...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Minggu, 24 Agustus 2014

Yayasan SEAPlant Network (YSPN) Siap Training Pengujian Kualitas Rumput Laut


Training Pengujian Kualitas Rumput Laut


I. Pendahuluan

Yayasan SEAPlant Network (YSPN) merupakan inisiatif dari IFC Advisory Services, sejak medio 2004 telah memberikan technical assistance kepada UMKM pembudidaya dan pelaku industri rumput laut. YSPN telah bekerja sama dengan petani rumput laut di Indonesia Timur, exporter dan pabrik pengolahan rumput laut di dalam dan luar negeri serta memfasilitasi hubungan bisnis antara petani dengan pengguna akhir secara transparan, etis dan berkelanjutan serta ramah lingkungan.

Yayasan SEAPlant Network telah merancang dan mengembangkan silabus standar untuk mempelajari dan menggunakan peralatan untuk pengujian kualitas rumput laut. Metode dan prosedur pengujian telah disesuaikan dengan Standard Pengujian Industri Rumput Laut Dunia seperti CP Kelco dan FMC.

Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk exporter dan pabrik pengolahan skala kecil dan menengah untuk menjamin kualitas produk rumput laut diantaranya adalah kadar air (moisture content), kekuatan gel (gel strength), kebersihan rumput laut (clean anhydrous weed/CAW or Salt Free Dry Matter/SFDM) serta kadar karaginan (carageenan content/yield).

II. Latar Belakang dan Tujuan

Untuk membantu pelaku industri rumput laut dalam menjamin kualitas, YSPN menawarkan kerjasama dalam hal pengembangan Laboratorium Pengujian Rumput Laut dan Training Pengujian Kualitas Rumput Laut sehingga eksporter dan pabrik pengolahan rumput laut dapat memastikan kualitas produknya

Proposal ini dibuat berdasarkan pengalaman YSPN dalam pengembangan SPN Laboratory yang telah digunakan untuk penelitian dan pengujian rumput laut di Makassar. Sumber daya YSPN yang telah berpengalaman dalam pengembangan laboratorium di industri rumput laut serta Laboratory Analyst yang telah berpengalaman dalam analisa dan pengujian kualitas rumput laut dapat dipercaya menjadi fasilitator dan trainer bagi pelaku industri rumput laut.

Selain hal itu YSPN juga akan memberikan informasi baru dan memberikan jasa verifikasi secara berkala untuk memastikan kompetensi peserta training dan manajemen laboratory pengujian rumput laut yang baik.

Peserta training maksimal 15 orang dengan sasaran peserta Pelaku Industri Rumput Laut (exporter dan pabrik pengolahan), Manager Proyek, Institusi Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Penelitian Rumput Laut.

Kebutuhan training dan lama waktu setiap materi dalam pelaksanaan training disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta training dan pengalaman dalam pengujian rumput laut. Pelaksanaan training dilakukan secara teori (30%) dan praktik (70%) sehingga setelah training diharapkan peserta training dapat melaksanakan pengujian kualitas rumput laut sendiri. Setelah 3 bulan akan dilakukan verifikasi dan evaluasi peserta training untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan peserta training terhadap materi yang telah diberikan dalam program training

Sumber :  http://om-konsultan.blogspot.com/2008/06/training-pengujian-kualitas-rumput-laut.html

Abstrak Hasil Penelitian Pengaruh Pencucian Alkali Dingin Terhadap Mutu Rumput Laut Eucheuma cottonii Kering Serta Karaginan Yang Dihasilkan

PENGARUH PENCUCIAN ALKALI DINGIN TERHADAP MUTU RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii KERING SERTA KARAGINAN YANG DIHASILKAN)

Th. Dwi Suryaningrum1 dan Murdinah1

ABSTRAK


Penelitian pencucian alkali dingin terhadap rumput laut jenis Eucheuma cotonii segar untuk melihat sifat mutu rumput laut kering serta karaginan yang dihasilkan telah dilakukan. 

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lama waktu perendaman 3, 6 dan 9 jam serta konsentrasi larutan KOH (0, 1 N, 0,3 N, dan 0,5 N). 

Pengamatan dilakukan terhadap sifat mutu rumput laut kering yang dihasilkan yang meliputi rendemen, kadar air, rumput laut kering bersih (CAW), serta rendemen karaginan yang dihasilkan. 

Sedangkan terhadap tepung karaginan yang dihasilkan diamati sifat mutu kimianya yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sulfat, serta sifat fisiknya terhadap kekuatan gel karaginan yang dihasilkan. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman akan berpengaruh terhadap menurunnya rendemen rumput laut kering, CAW, dan kekuatan gel karaginan yang dihasilkan. 

Sedangkan semakin besar konsentrasi KOH yang digunakan akan berpengaruh terhadap penurunan CAW serta kekuatan gel yang dihasikan. Secara umum perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan perendaman dalam larutan KOH dengan konsentrasi 0,1N selama 3 jam. 

Pada perlakuan ini rata-rata kadar air rumput laut sebesar 15,78 %, rendemen rumput laut sebesar 8,96%, CAW 73,29% dan rendemen karaginan sebesar 49,66% (bk). 

