...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Kamis, 07 November 2013

Bupati Nunukan Terus Pantau Harga Rumput Laut


Bupati Terus Pantau Harga Rumput Laut Pemkab Fokus Kembangkan Komoditi Rumput Laut


NUNUKAN – 
Di tengah sulitnya nelayan tangkap mendapatkan penghasilan berupa ikan di laut, budidaya rumput laut menjadi alternatif menjanjikan. Alhasil, usaha rumput laut mampu memberikan jawaban pasti atas krisis yang melanda para nelayan tangkap ini.

Sejumlah nelayan beralih profesi dari nelayan tangkap menjadi petani rumput laut. Sebab, penghasilan menjadi petani rumput laut jauh lebih menguntungkan. Namun, dari keberhasilan tersebut para petani bahan dasar agar-agar ini mengalami kesulitan utamanya dalam memasarkan dan harga rumput laut yang sempat turun dari Rp 10 perkilogram menjadi Rp 6 ribu per kilogramnya.

Melihat kondisi ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan melalui instansi terkait dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) serta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Nunukan membantu menstabilkan harga. Semakin berkembangnya hasil produksi itulah, maka pemerintah terus mencari jalan untuk dapat mengakomodir seluruh produksi rumput laut di Nunukan. Salah satu cara mengstabilkan harga dengan menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pengusaha berskala besar.

Bupati Nunukan Drs H Basri dalam kesempatan panen raya rumput laut di Kampung Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan Selatan, kemarin (6/11) menyampaikan upaya pemerintah daerah dalam menstabilkan harga rumput laut menjadi tanggung jawabnya. Pemerintah juga saat ini telah melakukan kerjasama dengan dua perusahaan besar (eksportir) Jakarta yang selama ini menjadi mitra nelayan rumput laut di Kabupaten Nunukan. 

Selain itu, peran serta pengusaha lokal tetap berjalan yang sebagian besar dikirim ke Makassar (Sulawesi Selatan) dan Surabaya (Jawa Timur). Perhatian lain untuk pengembangan produksi rumput laut adalah dengan mengalokasikan anggaran melalui Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) sembari melakukan negosiasi dengan lembaga keuangan seperti perbankan untuk bantuan modal.

“Melalui langkah itu sangat berdampak positif terhadap peningkatan produksi. Secara tidak langsung pula dapat mengangkat pendapatan nelayan pembudidaya itu sendiri. Dan tugas saya selaku pemerintah daerah itu ikut menstabilkan harga. Atau kalau bisa menaikkan harga dari harga sebelumnya untuk mensejahterakan para petani rumput laut ini,” terangnya.

Selain itu, beberapa arahan dan masukan kepada petani rumput laut seperti menghasilkan rumput laut dalam bentuk yang berbeda. Artinya, rumput laut tidak hanya dijual dalam bentuk aslinya (rumput laut kering,Red) melainkan sudah dapat dikonsumsi langsung. Misalnya bahan makanan yang berbahan dasar rumput laut. 

“Saya juga berharap, budidaya rumput laut ini jangan hanya sampai pada tahap panen lalu dijual begitu saja. Tapi, kalau bisa rumput laut itu bisa dijadikan bahan dasar olahan berbagai makanan yang dapat dijadikan ole-ole dan ciri khas Kabupaten Nunukan. Misalnya, dodol rumput laut, es rumput laut atau tepung rumput laut. Sehingga harganya bisa lebih tinggi lagi dibanding dijual dalam bentuk rumput laut kering,” harapnya menyarankan.  

“Karena rumput laut ini sudah mulai berkembang, maka saya meminta kepada seluruh pihak terkait untuk memperhatikan lokasi tanam rumput laut di laut lepas. Sebab, jangan sampai terjadi konflik antara petani memperebutkan lahan tanam tersebut. Ini menjadi tugas lurah, camat dan tentunya instansi terkait dalam pengawasannya,” sambungnya.

Untuk diketahui, kawasan budidaya rumput laut di wilayah Kabupaten Nunukan terfokus pada lokasi tertentu yakni masyarakat nelayan Mamolo Kelurahan Tanjung Harapan, Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa, Sedadap Kelurahan Nunukan Selatan, kawasan Pelabuhan Tunon Taka Kelurahan Nunukan Timur dan Jalan Tanjung Kelurahan Nunukan Barat. (sam/fly) 

Sumber : http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/Nunukan/47017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar