MENGELOLA PASCA PANEN RUMPUT LAUT
Rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya mempunyai peluang untuk dikembangkan, mengingat Indonesia mempunyai potensi lahan pengembangan yangsangat besar. Sejalan dengan target pencapaian produksi rumput laut Indonesia sebagaimana yang dicanangkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan RI sampai dengan tahun 2014sebesar 10.000.000 (sepuluh juta ) ton, maka perlu upaya serius dari semua stakeholders dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya rumput laut secara optimal dan berkelanjutan.
Peningkatan produksi rumput laut Indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan kualitas hasil produksi, dimana hasil produksi kering yang berasal daripembudidaya belum sepenuhnya memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh industri pengolah. Ironisnya yang terjadi pihak Industri pengolah seringkali mengeluarkan biaya produksitambahan untuk melakukan sortir ulang produk kering dari pembudidaya, sehingga sampai saat ini posisi tawar produk kering rumput laut dari pembudidaya masih belum mampu bersaing.Fenomena tersebut perlu segera menjadi perhatian bersama mulai dari pembudidaya maupun pelaku usaha.
Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memberikan pengetahuan dan membangun kesadaran tentang pentingnya pengelolaan pasca panen rumput laut dalam rangkamenjamin mutu produk rumput laut yang pada akhirnya akan mendorong keberlanjutan Industri pengolah sudah barang tentu akan menjamin keberlangsungan kegiatan usaha budidayamasyarakat pembudidaya rumput laut.
A. Melakukan sortir rumput laut hasil panen basah.
Pembahasan mengenai pengelolaan pasca panen rumput dalam modul ini adalah berlaku untuk jenis rumput laut penghasil karaginofit dalam hal ini Eucheumacottoni yang telah mampudibudidayakan secara massal. Tipe karaginan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu Iota karaginan, Kappa karaginan dan lamba karaginan. Iotakaraginan dihasilkan oleh Eucheumaspinosum, kappa karaginan dihasilkan olehEucheuma cottoni atau Kappaphycus alvarezii sedangkan lamba karaginan dihasilkan oleh jenis Condrus crispus ketiga tipe karaginantersebut dibedakan karena sifat jelly yang terbentuk.
Perlu diketahui bahwa proses penyortiran pada pembahasan pada elemen komponen ini adalah bagi rumput laut hasil panen basah, yaitu perlakuan sesaat setelah melakukanpemanenan. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam melakukan proses penyortiran antara lain sebagai berikut :
1). Perlakuan Panen
Panen rumput laut dilakukan secara benar hal ini guna menjaga kualitas rumput laut yang akan diolah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panasmatahari. Perlakuan panen memberikan pengaruh nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan, antara lain :
- Rumput laut yang dipanen harus sudah memasuki umur panen sebagaimana yang dipersyaratkan industri, yaitu 45 hari dengan pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali lipat daribibit awal. Pada umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel stength dan mengandung karaginan yang optimal.
- Pemanenan dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari ikatan tali ris, atau dengan memotong bagian pangkal batang dengan menggunkanan pisau tajam agarmempertahankan rumput laut tetap utuh. Hal ini untuk menghindari penurunkan mutu rumput laut. Perlakuan panen dengan jalah diserut/dipatahkan pada bagian batang atauthallus akan menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara langsung akan menurunkan mutu rumput laut.
2). Seleksi Hasil Panen Rumput Laut Basah
Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa rumput laut kering dan rumput laut segar. Perlu diketahui bahwa pada sebagian pembudidaya proses pemanenan ada yangdilakukan dengan pemanenan total, artinya setelah mencapai umur 45 hari rumput laut dipanen untuk kemudian dilakukan seleksi untuk memisahkan thallus muda yang kemudian akandijadikan bibit untuk ditanam kembali.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seleksi hasil panen basah antara lain :
1. Memisahkan antara rumput laut siap jemur/panen dengan thallus untuk dijadikan bibit rumput laut. Umur rumput laut siap panen dengan bibit dapat dilihat berdasarkan tampilan thallusrumput laut. Thallus yang muda cenderung mempunyai tampilan warna cerah/transparan serta bila dipatahkan akan langsung patah dengan mudah.
2. Memisahkan rumput laut dengan jenis rumput laut lain, biasanya tidak jarang pada saat proses budidaya rumput laut Eucheuma cottoni terdapat jenis lain yang menjadi competitormisalnya, Gracillaria, Spinosum sp maupun Sargassum yang menempel pada rumpun terutama pada budidaya dengan metode lepas dasar.
3. Memisahkan rumput laut dari kemungkinan menempelnya jenis ganggang/lumut, kotoran maupun jenis hewan air penempel lain
4. Hasil panen rumput laut basah harus dibersihkan dengan jalan dicuci sebelumnya dengan air laut sebelum dijemur.
3). Standar Mutu Hasil Panen Rumput Laut Basah
Seleksi hasil panen rumput laut basah dilakukan guna menjamin mutu rumput laut agar sesuai dengan standar yang diinginkan pihak industry pengolah. Secara umum standar hasilpanen rumput laut basah yang perlu diperhatikan, meliputi :
1. Umur panen harus memenuhi yaitu antara 45-50 hari. Umur panen tersebut telah memenuhi standar mutu terutama gel strength dan kandungan karaginan pada rumput laut.
2. Rumput laut tidak terjadi patahan pada batang maupun thallus yang disebabkan oleh perlakuan panen yang kurang benar. Mematahkan secara langsung dengan tangan apalagi dengancara diserut akan menyebabkan keluarnya gel secara berlebih melalui permukaan patahan, hal ini secara langsung akan berpengaruh tehadap gel strength rumput laut.