Sedangkan mutu karaginan yang diperoleh dari perlakuan tersebut mempunyai kadar air 15,76 %, Kadar abu 18,62 %, kadar abu tak larut asam 2,36 % kadar sulfat 24,85% dan kekuatan gel 112,94 g/cm .

Kata Kunci : Rumput Laut Eucheuma cottonii, alkali dingin, mutu rumput laut, mutu karaginan

Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jl. KS Tubun Petamburan VI Jakarta 10260 Email : bbrppb@yahoo.co.id


Sumber :  http://www.kkp.go.id/stp/index.php/arsip/c/429/PENGARUH-PENCUCIAN-ALKALI-DINGIN-TERHADAP-MUTU-RUMPUT-LAUT-Eucheuma-cottonii-KERING-SERTA-KARAGINAN-YANG-DIHASILKAN/


Penanganan Pasca-panen Rumput laut

Penanganan Pasca Panen Rumput Laut
MC : Kandunqan Uap Air

1. MC (moisture content) adalah presentase kadar kekeringan rumput laut atau biasa disebut kadar air.
2. Presentase kadar air sangat dipengaruhi pada saat penanganan pasca panen yaitu pada saat penjemuran.
3. Presentase MC idealnya 25% s/d maksimum 36% dengan asumsi lama penjemuran mencapai 3-7 hari tergantung dari cuaca dan fisik rumput laut. Beberapa indikasi umum apabila rumput laut telah mencapai kekeringan yang optimum :
a. Mengeluarkan garam pada thallus-thallus nya.
b. Perubahan bentuk dan warna. Warna bening seperti botol menjadi pucat keriput dan mengecil.
c. Susut yang mencapai 1:10 atau 1:12 artinya 1000 kg rumput laut basah yang baru dipanen menjadi 100 kg rumput laut kering dengan kadar ideal 30-35%.
d. Dipegang terasa kaku dan agak sakit ditangan.
4. Lama penjemuran tergantung dari beberapa hal yaitu :
a. Cuaca pada saat menjemur.
b. Fisik rumput laut itu sendiri. Rumput laut yang ditanam dengan metoda long-line dengan karakteristik fisik thallus besar membutuhkan waktu lebih lama untuk menjemur dibandingkan dengan fisik rumput laut yang ditanam dengan menggunakan metoda lepas dasar.
5. Pedoman teknik dalam melakukan penjemuran :
a. Penjemuran mutlak harus dilakukan diatas para-para atau digantung bersamaan dengan tali nya sehingga bebas dari kontaminasi pasir dan kotoran lainnya yang sangat mudah menempel.
b. Penjemuran dilakukan sepagi mungkin. Jangan menjemur rumput yang baru panen pada saat cuaca gelap atau mendung karena akan mempengaruhi warna akhir rumput laut. Waktu yang baik untuk penjemuran adalah jam 6.30 s/d jam 17.00. Rumput yang telah selesai dijemur dalam kurun waktu tertentu, jangan langsung dimasukan (dipacking) di dalam karung, melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu sehingga pada saat dipacking, rumput tidak terlalu lembab karena kalau terlalu lembab akan menaikan kembali kadar air terutama pada saat pengiriman yang memakan waktu berhari-haris.
c. Jangan menutup terpal pada saat menjemur di bawah cuaca cerah/terik karena penguapan air yang tidak lepas ke udara bebas akan jatuh kembali ke rumput tersebut dan merusak kandungan gel strength sehingga rumput tidak bisa diproses untuk karaginan. Menutup terpal dilakukan apabila kondisi cuaca menandakan akan turunnya hujan. Rumput yang terkena air hujan pada saat menjemur akan menjadi mati (indikasi mati nya rumput adalah mengapungnya rumput pada saat direndam) sehingga perlu dipisahkan. Rumput yang mati akan kehilangan kandungan karaginan nya dan mutlak tidak bisa digunakan atau diproses lebih lanjut oleh lndustri.
d. Kegiatan lain yang harus dilakukan pada saat menjemur adalah membalik-balikan rumput setiap 3 s/d 4 jam agar tercapainya kekeringan yang merata.
e. Ketebalan rumput pada saat penjemuran diupayakan minimal 50 cm. Ketebalan yang tidak maksimal akan mempercepat waktu penjemuran namun dapat merusak warna rumput itu sendiri dikarenakan gosong, warna berubah menjadi hitam pekat sehingga tidak dapat digunakan industry karaginan.
f. Warna rumput yang baik setelah dijemur sampai kadar air optimal adalah merah - keungu-unguan (light reddish) atau coklat muda (light brown ) dan hijau muda.
