...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Senin, 23 Agustus 2010

500 ton biomassa Rumput Laut Basah bisa dipanen dari luas sehektar selama setahun






Potensi Biomass dari  Budidaya Rumput Laut sangat  Spektakuler

By Dian Kusumanto


Bapak Majid adalah salah seorang petani Rumput Laut di Nunukan Kaltim.  Ada ratusan petani mengelola Rumput Laut sebagaimana lazimnya yang dilakukan Pak Majid.  Untuk membudidayakan Rumput Laut  perlu dibuat Tali Fondasi terlebih dahulu.  Biasanya tali fondasi ini panjangnya sekitar 100 meter, sedangkan lebar antar fondasi adalah sekitar 25 meter atau sekitar 15 depa atau disesuaikan dengan panjang tali bentangan tempat rumput laut digantungkan.    Jadi setiap bedengan ini mempunyai ukuran 25 m x 100 meter  yang bisa diisi dengan sekitar  300 tali bentangan. 

Pembuatan fondasi biasanya  minimal terdiri dari 2 bedengan yang  terdiri dari 3 tali fondasi panjang 100 meter berjarak masing-masing 25 meter.  Tali fondasi yang tengah biasa didobel karena sebagai tempat pengikatan tali bentangan sayap kanan dan sayap kiri.  Sedangkan Tali Fondasi yang ada di ujung masing-masing untuk mengikat 1 jalur ujung dari tali bentangan.  Berarti dalam 2 bedengan ini memerluka luas hamparan 50 meter x 100 meter atau 0,5 hektar, yang bisa diisi dengan sekitar 600 tali atau lebih.  Jadi kalau areal mencapai 1 hektar ada sekitar 1.200 tali bentangan.

Dari beberapa petani yang dihubungi maka penulis menyimpulkan bahwa rata-rata produksi  rumput laut selama masa budidaya 45 – 60 hari adalah sebagai berikut :

1.       Rumput Laut Basah (RLB) adalah sekitar 80 kg per tali bentangan, atau sekitar 96 ton/hektar dibulatkan sekitar 100 ton per hektar dalam satu musim.

2.       Jadi kalau menggunakan nilai konversi basah ke kering itu 10:1, maka akan diperoleh Rumput Laut Kering (RLK) sekitar 8 kg RLK /musim/tali atau  9,6 ton RLK/musim/hektar atau dibulatkan menjadi  10 ton RLK/musim/hektar.

3.       Jadi kalau menghitung lagi dalam rentang waktu setahun, berarti  bisa dilakukan sebanyak 6 kali atau 6 musim dalam setahun.  Maka jika diasumsikan produktivitas ini stabil sepanjang tahun maka produksinya adalah   sebanyak  600 ton RLB/tahun/hektar atau sekitar 60 ton RLK/tahun/hektar.

Namun seandainya dianggap produktifitas Rumput Laut itu berfluktuasi tergantung dengan musim maka bisa saja produktifitasnya diperkirakan sekitar 500 ton  RLB/thn/ha  atau 50 RLK/thn/ha.

Menurut Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia, Rizald Max Rompas ,  sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer (km).   Oleh karena itu Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam mengelola sumber daya alam melalui budidaya rumput laut di pesisir pantai.

Untuk mencapai target 10 juta ton produksi rumput laut kering pada 2014, sesungguhnya tidak terlalu banyak areal laut yang digunakan.    Jika produktifitas rumput laut mencapai 50 ton RLK/tahun/hektar, maka untuk mencapai target tersebut kita hanya memerlukan areal lahan budidaya sehitar 200.000 hektar .  Kalau seandainya  budidaya dilakukan sampai melebar sejauh 100 meter hamparan budidayanya, maka untuk memenuhi 200.000 hektar ini perlu  : 100 m/ha x 200.000 ha,  yaitu  20.000 km efektif.  Artinya itu adalah sekitar 20 % atau seperlima dari seluruh wilayah panjang garis pantai kita.   Jika lebar hamparan budidayanya sampai 200 meter, maka diperlukan sekitar 10.000 km panjang garis pantai, atau sekitar 10 % atau sepersepuluh panjang garis pantai kita.

Bagaimana dengan Nunukan?

Sedangkan  wilayah Kabupaten Nunukan yang memiliki  panjang garis pantai mencapai 314,592 km  dengan pemanfaatan wilayah garis pantai sekitar seperlimanya (20%), maka berpotensi akan bisa menyumbang produksi RLK sebesar : 20% x 200 meter x 314.592 meter : 10.000m2/ha = 1.258 ha, kalau produktifitasnya 50 ton RLK/tahun/ha, maka potensi itu menjadi = 62.918 ton RLK per tahun. 

Sekarang ini Nunukan diperkirakan sudah mengirim sekitar 6.000 ton RLK per tahun.  Angka ini masih perkiraan karena Nunukan melalui Pelabuhan Tunontaka membukukan sekitar 500 ton RLK dalam sebulan atau sekitar 6.000 ton dalam waktu setahun.   Angka ini masih akan terus bertambah, sebab animo masyarakat masih sangat besar untuk terus menambah bentangan talinya.    Dari potensi selama ini Penulis  memprediksikan masih mungkin bagi para petani Nunukan untuk meningkatkan arealnya bahkan sampai 10 kali lipat lagi dari produksinya yang sekarang,  sehingga  sampai produksi RLK  mencapai 60.000 ton RLK per tahun.

Ayo siapa lagi yang akan terjun ke bisnis Rumput Laut di Nunukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar