sekar Pangerteni, B.Sc; Sri Susilawati; Nunung Nuryanthi S.Si
Institusi : PATIR BATAN
Alamat : Jl. Lebak Bulus Raya no. 49 Pasar Jumat, Jakarta Selatan 12440
Status Paten: Telah Terdaftar
Kesiapan Inovasi: * Prototype
Kerjasama Bisnis: *** Terbuka
Peringkat Inovasi: *** Paling Prospektif
 
 
 

Sumber : http://www.bic.web.id/login/inovasi-indonesia-unggulan/941-pertumbuhan-sehat-dari-lautan



Selasa, 29 Oktober 2013

Mesin Pengering Rumput Laut

Mesin Pengering Rumput Laut


Mesin Pengering Rumput Laut adalah Mesin yang sengaja di desain untuk mengurangi kadar air suatu bahan, sehingga bahan akan mengalami proses pengeringan dengan cepat tanpa tergantung penyinaran matahari. Sangat cocok digunakan oleh pengusaha rumput laut.

Keunggulan Produk:
  1. Harga terjangkau
  2. Berbahan dasar Stainless Stell (nampan/rak)
  3. Sumber Panas menggunakan Burner (lebih cepat dari blower dan gas)
  4. Waktu proses cepat
  5. Perawatanya mudah
  6. Dilengkapi dengan pelatihan penggunaan produk
  7. Tidak tergantung dengan penyinaran matahari.
“Manfaatkan penawaran khusus ini, Ambil Peluangnya dan Bergabunglah dengan banyak pengusaha sukses lainnya.”

SPESIFIKASI Mesin Pengering Rumput Laut Kapasitas 1 Ton 

No.
Uraian
Spesifikasi
1. Kapasitas 1 ton/proses (4 jam)
2. Dimensi 500 x 240 x 115 cm
3. Bahan Nampan/rak : Stainless Steel
Box : plat
4. Listrik 1200 watt
5. Sumber Panas Burner
6. Tenaga Dorong Kipas/fan
7. Dimensi Corong Burner (Dapur) 100 x 200 x 60 cm
8. Harga RP. 42.000.000,00

Silakan Hubungi langsung ke sini :

CV. INOVASI ANAK NEGERI

Perum Pondok Alam Sigura-gura B2-20,
Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru,
Malang, Jawa timur

Phone1: 085730377495
Phone2: 081333195567
Office1: 03417304721
Office2: 03418622667
: 3134B6D8
: 08563614845 





Sabtu, 19 Oktober 2013

Aneka Pelampung untuk Budidaya Rumput Laut Sistem Tali

Bentangan Rumput laut.....


















“Potensi Takalar” Menggantung Harapan di Rumput Laut

“Potensi Takalar” Menggantung Harapan di Rumput Laut

coba2

SEPANJANG jalan menuju Desa Laguruda tampak sepi. Aktifitas masyarakat mulai terlihat hidup ketika memasuki wilayah pantai di desa ini, Rabu (22/5). Sekelompok ibu-ibu dibantu anak mereka yang umumnya perempuan tampak tengah ”merakit” bibit rumput laut yang diikatkan pada tali pelastik.
Pekerjaan itu dilakukan di bawah kolong rumah panggung–sekitar 50 meter dari bibir pantai. Sementara desiran ombak laut tak pernah berhenti mengiringi tiupan angin sepoi-sepoi yang bersahabat di siang yang cerah itu.
Usai menyelesaikan tugasnya, tak lama kemudian lilitan bibit rumput laut itu dipikul dua pria kemudian dibawa ke laut untuk kemudian ”ditanam” dengan cara dibentang di permukaan laut sekitar seratus meter dari pantai.

Dari kejauhan tampak pelampung-pelampung dari botol berbahan pelastik mengapung diantara rumput laut yang sudah ditebar.
Menurut salah seorang petani rumput laut di Desa Lagaruda, Arsyad Duni (39), bibit yang sudah ”ditanam” itu menunggu waktu empat puluh hari untuk dipanen.
Dia mengaku sedikitnya ada tiga pengumpul di desa ini yang siap menadah hasil panen mereka sebelum sampai ke investor. Dalam kondisi normal, setahun petani bisa empat sampai lima kali panen.

Arsyad mengaku membeli bibit Rp 2500 per 1 kg. Namun harga itu impas jika dijual basah perkilogram. Dia baru mendapat untung jika rumput laut dijual dalam keadaan kering mencapai Rp 6.000 sampai Rp 7000 perkilogram.
”Dibanding menangkap ikan, keuntungan memang lebih besar di rumput laut. Apalagi jika harga lagi membaik,” kata Arsyad yang mengaku sudah delapan tahun bergelut sebagai petani rumput laut.
Lelaki itu kini menggantungkan hidup keluarganya pada ”emas hijau” ini ketimbang menangkap ikan di laut lepas yang katanya cukup berisiko.

Soal penghasilan, Arsyad mengungkapkan rata-rata sekali panen rumput laut dalam rentang 45 hari dia mengantongi keuntungan Rp 2.500.000. Namun demikian tidak jarang petani juga kesulitan modal karena bantuan yang mereka dapat sebagai konstribusi dinas kelautan setempat sebatas penyuluhan teknis budi daya, bantuan tali dan para-para untuk menjemur rumput laut.
”Padahal kami juga butuh modal untuk membeli bibit dan kebutuhan lain,” tuturnya.
Dalam 100 bentangan tali bibit yang ditebar bisa menghasilkan 400 kg sampai 1 ton rumput laut. Sedangkan untuk menghasilkan rumput laut kering berkualitas baik butuh 3 sampai 4 kali penjemuran diterik matahari.

Umumnya rumput laut yang dikembangkan adalah jenis Lawi Lawi (Caulerpa sp) sebagai komoditas primadona baru masyarakat pesisir.
Lain lagi cerita Mirna (20) yang mewarisi pekerjaan orang tuanya sebagai pengumpul rumput laut di Desa Lagaruda. Sejak SMP wanita desa ini sudah membantu orang tuanya mulai dari mengikat bibit sampai menimbang rumput laut hasil panen yang dibawa petani untuk dijual.

Gmb 1 

Tentu saja bagi pengumpul tidak ada kamus rugi bagi mereka. Harga ditingkat petani akan lebih mahal dibanding di tingkat pabrik (investor) yang menadah hasil ”ijon” mereka. Apalagi jika mutu rumput laut dinilai berkualitas maka pihak perusahaan akan memberi nilai lebih.
Di Takalar, baru ada satu perusahaan yang menampung rumput laut hasil panen petani disana yakni PT Giwang. Namun menurut keterangan pihak Dinas Kelautan & Perikanan Takalar, perusahaan ini tidak terlibat langsung soal budidaya karena tidak mau menerima risiko. Pihak perusahaan hanya bersedia membeli rumput laut berkualitas yang sudah disortir atau dipilah. Karena itu baru 10 persen rumput laut yang diserap oleh perusahaan ini dari jumlah produksi yang ada di Takalar, padahal konstribusi rumput laut daerah ini untuk Provinsi Sulsel terbesar ketiga di Indonesia.
Rumput laut lawi-lawi menjadi menu sehari-hari warga di sini sebagai pengganti sayur dan dikomsumsi dalam kondisi segar bersama nasi dan ikan. Kini, lawi-lawi berpeluang untuk diekspor ke Korea dan Jepang, sebab mengandung jelly dan konon berkhasiat sebagai anti jamur, anti tumor, dan rematik atau bahan dasar kosmetik.

Karena rumput laut telah menjadi trend ekonomi penghasil vulus yang lumayan, warga di pesisir mulai mematok laut sebagai lahan pertanian mereka. Namun, di Desa Laguruda petani membentuk kelompok sampai 10 orang sehingga dengan berjibaku menanam rumput laut, mereka bisa menikmati hasil panen yang lumayan banyak dengan ratusan sampai ribuan bentangan tali bibit.
Takalar terbilang berhasil mengembangkan jenis rumput laut Lawi Lawi (Caulerpa sp) sebagai komoditas primadona baru masyarakat pesisir.

Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Takalar, baru 14.128 hektar lahan yang dimanfaatkan petani rumput laut dari luas potensi lahan mencapai 17.448 hektar. Dari lahan yang sudah digarap petani baru menghasilkan 474.346 ton rumput laut basah per tahun. Potensi itu tersebar di empat kecamatan yaitu Mangarabombang, Mappakasunggu, Sandrobone, dan Galesong Utara. Sementara harga rumput laut kering di petani cukup menggiurkan,  Rp 7000 sampai Rp 9000 per kilogram.

Namun demikian, dia mengakui kesejahteraan petani belum merata karena mereka masih susah mendapatkan bantuan modal dan mereka masih tergantung kepada pengijon.
Tampaknya, optimalisasi potensi kelautan dan perikanan Takalar khususnya rumput laut perlu terus dikembangkan mengingat hingga sekarang baru tergarap sekitar 70 persen dari seluruh potensi yang dimiliki. Pengembanganya memang harus ditingkatkan dengan berbagai terobosan yang mumpuni. Terutama dalam hal pendampingan kelembagaan petani/nelayan, agar mereka memiliki kemampuan untuk dapat berkembang menjadi profesional.

Potensi wilayah Kabupaten Takalar tidaklah sedikit, ambil contoh seperti pesisir Sanrobone dan Mangarabombang yang bukan hanya diusahakan oleh para nelayan tradisional untuk penangkapan ikan. Akan tetapi juga menjadi lirikkan investor karena rumput lautnya yang cukup terkenal dan pantainya yang indah.

Dari data yang ada, pendapatan asli daerah (PAD) terbesar di Takalar salah satunya bersumber dari pengelolaan komoditas rumput laut yang dilakukan masyarakat pesisir.
Takalar memproduksi banyak sekali rumput laut dengan kualitas yang bagus dan saat ini permintaan luar negeri melonjak terutama dari Korea.

Tidak heran kalau Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, memagangkan petani rumput laut di sentra budidaya rumput laut Kabupaten Takalar, belum lama ini.
Pemagangan petani rumput laut tersebut bertujuan agar mereka memahami proses pembudidayaan untuk meningkatkan produksi. Rumput Laut Takalar memang jadi komoditas andalan Sulsel.
Apalagi, sentra budidaya rumput laut kabupaten ini dipilih karena sudah terkenal sebagai pusat riset rumput laut terutama terkait budidaya yang baik. Sedangkan secara skala nasional, rumput laut Takalar masuk yang terbaik di Indonesia. Bibitnya pun sebagian didatangkan dari Bali.

Sebagai langkah awal dukungan terhadap peningkatan mutu produksi, DKP Takalar telah membentuk program pendataan desa dan lurah yang berada di pesisir pantai. Melalui program ini akan dilakukan perbaikan sistem dan penataan daerah pesisir, mulai dari manajemen pengelolaan komoditas hingga pembagian hasil ke pemerintah kabupaten.

Salah satu kabupaten yang berhasil mengembangkan rumput laut itu sebagai komoditas andalan adalah Kabupaten Takalar. Berbeda dengan Kabupaten Pangkep yang menggunakan metode apung, di Takalar budidaya rumput laut dilakukan dengan metode lepas dasar karena memiliki pasang surut rendah. Keberhasilan produksi rumput laut sangat ditentukan oleh pemilihan bibit dan lokasi yang tepat untuk pertumbuhannya. Dengan masa tanam 45 hari, satu bentangan (tali) mampu memproduksi rata-rata 45 kg dengan kisaran harga (kering) Rp 6000 – Rp 7000. Sehingga per bentangan, petani rumput laut bisa memperoleh Rp 24.000 dari hasil panennya.

Ekonomi Biru


gmb 2 

Tampaknya sejalan dengan pendapat pakar Perikanan Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Yusran Nur Indar, M.Phil bahwa pemerintah Takalar harus terus mendorong pengelolaan sumber daya alam kelautan khususnya komoditas rumput laut yang berbasis masyarakat untuk pencapaian ekonomi biru.

Ekonomi Biru adalah ekonomi yang merupakan bisnis model yang memberikan peluang untuk pengembangan investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan, namun langit dan laut tetap biru

Urgensi pendekatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis masyarakat ini, akan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem.
Dengan mengimplementasikan hal itu di lapangan, maka yang diamanatkan dalam pencapaian cita-cita ekonomi biru kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dapat tercapai.
Pengelolaan SDA perikanan yang berbasis masyarakat itu dengan berorientasi konservasi maupun yang menekankan faktor sosial ekonomi, dapat dilihat dari komunitas nelayan atau petani rumput laut yang memerlukan wadah untuk mengorganisir mereka.

Jadi, sudah selayaknya pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat dan cita-cita pencapaian ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat pesisir Takalar harus didukung bersama.
Sudah saatnya pengelolaan rumput laut tidak hanya mengandalkan satu investor seperti PT Giwang di Takalar, namun pemerintah seyogianya mengembangkan industri pengolaan rumput laut ini secara lokal dan nasional berbasis teknologi.

Kita optimis, pengembangan segmen ini akan berdampak pada harapan besar sektor kelautan khususnya rumput laut di Takalar yang sangat potensial dapat dikelola dengan baik dan memberikan multiefek yang positif bagi ekonomi masyarakat Takalar dan Sulsel secara umum.
Disini diharapkan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi dapat bersinergi untuk mendorong dan mendukung pengelolaan sumber daya alam kelautan yang berbasis masyarakat.
Seperti kisah warga Desa Lagaruda Kecamatan Sanrobone Takalar. Mereka kini bergantung hidup pada rumput laut sebagai keunggulan pertanian mereka yang memberi harapan cerah bagi masa depan.

Rumput laut menjadi berkah yang melimpah. Tapi, adakah mereka telah menikmati sepenuhnya hasil jerih payah selama ini. Atau hasil peluh mereka hanya lebih menguntungkan bagi pendapat asli daerah, pengijon atau perusahaan ketimbang yang mereka dapatkan? Karena sampai kapanpun petani disana tetap menggantungkan harapan pada rumput laut sebagai sumber kehidupan hingga anak cucu.(*)

Sumber :  http://suaratimur.com/?p=596

Aneka macam pupuk cair organik dari rumput laut

Aneka macam pupuk cair organik dari rumput laut



Rumput Laut Angkat Ekonomi Masyarakat Pesisir di NTB

JEMUR RUMPUT LAUT : Seorang warga sedang menjemur rumput laut hasil panen di kawasan Grupuk, Loteng. (Suara NTB/Humas Setda NTB)


Rumput Laut Angkat Ekonomi Masyarakat Pesisir



Menurut Hasan, Petani Rumput Laut Dusun Grupuk, Lombok Tengah :
“Sekarang rumput laut sudah jadi roh perekonomian masyarakat di sini, tanpa rumput laut mungkin kami resah berkepanjangan”

Sedangkan menurut  Amak Eko, Petani Rumput Laut Dusun Grupuk, Lombok Tengah,  ‘’Kalau mengandalkan hidup dengan melaut seperti dulu, kain yang bisa saya belikan untuk istri, akan kami jual pada musim angin. Kalau sekarang, dengan rumput laut, penghasilan kami jauh lebih meningkat”

Banyak isu miring dan tudingan negatif yang beredar mengenai program bantuan pengembangan rumput laut yang disalurkan Pemprov NTB ke masyarakat pesisir. Ada yang menganggap salah kaprah, ada juga yang menuding sebagai bentuk pemborosan. Lantas, bagaimana fakta di lapangan, apa kata para penerima manfaat dari program pengembangan rumput laut ini?.

MENGANDALKAN kepulan asap dapur keluarga dari hasil tangkapan ikan di laut, apalagi dengan alat tangkap dan perahu mesin berukuran kecil, tidak ubahnya berharap agar air laut tanpa gelombang besar. Tidak bisa diprediksi, kapan angin dan arus akan datang mendorong ombak besar ke pantai.
Selain hasil tangkapan yang hanya cukup untuk makan, musim juga memaksa para nelayan memarkir perahu di bibir pantai. Sehingga disaat musim angin barat, hamper seluruh aktifitas nelayan di laut terhenti. Kondisi ini telah berlangsung lama secara turun temurun di Dusun Gerupuk, Lombok Tengah. Sehingga sebagian besar warga masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Namun, kondisi ini kini mulai berbalik, laut tetap menjadi tumpuan ekonomi masyarakat, tetapi tidak lagi mengandalkan ikan terjaring di jala atau ujung pancing nelayan. Sejak pemerintah memperkenalkan warga berbudidaya rumput laut, sebagian kehidupan warga mulai berubah. Kondisi ini terus membaik sejak Pemprov NTB menggalakkan budidaya rumput laut bagi masyarakat pesisir. Sejak program ini digulirkan dengan memberikan warga bantuan perlengkapan dan modal usaha, serta dilatih kemampuan teknis budidaya rumput laut, usaha budidaya rumput laut di Dusun Gerupuk semakin berkembang.

Para nelayan di Teluk Gerupuk mengakui, usaha budi daya rumput laut di kawasan itu sudah cukup lama, apalagi telah ada instalasi Balai Budi Daya Laut Lombok, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jenis rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang dikembangkan di Teluk Gerupuk itu awalnya didatangkan dari Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 2006. Setelah dibekali pengetahuan teknis, para nelayan di sana mulai menggeluti usaha budi daya rumput laut itu.    

Awalnya, hanya ada dua kelompok pembudidaya yang beroperasi di Dusun Gerupuk. Usaha budi daya ini semakin menggeliat ketika para nelayan mendapat dukungan paket bantuan pengembangan usaha dari Pemerintah Provinsi NTB, berupa tali untuk "long line", dan peralatan lainnya, serta bibit rumput laut. Bantuan modal usaha bergulir itu nilainya sekitar Rp10 juta per paket, yang diberikan kepada sedikitnya 20 orang nelayan dari berbagai kelompok usaha budi daya, sejak 2010. Kini, jumlahnya sudah semakin bertambah setiap tahun. Masing-masing kelompok beranggotakan 10-15 orang. "Sekarang rumput laut sudah jadi roh perekonomian masyarakat di sini, tanpa rumput laut mungkin kami resah berkepanjangan," ujar Hasan (34 tahun), selaku ketua salah satu kelompok pembudidaya rumput laut saat diajak berbincang-bincang soal budi daya rumput pekan lalu.

Tingginya produktifitas dari aktifitas budidaya rumput laut ini juga didukung kondisi perairan di Dusun Gerupuk yang berbentuk teluk. Sehingga budi daya rumput laut di kawasan ini tidak mengenal musim, sepanjang tahun bisa dilakukan. Dalam setahun, warga bisa enam kali panen. Mei hingga Agustus merupakan waktu yang paling tepat untuk budi daya rumput laut. Bulan lainnya juga dibolehkan namun hasilnya kurang memuaskan terkait cuaca.

Terdapat sembilan kelompok nelayan yang bergelut pada budi daya rumput laut jenis Eucheuma cottoni di Teluk Gerupuk. Kelompok lainnya seperti Bangkit Bersama II dan Ingin Maju I. Setiap kelompok memiliki 10-15 orang anggota nelayan. Setiap anggota kelompok nelayan itu memiliki 1-5 area budi daya rumput laut yang dikenal dengan sebutan "long line" atau area budi daya rumput laut yang ditandai dengan bentangan tali dengan ukuran 50 x 50 meter.

Setiap "long line" dapat menghasilkan 2,5 ton rumput laut basah, setelah dikeringkan menghasilkan 375 kilogram, atau setiap satu kwintal (100 kilogram) rumput laut basah yang dikeringkan akan menjadi 15 kilogram rumput laut kering. Harga jualnya mencapai Rp1.000/kilogram rumput laut basah, dan Rp5.000/kilogram rumput laut kering, sehingga omset yang dapat diraih dari satu "long line" dapat mencapai Rp15 juta.

"Satu anggota kelompok ada yang punya sampai lima long line sehingga bisa menghasilkan uang banyak. Itu sebabnya, kami suka budi daya rumput laut," ujar Hasan yang diamini Amaq Tari yang merupakan anggota Kelompok Nelayan Ingin Maju I.

Pengakuan yang sama juga diungkapkan Amaq Eko, ketua kelompok Nelayan Bangkit Bersama II mengenai aktifitas budidaya rumput laut yang digeluti. Jika dibandingkan dengan aktifitas nelayan tangkap, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, hasil yang diperoleh jauh lebih besar. ‘’Kalau mengandalkan hidup dengan melaut seperti dulu, kain yang bisa saya belikan untuk istri, akan kami jual pada musim angin. Kalau sekarang, dengan rumput laut, penghasilan kami jauh lebih meningkat,” ungkap Amak Eko.

Wajar saja, jika para nelayan di teluk Gerupuk itu mulai berangan-angan hendak menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi. Bahkan, beberapa diantara mereka sudah mulai membidik universitas top di Pulau Jawa, meskipun anak-anak mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Apalagi, mereka juga menekuni aktivitas rutin yakni menangkap ikan di laut, dan usaha budi daya lobster, yang mampu menghasilkan jutaan rupiah setiap bulan.
 
Pengembangan agribisnis rumput laut merupakan salah satu program unggulan yang dirangkai dengan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan pengembangan agribisnis jagung, yang dikenal dengan sebutan Pijar (sapi, jagung dan rumput laut). Komoditas unggulan Pijar ini diimplementasikan sejak 2009. Kegiatan prioritas dalam pengembangan rumput laut antara lain pengembangan kawasan minapolitan baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa. ‘’NTB patut berbangga karena telah memulai pengembangan kawasan minapolitan meskipun terbatas pada komoditas rumput laut. Berbeda dengan daerah lainnya yang baru mencari kawasan pengembangan minapolitan," kata Kepala Bappeda NTB Dr H Rosiady Sayuti.

NTB menargetkan jumlah produksi rumput laut, 2013 mendatang bisa menembus angka satu juta ton dengan kualitas standar ekspor. Kedepan, diharapkan bisa dikembangkan industry olahan, dengan pembangunan pabrik karaginan. Dari seluruh aktifitas budidaya dan industry rumput laut ini, diprediksi bisa menyerap 149.140 orang naker dengan perputaran uang sekitar Rp3,35 triliun rupiah.

Daerah yang kini dipimpin Dr TGH M Zainul Majdi yang tercatat sebagai Gubernur termuda di Indonesia ini, juga mengembangkan program pengembangan bibit rumput laut berkualitas, bantuan sarana untuk pengembangan rumput laut dan penanganan pascapanen, serta progam pendukung lainnya. Teluk Gerupuk merupakan satu dari 10 kawasan minapolitan untuk komoditas rumput laut di NTB. Diantaranya di Pengantap dengan potensi areal 600 hektare, yang sudah diberdayakan kurang lebih 300 hektare. Sedangkan di Minapolitan Gerupuk, potensinya kurang lebih 200 hektare. Ada juga sentra di Teluk Ekas Lombok Timur dengan potensi 400 hektare, Teluk Sarewe dengan potensi 800 hektare . 60 persen diantaranya telah dimanfaatkan nelayan setempat.

Selanjutnya, sentra minapolitan rumput laut di Teluk Awang Kabupaten Lombok Timur, dengan potensi 400 hektare dan baru setengah yang diberdayakan. Sementara sentra minapolitan rumput laut di Pulau Sumbawa berada di Kertasari Kabupaten Sumbawa Barat dengan potensi 400 hektare dan 80 persen diantaranya sudah diberdayakan.

Sentra minapolitan rumput laut di Kabupaten Sumbawa terletak di Labuhan Mapin dengan potensi 300 hektare namun baru 10 persen yang diberdayakan. Sentra minapolitan rumput laut di Kecamatan Terano (Sumbawa) dengan potensi 2.000 hektare namun baru 100 hektare yang diberdayakan. Demikian pula sentra minapolitan rumput di Kuangko, Kabupaten Dompu yang potensinya mencapai 800 hektare namun baru 350 hektare yang diberdayakan. Sentra minapolitan rumput laut di Waworada, Kabupaten Bima, potensinya mencapai 2.000 hektare namun pemanfaatannya baru 10 persen.

Versi Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, produksi rumput laut terus mengalami peningkatan dari sebanyak 32 ribu ton lebih di tahun 2006 menjadi 36 ribu ton lebih di tahun 2007 dan hampir 70 ribu ton di tahun 2008 dan 100 ribu ton di tahun 2009 serta hampir 200 ribu ton di 2010, dan 400 ribu ton di akhir 2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB menargetkan produksi rumput laut sebanyak 750.000 ton di akhir 2012, dan satu juta diakhir 2013. "Produktivitas itu masih bisa ditingkatkan lagi karena potensinya dapat mencapai 23 ribu hektare yang menyebar di berbagai kabupaten, yang sampai saat ini baru 6.700 hektare yang dimanfaatkan," ujar Ali.

Hanya saja, pemerintah perlu menggandeng lembaga perbankan guna mendanai pengembangan rumput laut di wilayah NTB, sekaligus membantu nelayan mengelola keuangan mereka. Setidaknya, janji Direktorat Pemasaran dan Pengolahan Hasil Kementerian Perikanan dan Kelautan bahwa akan terlibat langsung dalam memfasilitasi keterlibatan lembaga perbankan dalam pengembangan rumput laut di NTB, patut direalisasi.(tim)

Sumber Resmi : http://www.ntbprov.go.id/baca.php?berita=1541
Sumber link : http://rumputlautorganik.blogspot.com/2013/10/rumput-laut-angkat-ekonomi-masyarakat.html





Pelatihan Proses Produksi dan Pengolah Rumput Laut Kering Tawar di NTB


Pelatihan Proses Produksi dan Pengolah Rumput Laut Kering Tawar  di NTB
Sumber : http://rumputlautorganik.blogspot.com/2013/10/blog-post_15.html





Krupuk Rumput Laut


Sumber : http://rumputlautorganik.blogspot.com/2013/10/krupuk-rumput-laut.html

Komposisi Nutrisi Rumput Laut


Komposisi Nutrisi Rumput Laut

Dari hasil uji laboratorium dari rumput laut yang dikeringkan dengan proses berbeda yaitu kering asin, kering tawar, dan kering alkali diperoleh data sebagai berikut :

Tabel   Hasil Uji Laboratorium Kandungan Nutrisi Rumput Laut Kering
No.
Parameter
Satuan
Hasil Uji
Metode Uji
Asin
Tawar
Alkali
1.
Air
%
26,77
18,62
21,75
SNI. 01-2891-1992 Butir 5.1
2.
Abu
%
34,38
15,13
15,77
SNI. 01-2891-1992 Butir 6.1
3.
Lemak
%
0,51
0,58
0,55
SNI. 01-2891-1992 Butir 8.2
4.
Protein
%
1,87
2,09
1,71
Kjeldahl
5.
Serat Kasar
%
0,90
5,29
19,64
SNI. 01-2891-1992 Butir 11
6.
Karbohidrat
%
35,57
58,29
40,58
Perhitungan
7.
Energi
Kkal/100gr
154,4
246,7
174,1
Perhitungan
8.
Karagenan
%
23,68
20,97
18,23


Rumput laut kering tawar mempunyai nilai nutrisi pokok (karbohidrat, lemak, dan, protein) lebih tinggi dari rumput laut kering asin dan rumput laut kering alkali, yaitu sebesar 58,29 % karbohidrat, 0,58 % lemak, dan 2,09 % protein dan mempunyai kadar air (18,62 %) dan abu (15,13 %) paling rendah dibandingkan dua produk yang lain. Selain itu rumput laut kering tawar juga mempunyai nilai energi paling tinggi (246,7 %) dibanding rumput laut kering asin dan kering alkali. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pengeringannya rumput laut basah terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan air tawar hingga bau spesifik rumput laut berkurang. 

Air tawar menyebabkan kandungan garam dan kotoran yang menyelimuti rumput laut menjadi hilang. Air tawar mengikat cairan yang terkandung dalam air laut sehingga selama proses penjemuran kadar air dalam rumput laut cepat berkurang. Air tawar juga berfungsi sebagai pelapis yang melindungi rumput laut dalam proses pengeringan berikutnya sehingga rumput laut basah tersebut menjadi kering tanpa kehilangan nilai nutrisi penting dari dalam tubuhnya. Oleh karena kandungan nutrisi penting dalam rumput laut kering tawar paling tinggi sehingga nilai energi yang terkandung didalamnya juga tinggi. Rumput laut kering tawar ini merupakan hasil olahan rumput laut yang paling sesuai untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan.

Tabel   Profil Komposisi Nutrisi Rumput Laut Kering Asin, Tawar, dan Alkali.

Rumput laut kering asin mempunyai kadar abu dan kadar air yang paling tinggi yaitu 34,38 % kadar abu dan 26,77 % kadar air, sedang kandungan karbohidrat, serat kasar, lemak, dan energi yang paling rendah dibanding dengan rumput laut kering tawar dan kering alkali, yaitu 35,57 % karbohidrat, 0,90 % serat kasar, dan 1, 87 % lemak. Oleh karena kandungan karbohidrat rumput laut kering asin paling rendah dibanding dengan dua produk lainnya maka kandungan energi dalam rumput laut kering asin juga yang paling rendah yaitu 154,4 Kkal/100gr rumput laut. Akan tetapi rumput laut kering asin ini mempunyai kandungan karagenan yang paling tinggi, yaitu mencapai sebesar 23,68%. Rumput laut kering asin lebih cocok digunakan sebagai bahan baku industri tepung karagenan. 

Rumput laut kering alkali mempunyai kandungan serat kasar paling tinggi dibandingkan dengan rumput laut kering tawar dan kering asin, yaitu sebesar 19,64 %. Rumput laut kering alkali mempunyai kadar protein dan karagenan yang paling rendah, yaitu 1,71 % protein dan 18,23 % karagenan. Meskipun diproses dengan menggunakan bahan kimia rumput laut kering alkali masih mempunyai kadar air, karbohidrat, dan energi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 21,75 % air, 40,58 % karbohidrat, dan energi 174,1 Kkal/100gr rumput laut. Rumput laut kering alkali ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri ATC (alkali treated cottonii). ATC tersebut selanjutnya dapat diproses lebih lanjut sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam industri pakan ternak bagi pasaran Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik (DKP, 2002).



Sumber : Restiana Wisnu A, S.Pi, Ir. Diana Rachmawati, M.Si*) ANALISA KOMPOSISI NUTRISI RUMPUT LAUT (Euchema cotoni) DI PULAU KARIMUNJAWA DENGAN PROSES PENGERINGAN BERBEDA,  dari situs  eprints.undip.ac.id/20602/1/Artikel_Rumput_Laut.doc