6. Kadar air yang terlalu basah (melebihi 37%) akan menyebabkan tingkat susut yang tinggi selama perjalanan terutama yang menggunakan kontainer mengingat suhu didalam kontainer yang cukup panas. Selain itu kotoran seperti pasir, lumut , dll akan lebih mudah menempel.
7. Kadar air yang optimal (25-35) akan sangat membantu meningkatkan rendemen (yield) dimana yield adalah faktor utama menentukan harga jual rumput laut.
8. Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh petani di lapangan :
a. Jumlah susut yang besar sehingga akan mempengaruhi harga. Penurunan 1% kadar air dapat mengakibatkan 2% penurunan bobot, karena pada keadaan kering, selain air yang menguap, yang larut adalah garam dan kotoran seperti pasir dll.
b. Banyaknya tengkulak yang menerima dengan kadar air tinggi ( > 37% ) terutama pada saat permintaan melonjak.
c. Tidak adanya alat yang dapat mengukur kadar air secara cepat sehingga sering kali terjadi perdebatan.
d. Fisik thallus besar kesulitan menjemur karena membutuhkan waktu yang lebih lama dari fisik thallus kecil.
e. Cuaca yang tidak menentu membuat petani tidak menjemur dengan maksimal.
 IMPURITY : Kemurnian
lmpurity adalah nilai kemurnian rumput laut setelah dipisahkan dari garam yang menempel atau garam yang timbul ketika rumput laut dikeringkan. Ketika kadar air mencapai kekeringan yang optimal maka rumput laut secara alami akan mengeluarkan garam pada thallus-thallus nya. Semakin rendah kadar air maka garam yang keluar akan semakin banyak sehingga, akan menaikan nilai impurity. Banyaknya garam yang timbul dari suatu akibat penjemuran tergantung dari beberapa hal yaitu :
1. Kandungan uap air (presentase kekeringan).
2. Metoda penjemuran. Penjemuran dengan menggunakan metoda open (ditutup terlebih dahulu 1-2 hari pada awal penjemuran) akan mengurangi kadar garam namun apabila metoda ini salah maka akan merusak rumput laut itu sendiri.
3. Fisik thallus rumput laut. Thallus besar cenderung mengeluarkan lebih banyak garam dibandingkan dengan thallus kecil.
4. Beberapa wilayah seperti MADURA menggunakan garam tambahan agar rumput laut cepat kering (sering disebut sebagai BACEM), namun hal ini sangatlah dilarang karena selain kekeringannya tidak alami sebaliknya keadaan sebenarnya masih sangat basah (kering hanya pada permukaan).
 Nilai optimal impurity berada dikisaran 20% - maksimum 30%. Berikut ini bebebrapa teknik untuk mengurangi kadar garam :
1. Sebelum dikemas didalam karung, ada baiknya rumput yang telah dijemur kering dibersihkan dengan cara diayak dengan menggunakan ram atau digoyang-goyangkan dengan tangan sehingga dapat menurunkan kadar garam. Hal ini akan lebih mudah apabila kadar air rumput laut (MC) itu sendiri sudah mencapai dikisaran 20%-35%.
2. Menggunakan teknik oven. Teknik oven yang dimaksud adalah pada saat rumput laut dipanen di awal ada baiknya 1-2 hari ditutup terpal sepanjang hari dan baru dibuka setelah hari ke 2. Selain hal ini dapat memutihkan warna rumput yang hitam, hal ini dapat juga menurunkan kadar garam. Namun harap diingat bahwa apabila terdapat kesalahan dalam teknik ini terutama terlalu lama menutup penjemuran akan berakibat fatal karena merusak kandungan Gel dalam rumput laut.
 KOTORAN : Filthiness
Filthiness atau benda asing adalah jenis-jenis kotoran yang terbawa selama proses pengernasan baik yang disengaja maupun tidak disengaja :
1. Jenis-jenis kotoran (Filthiness) :
a. Pasir
b. Batu
c. Tali raffia bekas ikatan rumput laut
d. Batu karang
e. Kotoran kambing (seperti yang dialami rumput laut ex jeneponto , kolaka) f. Pecahan semen
f. dll
2. Kotoran (filthiness) sangat tergantung dari :
a. Cara menjemur. Menjemur menggunakan para-para atau dengan cara digantung mutlak diterapkan untuk menghindari kontaminasi kotoran.
b. Perilaku pengepul. Banyak pengepul baik disengaja/ tidak disengaja yang bertujuan untuk mempermainkan timbangan dengan memasukan sejumlah kotoran & benda asing sehingga akan menambah berat dari suatu timbangan.
c. Perilaku pada saat pengemasan. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan ayakan atau disortir dengan teliti karena barang yang umumnya diterima dari petani tidak merata.
 SAND : pasir
Pasir berasal dari cara pengolahan pasca panen yang umumnya disengaja dengan tujuan mempermainkan timbangan menjadi lebih berat. Hal ini diperparah dengan kadar kekeringan yang tidak optimal sehingga pasir akan lebih mudah menempel pada rumput. Oleh sebab itu proses pembersihan dan sortir mutlak harus dilakukan sebelum rumput dikemas didalam karung. Semakin tinggi kadar pasir maka pabrik akan semakin mengkonsumsi banyak air bersih untuk membersihkannya sehingga biaya yang timbul akan semakin besar. Hal ini dapat mengurangi harga rumput laut dan bahkan dapat berakibat fatal seperti penolakan atas barang. Toleransi kandungan pasir untuk industri adalah dibawah 1%. Faktor yang menyebabkan banyaknya kandungan pasir adalah :
1. Penjemuran
a. Perilaku nakal yang sudah mengakar di semua lapisan (petani, pengepul dan pedagang). Beberapa petani ada yang menjemur langsung diatas pasir atau di atas terpal yang diletakan dipinggir jalan sehingga sangat mudah terkontaminasi dari debu-debu maupun kotoran dari kendaraan yang melintas.
2. Pasca-panen
a. Penangan pasca panen yang tidak benar, khususnya bagi budidaya rumput laut di pesisir dengan menggunakan sistim patok, akan menyebabkan terbawanya pasir di dalam rumput laut dikarenakan pada saat ditarik ke darat, rumput menyentuh dasar perairan dan saat setelah dikeringkan, rumput tidak dibersihkan lagi melainkan langsung dikemas di dalam karung.
 Teknik dalam menurunkan kadar pasir adalah :
1. Penjemuran mutlak harus menggunakan para-para, digantung dengan tali-talinya atau paling tidak penjemuran dapat menggunakan daun kelapa kering. Daun kelapa kering selain murah juga mudah didapat.
2. Cari lokasi penjemuran yang mendapatkan panas matahari sepanjang hari. Lokasi yang tidak banyak dilalui oleh orang dan hewan ternak bahkan kendaraan melintas.
3. Pada saat pasca panen khususnya yang menggunakan metode budidaya patok, sebelum masuk ke tempat penjemuran, pada saat masih dalam keadaan basah ada baiknya rumput dicuci terlebih dahulu oleh air laut (dibilas) agar pasirnya dapat berkurang, setelah itu barulah dijemur.
 CAW : Clean Anhvdrous Weed (Kebersihan dan Kekeringan)
CAW (Clean Anhydrous Weed) merupakan gambaran secara keseluruhan mengenai kualitas kebersihan dan kekeringan atau seringkali disebut indikator visual. Yang dimaksud dengan lndikator Visual adalah sesuatu yang dapat dikontrol secara langsung dan dimonitor baik oleh petani, pengepul dan pedagang karena indikator visual mempunyai tiga karakteristik yaitu :
1. Dilihat (kebersihan, warna)
2. Diraba (kekeringan) dan
3. Di monitor (umur panen) 
Pengertian CAW sendiri adalah presentase berat rumput laut setelah dicuci, dibersihkan dan dikeringkan dibagi dengan berat keadaan awal atau umumnya disebut sebagai berat bersih rumput laut.
1. Dalam menghitung presentase CAW adalah sebagai berikut :
a. Kadar air (MC)
Presentase kadar air sesuai dengan perhitungan CAW + lmp + MC = 100 sehingga dengan turunnya kadar air MC maka akan otomatis menambah nilai CAW. Kadar air yang optimum berada di kisaran 33-35% dan toleransi tertinggi adalah 36%.
b. lmpurity
Presentase impurity (kemurnian) mempunyai nilai maksimum 30% yang artinya impurity adalah garam yang menempel sehingga untuk menekan nilai impurity diperlukan pengolahan yang maksimal.
2. Presentase ideal CAW adalah 35% - 48%.
3. Perhitungan nilai CAW = 100 - MC - IMPURITY dengan catatan :
a. CAW nilai minimal 31%.
b. MC nilai maksimal 35%.
c. IMPURITY nilai maksimal 30%.
4. Semakin tinggi nilai CAW maka akan semakin tinggi YIELD yang dihasilkan, namun hal ini masih sangat tergantung dengan umur panen.
5. CAW merepresentasikan kualitas perilaku petani (pembudidaya) dan pengepul. Mempunyai nilai CAW yang tinggi tidaklah sulit asalkan pembudidaya mengikuti kaidah-kaidah umum mengenai budidaya rumput laut.
 YIELD : Rendemen kandunqan karaginan

1. Presentase yield adalah presentase jumlah tepung karaginan yang dihasikan dari suatu rumput laut.
2. Untuk mengetahui Yield perlu adanya suatu proses dari rumput laut mentah sampai menjadi tepung.
3. Nilai dari suatu kandungan/rendemen karaginan yang dihasilkan dari rumput laut dan merupakan bagian yang paling penting untuk industri karaginan terutama dalam menentukan harga rumput laut itu sendiri.
4. Kandungan karaginan tercapai pada saat umur rumput laut mencapai minimal 45 hari. Umur panen yang tidak optimum akan mudah meleleh atau tidak tahan panas terutama pada saat proses pembuatan karaginan.
5. Beberapa hal yang mempengaruhi Yield :
a. CAW (kebersihan dan kekeringan).
b. Umur panen (minimal 45 hari).
b. Penanganan pasca panen pada saat penjemuran. Rumput laut yang terkena air hujan atau terkontaminasi air tawar pada saat penjemuran akan menyebabkan kematian (dicirikan berwarna putih pucat, atau keriput dan mengapung) sehingga kandungan karaginannya hilang atau larut terbawa air hujan.
6. Nilai 

Penanganan Pasca Panen Rumput Laut

MC : Kandunqan Uap Air
 1. MC (moisture content) adalah presentase kadar kekeringan rumput laut atau biasa disebut kadar air.
2. Presentase kadar air sangat dipengaruhi pada saat penanganan pasca panen yaitu pada saat penjemuran.
3. Presentase MC idealnya 25% s/d maksimum 36% dengan asumsi lama penjemuran mencapai 3-7 hari tergantung dari cuaca dan fisik rumput laut. Beberapa indikasi umum apabila rumput laut telah mencapai kekeringan yang optimum :
a. Mengeluarkan garam pada thallus-thallus nya.
b. Perubahan bentuk dan warna. Warna bening seperti botol menjadi pucat keriput dan mengecil.
c. Susut yang mencapai 1:10 atau 1:12 artinya 1000 kg rumput laut basah yang baru dipanen menjadi 100 kg rumput laut kering dengan kadar ideal 30-35%.
d. Dipegang terasa kaku dan agak sakit ditangan.
4. Lama penjemuran tergantung dari beberapa hal yaitu :
a. Cuaca pada saat menjemur.
b. Fisik rumput laut itu sendiri. Rumput laut yang ditanam dengan metoda long-line dengan karakteristik fisik thallus besar membutuhkan waktu lebih lama untuk menjemur dibandingkan dengan fisik rumput laut yang ditanam dengan menggunakan metoda lepas dasar.

5. Pedoman teknik dalam melakukan penjemuran :
a. Penjemuran mutlak harus dilakukan diatas para-para atau digantung bersamaan dengan tali nya sehingga bebas dari kontaminasi pasir dan kotoran lainnya yang sangat mudah menempel.
b. Penjemuran dilakukan sepagi mungkin. Jangan menjemur rumput yang baru panen pada saat cuaca gelap atau mendung karena akan mempengaruhi warna akhir rumput laut. Waktu yang baik untuk penjemuran adalah jam 6.30 s/d jam 17.00. Rumput yang telah selesai dijemur dalam kurun waktu tertentu, jangan langsung dimasukan (dipacking) di dalam karung, melainkan diangin-anginkan terlebih dahulu sehingga pada saat dipacking, rumput tidak terlalu lembab karena kalau terlalu lembab akan menaikan kembali kadar air terutama pada saat pengiriman yang memakan waktu berhari-haris.
c. Jangan menutup terpal pada saat menjemur di bawah cuaca cerah/terik karena penguapan air yang tidak lepas ke udara bebas akan jatuh kembali ke rumput tersebut dan merusak kandungan gel strength sehingga rumput tidak bisa diproses untuk karaginan. Menutup terpal dilakukan apabila kondisi cuaca menandakan akan turunnya hujan. Rumput yang terkena air hujan pada saat menjemur akan menjadi mati (indikasi mati nya rumput adalah mengapungnya rumput pada saat direndam) sehingga perlu dipisahkan. Rumput yang mati akan kehilangan kandungan karaginan nya dan mutlak tidak bisa digunakan atau diproses lebih lanjut oleh lndustri.
d. Kegiatan lain yang harus dilakukan pada saat menjemur adalah membalik-balikan rumput setiap 3 s/d 4 jam agar tercapainya kekeringan yang merata.
e. Ketebalan rumput pada saat penjemuran diupayakan minimal 50 cm. Ketebalan yang tidak maksimal akan mempercepat waktu penjemuran namun dapat merusak warna rumput itu sendiri dikarenakan gosong, warna berubah menjadi hitam pekat sehingga tidak dapat digunakan industry karaginan.
f. Warna rumput yang baik setelah dijemur sampai kadar air optimal adalah merah - keungu-unguan (light reddish) atau coklat muda (light brown ) dan hijau muda.
6. Kadar air yang terlalu basah (melebihi 37%) akan menyebabkan tingkat susut yang tinggi selama perjalanan terutama yang menggunakan kontainer mengingat suhu didalam kontainer yang cukup panas. Selain itu kotoran seperti pasir, lumut , dll akan lebih mudah menempel.
7.Kadar air yang optimal (25-35) akan sangat membantu meningkatkan rendemen (yield) dimana yield adalah faktor utama menentukan harga jual rumput laut.
8 Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh petani di lapangan :
a. Jumlah susut yang besar sehingga akan mempengaruhi harga. Penurunan 1% kadar air dapat mengakibatkan 2% penurunan bobot, karena pada keadaan kering, selain air yang menguap, yang larut adalah garam dan kotoran seperti pasir dll.
b. Banyaknya tengkulak yang menerima dengan kadar air tinggi ( > 37% ) terutama pada saat permintaan melonjak.
c. Tidak adanya alat yang dapat mengukur kadar air secara cepat sehingga sering kali terjadi perdebatan.
d. Fisik thallus besar kesulitan menjemur karena membutuhkan waktu yang lebih lama dari fisik thallus kecil.
e. Cuaca yang tidak menentu membuat petani tidak menjemur dengan maksimal.
IMPURITY : Kemurnian
lmpurity adalah nilai kemurnian rumput laut setelah dipisahkan dari garam yang menempel atau garam yang timbul ketika rumput laut dikeringkan. Ketika kadar air mencapai kekeringan yang optimal maka rumput laut secara alami akan mengeluarkan garam pada thallus-thallus nya. Semakin rendah kadar air maka garam yang keluar akan semakin banyak sehingga, akan menaikan nilai impurity. Banyaknya garam yang timbul dari suatu akibat penjemuran tergantung dari beberapa hal yaitu :
1. Kandungan uap air (presentase kekeringan).
2. Metoda penjemuran. Penjemuran dengan menggunakan metoda open (ditutup terlebih dahulu 1-2 hari pada awal penjemuran) akan mengurangi kadar garam namun apabila metoda ini salah maka akan merusak rumput laut itu sendiri.
3. Fisik thallus rumput laut. Thallus besar cenderung mengeluarkan lebih banyak garam dibandingkan dengan thallus kecil.
4.Beberapa wilayah seperti MADURA menggunakan garam tambahan agar rumput laut cepat kering (sering disebut sebagai BACEM), namun hal ini sangatlah dilarang karena selain kekeringannya tidak alami sebaliknya keadaan sebenarnya masih sangat basah (kering hanya pada permukaan).

Nilai optimal impurity berada dikisaran 20% - maksimum 30%. Berikut ini bebebrapa teknik untuk mengurangi kadar garam :
1. Sebelum dikemas didalam karung, ada baiknya rumput yang telah dijemur kering dibersihkan dengan cara diayak dengan menggunakan ram atau digoyang-goyangkan dengan tangan sehingga dapat menurunkan kadar garam. Hal ini akan lebih mudah apabila kadar air rumput laut (MC) itu sendiri sudah mencapai dikisaran 20%-35%.
2. Menggunakan teknik oven. Teknik oven yang dimaksud adalah pada saat rumput laut dipanen di awal ada baiknya 1-2 hari ditutup terpal sepanjang hari dan baru dibuka setelah hari ke 2. Selain hal ini dapat memutihkan warna rumput yang hitam, hal ini dapat juga menurunkan kadar garam. Namun harap diingat bahwa apabila terdapat kesalahan dalam teknik ini terutama terlalu lama menutup penjemuran akan berakibat fatal karena merusak kandungan Gel dalam rumput laut.
KOTORAN : Filthiness
Filthiness atau benda asing adalah jenis-jenis kotoran yang terbawa selama proses pengernasan baik yang disengaja maupun tidak disengaja :
1. Jenis-jenis kotoran (Filthiness) :
a. Pasir
b. Batu
c. Tali raffia bekas ikatan rumput laut
d. Batu karang
e. Kotoran kambing (seperti yang dialami rumput laut ex jeneponto , kolaka) f. Pecahan semen
f. dll
2. Kotoran (filthiness) sangat tergantung dari :
a. Cara menjemur. Menjemur menggunakan para-para atau dengan cara digantung mutlak diterapkan untuk menghindari kontaminasi kotoran.
b. Perilaku pengepul. Banyak pengepul baik disengaja/ tidak disengaja yang bertujuan untuk mempermainkan timbangan dengan memasukan sejumlah kotoran & benda asing sehingga akan menambah berat dari suatu timbangan.
c. Perilaku pada saat pengemasan. Pengemasan harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan ayakan atau disortir dengan teliti karena barang yang umumnya diterima dari petani tidak merata.

SAND : pasir

Pasir berasal dari cara pengolahan pasca panen yang umumnya disengaja dengan tujuan mempermainkan timbangan menjadi lebih berat. Hal ini diperparah dengan kadar kekeringan yang tidak optimal sehingga pasir akan lebih mudah menempel pada rumput. Oleh sebab itu proses pembersihan dan sortir mutlak harus dilakukan sebelum rumput dikemas didalam karung. Semakin tinggi kadar pasir maka pabrik akan semakin mengkonsumsi banyak air bersih untuk membersihkannya sehingga biaya yang timbul akan semakin besar. Hal ini dapat mengurangi harga rumput laut dan bahkan dapat berakibat fatal seperti penolakan atas barang. Toleransi kandungan pasir untuk industri adalah dibawah 1%. Faktor yang menyebabkan banyaknya kandungan pasir adalah :
1. Penjemuran
a. Perilaku nakal yang sudah mengakar di semua lapisan (petani, pengepul dan pedagang). Beberapa petani ada yang menjemur langsung diatas pasir atau di atas terpal yang diletakan dipinggir jalan sehingga sangat mudah terkontaminasi dari debu-debu maupun kotoran dari kendaraan yang melintas.
2. Pasca-panen
a. Penangan pasca panen yang tidak benar, khususnya bagi budidaya rumput laut di pesisir dengan menggunakan sistim patok, akan menyebabkan terbawanya pasir di dalam rumput laut dikarenakan pada saat ditarik ke darat, rumput menyentuh dasar perairan dan saat setelah dikeringkan, rumput tidak dibersihkan lagi melainkan langsung dikemas di dalam karung.

Teknik dalam menurunkan kadar pasir adalah :
1. Penjemuran mutlak harus menggunakan para-para, digantung dengan tali-talinya atau paling tidak penjemuran dapat menggunakan daun kelapa kering. Daun kelapa kering selain murah juga mudah didapat.
2. Cari lokasi penjemuran yang mendapatkan panas matahari sepanjang hari. Lokasi yang tidak banyak dilalui oleh orang dan hewan ternak bahkan kendaraan melintas.
3. Pada saat pasca panen khususnya yang menggunakan metode budidaya patok, sebelum masuk ke tempat penjemuran, pada saat masih dalam keadaan basah ada baiknya rumput dicuci terlebih dahulu oleh air laut (dibilas) agar pasirnya dapat berkurang, setelah itu barulah dijemur.

CAW : Clean Anhvdrous Weed (Kebersihan dan Kekeringan
CAW (Clean Anhydrous Weed) merupakan gambaran secara keseluruhan mengenai kualitas kebersihan dan kekeringan atau seringkali disebut indikator visual. Yang dimaksud dengan lndikator Visual adalah sesuatu yang dapat dikontrol secara langsung dan dimonitor baik oleh petani, pengepul dan pedagang karena indikator visual mempunyai tiga karakteristik yaitu :
1. Dilihat (kebersihan, warna)
2. Diraba (kekeringan) dan
3. Di monitor (umu panen)
Pengertian CAW sendiri adalah presentase berat rumput laut setelah dicuci, dibersihkan dan dikeringkan dibagi dengan berat keadaan awal atau umumnya disebut sebagai berat bersih rumput laut.
1. Dalam menghitung presentase CAW adalah sebagai berikut :
a. Kadar air (MC)
Presentase kadar air sesuai dengan perhitungan CAW + lmp + MC = 100 sehingga dengan turunnya kadar air MC maka akan otomatis menambah nilai CAW. Kadar air yang optimum berada di kisaran 33-35% dan toleransi tertinggi adalah 36%.
b. lmpurity
Presentase impurity (kemurnian) mempunyai nilai maksimum 30% yang artinya impurity adalah garam yang menempel sehingga untuk menekan nilai impurity diperlukan pengolahan yang maksimal.
2. Presentase ideal CAW adalah 35% - 48%.
3. Perhitungan nilai CAW = 100 - MC - IMPURITY dengan catatan :
a. CAW nilai minimal 31%.
b. MC nilai maksimal 35%.
c. IMPURITY nilai maksimal 30%.
4. Semakin tinggi nilai CAW maka akan semakin tinggi YIELD yang dihasilkan, namun hal ini masih sangat tergantung dengan umur panen.
5. CAW merepresentasikan kualitas perilaku petani (pembudidaya) dan pengepul. Mempunyai nilai CAW yang tinggi tidaklah sulit asalkan pembudidaya mengikuti kaidah-kaidah umum mengenai budidaya rumput laut.
YIELD : Rendemen kandunqan karaginan :

1. Presentase yield adalah presentase jumlah tepung karaginan yang dihasikan dari suatu rumput laut.
2. Untuk mengetahui Yield perlu adanya suatu proses dari rumput laut mentah sampai menjadi tepung.
3. Nilai dari suatu kandungan/rendemen karaginan yang dihasilkan dari rumput laut dan merupakan bagian yang paling penting untuk industri karaginan terutama dalam menentukan harga rumput laut itu sendiri.
4. Kandungan karaginan tercapai pada saat umur rumput laut mencapai minimal 45 hari. Umur panen yang tidak optimum akan mudah meleleh atau tidak tahan panas terutama pada saat proses pembuatan karaginan.
5. Beberapa hal yang mempengaruhi Yield :
a. CAW (kebersihan dan kekeringan).
b. Umur panen (minimal 45 hari).
b. Penanganan pasca panen pada saat penjemuran. Rumput laut yang terkena air hujan atau terkontaminasi air tawar pada saat penjemuran akan menyebabkan kematian (dicirikan berwarna putih pucat, atau keriput dan mengapung) sehingga kandungan karaginannya hilang atau larut terbawa air hujan.
6. Nilai minimal yield adalah 27% yang artinya 1 kg tepung dihasikan dari 3,7 kg (100/27) rumput laut kering artinya biaya material mentah rumput laut untuk menghasilkan 1 kg tepung apabila harga rumput laut Rp 5000,- = Rp 18.500,-. 
K-Factor : umur panen 
Kandungan rendemen karaginan sangat bergantung pada kematangan rumput laut itu sendiri yang umumnya dicapai pada saat usia minimal 45 hari. Proses rafinasi atau proses penepungan merupakan proses pembuatan rumput laut menjadi tepung karaginan. Salah satu tahapan proses rafinasi adalah pemasakan.
Presentase jumlah rumput laut yang hilang pada saat proses pemasakan atau sering disebut meleleh /melting diasumsikan sebagai kematangan usia rumput laut itu sendiri. Semakin besar presentase yang hilang pada saat proses pemasakan menandakan umur panen yang masih terlalu dini (belum matang).
Umur panen inilah yang diindikasikan dengan istilah K-Factor dimana nilai dari suatu K-Factor minimal 0.80 yang artinya pada saat proses pemasakan, 20% nya hilang/terbuang/meting.
COLOR : warna
Warna dari suatu rumput laut setelah dikeringkan sangat bervariasi. Warna tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
1. Arus dan kesuburan dari suatu perairan.
2. Tingkat kecerahan air laut dan suhu.
3. Asal bibit.
4. Metoda penanaman.
5.Pasca penjemuran. Penjemuran yang dilakukan pada sore hari dikarenakan alasan pasang-surut, akan menyebabkan rumput laut berwarna hitam/gelap. Apabila rumput laut berwarna hitam, akan sangat sulit untuk diterima dikarenakan akan mempengaruhi warna pada tepung karaginan itu sendiri sehingga tidak bisa diterima di pasar ekspor maupun lokal.
6. Warna yang baik adalah kemerah-merahan dan coklat muda (Light reddish brown) yang mempunyai nilai 1,8 - maksimum 2.9 karena produk akhir yang berupa tepung karaginan mempunyai karakteristik warna 2.5-2.9.
7. Standar warna yang dapat ditoleransi maksimum 3.2 dengan pertimbangan Gel Strength (daya rekat gel) diatas 900.
8. Warna yang hitam harus melalui proses pemutihan ekstra (extra bleaching) dengan menggunakan kaporit. Dengan adanya penambahan kaporit maka biaya yang timbul dalam prosesnya akan semakin tinggi dan yang paling riskan adalah dengan ekstra kaporit akan menurunkan kualitas daya rekat gel (Gel Strength) sebesar 50%.
 Cara menangani rumput laut hitam
1. Pada saat panen maka ditutup terpal 1-2 hari, setelah itu terpal boleh dibuka sepanjang hari terkecuali pada saat menghadapi cuaca mendung atau hujan. Hati - hati dalam hal menutup dengan terpal, apabila terlalu lama ditutup maka akan merusak kandungan gel sehingga tidak dapat digunakan untuk industri karaginan
2. Membalik-balikan penjemuran tiap 2 jam sekali sehingga tidak ada yang overexposure atau kepanasan.
3. Ketebalan dalam penjemuran juga mempengaruhi warna. Upayakan ketebalan penjemuran minimal 50 cm.
 GEL STRENGTH KCL: kekentalan gel
Salah satu fungsi utama rumput laut adalah membentuk gel. Kekentalan gel dalam produk akhir rumput laut diindikasikan/direpresentasikan oleh Gel Strength KCL. Gel strength rumput laut mentah harus mencapai minimum 800. 
Daya rekat gel dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Metoda pasca panen. Pasca panen dengan cara dirontokan pada saat penjemuran akan menurunkan secara drastis kualitas Gel Strength. Yang paling optimal menjaga kandungan kualitas Gel Strength adalah dengan cara dijemur dengan tali (sistim gantung) sampai rumput laut yang sudah kering akan terlepas dengan sendirinya atau di lepas satu-persatu setiap rumpunnya namun permasalahannya hal ini membutuhkan biaya dan waktu yang tidak efisien sehingga jarang sekali petani yang melakukan hal ini.
2. Kesuburan dan arus suatu perairan.
3. Umur panen.
4. Bibit rumput laut.
5. Metoda penanaman (lepas dasar/long line).
Gel strength yang terlalu rendah <700 akan menyebabkan ditolaknya barang karena apabila terlalu rendah maka rumput laut tidak dapat digunakan untuk industri karaginan.
METAL CONTENT
Metal Content / kandungan metal umumnya berasal dari pasir yang menempel pada rumput laut yang terbawa karena kelalaian baik yang disengaja maupun tidak disengaja pada saat penanganan pasca panen. 
Kunci utama dalam penekanan metal content adalah :
1. Pemilihan areal tanam. Kandungan metal content tidak ada apabila kondisi pasirnya pasir putih.
2. Metoda tanam longline (menanam jauh dari pesisir).
3.Penjemuran menggunakan para-para atau digantung sehingga dapat menurunkan kadar pasir.
4. Penanganan pasca panen (pencucian pada saat pertama panen, pembersihan, sortir dan pengemasan).
5.Kekeringan yang optimum (25-33%) akan mempermudah pekerjaan pada saat pembersihan khususnya pasir dan garam yang menempel.
Pasir sendiri jenisnya ada beberapa macam seperti pasir putih dan pasir hitam tergantung dari daerah budidayanya masing-masing. Pasir hitamlah yang banyak mengandung metal berbahaya. Selain berbahaya sebagaimana produk pangan yang dikonsumsi manusia, dalam hal prosesnya, menghilangkan kandungan metal harus menggunakan magnet dan mencuci dengan jumlah air yang cukup banyak dan tentunya akan berdampak pada biaya pengolahan yang cukup besar.
Kandungan METAL yang masih dapat ditoleransi maksimal 400 ppm. Melebihi kadar tersebut maka rumput laut tidak bisa diproses dan dapat ditolak.
Kendala yang sering timbul dalam permasalahan metal content :
1.Sulit dibersihkan apabila sudah menempel meskipun kadar pasirnya sudah dikurangi.
2.Terkadang menyatu dengan warna rumput laut sehingga sulit terdeteksi oleh kasat mata.
3. Beberapa wilayah yang mempunyai metal content tinggiseperti :
a. Banyuwangi
b. Jeneponto
c. Takalar
d. Nusa Lembongan
e. Bantaeng
f. Morowali
g. Kendari
 RUMPUT LAUT JENIS LAIN
Rumput laut Cottonii yang dicampur dengan Spinosum sangat tidak bisa diterima/ditolerir. Selain spinosum harga nya jauh lebih murah dari cottonii dan bentuknya hampir menyerupai cottonii, spinosum dapat menyebabkan penurunan kualitas rendemen karaginan secara drastis.
Eka Rangga Buwana (GPI Executive Procurement & Senior Advisor)