3. Rumput laut bersih dari penempelan antara lain ganggang dan kotoran lain serta thallus dan batang normal.
4. Mempunyai bau khas alamiah.
B. Menyiapkan Peralatan Pengering
Pada dasarnya proses pengeringan/penjemuran rumput laut Eucheuma cottonidapat dilakukan dengan tiga metoda, antara lain :
1. Penjemuran dengan alas di atas permukaan tanah
2. Penjemuran dengan metode para-para jemur
3. Penjemuran dengan metode gantung
Spesifikasi peralatan dan sarana yang dibutuhkan hendaknya disesuakan dengan metode yang akan digunakan.
Langkah awal sebelum melakukan pengeringan rumput laut yaitu dengan membuat sarana pengeringan, sesuai metode yang akan digunakan. Beberapa kebutuhan peralatan yang harusdipersiapkan dalam membuat fasilitas pengeringan, antara lain :
§ Penjemuran dengan alas dipermukaan tanah.
Yang perlu dipersiapkan antara lain : alas plastic/terpal atau lantai semen yang digunakan sebagai alas untuk penyebaran rumput laut, dengan ukuran disesuaikan dengan kapasitas produksimaupun kapasitas lahan.
§ Penjemuran dengan metode para-para jemur
Kebutuhan antara lain : tiang bambu, alas dengan menggunakan bilahan bambu/anyaman bambu dengan lubang/rongga yang tidak terlalu besar, atau dapat pula dengan mengunakan jarringpoli ethylene ukuran lubang 2 cm sebagai alas, paku, gergaji, golok, tali, dan tutup terpal. Ukuran para-para jemur disesuaikan dengan kapasitas lahan. Biasanya yang cukup idealadalah dengan lebar 1-1,5 meter dan panjang 10-25 meter.
§ Penjemuran dengan metode gantung
Kebutuhan yang perlu dipersiapkan antara lain : Bambu, kayu, dan tali Polyethlen. Jumlah dan panjang gantungan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kapasitas lahan. Bambudigunakan sebagai tempat untuk menggantung rumput laut bersama tali ris pada saat penjemuran, sedangkan kayu digunakan sebagai penyangga atau tiang gantungan, tali PE digunakanuntuk mengikat kayu ataupun bambu.
Keterampilan dalam menyiapkan peralatan pengering, mencakup bagaimana melakukan inventarisir terhadap kebutuhan sarana/peralatan pengering sesuai metoda yang akan digunakan,serta keterampilan dalam mendesaign area jemur berdasarkan metode yang sudah ditentukan. Pada dasarnya keterampilan ini tiidak terlalu sulit untuk dilakukan, beberapa acuan gambaryang bisa membantu dalam pembuatan sarana jemur berdasarkan metode yang akan dilakukan, sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
C. Pengetahuan Dalam Melakukan Pengeringan
Pengeringan yang baik pada saat cuaca cerah dengan intensitas cahaya matahari yang optimal, factor ini secara langsung akan menjamin kualitas produk rumput laut kering. Sedangkanproses pengeringan pada saat cuaca mendung atau hujan akan mengakibatkan fermentasi sehingga akan menurunkan mutu rumput laut kering.
Perlakuan sebelum pengeringan hendakanya dapat mengikuti permintaan pasar, hal ini karena ada beberapa pembeli yang menginginkan dengan criteria tertentu, misalnya kering asin(keringasalan), kering tawar (dicuci dengan air tawar), dan hasil fermentasi (biasanya tampilan berwarna putih).
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menghasilkan criteria tersebut, antara lain :
· Untuk mendapatkan kering asalan, rumput laut setelah dipanen dikeringkan sampai dengan kadar air 38-35% (kering karet), pengeringan yang bagus dilakukan pada para-para jemurmaupun digantung. Untuk mencapai kering karet jika intensitas cahaya matahari normal biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 hari, tandanya jika rumput laut sudah ditempeli Kristalgaram warna putih dan jika digenggam terasa seperti menggenggam karet.
· Untuk menghasilkan kering tawar, setelah di panen rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar (biasanya sampai bau amis hilang) untuk kemudian dikeringkan dengan kadar airsesuai yang diminta.
· Untuk mendapatkan rumput laut hasil fermentasi, biasanya rumput laut dijemur dan ditutup plastic transparan, sehingga akan membuat tampilan warna rumput laut putih.
1). Metode pengeringan rumput laut
Seperti dijelaskan pada pembahasan awal, bahwa dalam melakukan pengeringan rumput laut ada 3 (tiga) metoda yang dapat digunakan, antara lain :
§ Pengeringan dengan alas, baik terpal plastic maupun lantai semen
§ Pengeringan dengan menggunakan para-para jemur
§ Pengeringan dengan metode gantung.
Bervariasinya teknik pengeringan disebabkan oleh beberapa factor antara lain factor sumberdaya manusia terkait pemahaman mengenai mutu rumput laut, factor alam, kapasitaslahan dan efesiensi biaya. Berikut akan dibahas mengenai prosedur pada masing-masing metoda di atas.
a). Pengeringan dengan alas
Metode pengeringan ini dengan melakukan penjemuran rumput laut di atas alas langsung di atas permukaan tanah. Sebagai alas dapat digunakan terpal plastic maupun lantai jemurdari semen dengan luas disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen maupun luasan lahan untuk penjemuran
Kelemahan teknik penjemuran dengan cara disebar dengan menggunakan alas plastic terpal/lantai jemur, antara lain :
- Kemungkinan tercampurnya rumput laut oleh kotoran
- Tingkat kekeringan yang tidak merata, hal ini disebabkan tidak ada nya sirkulasi udara, biasanya rumput laut akan berkeringat jika disebar di atas alas terpal plastik. Kondisi inimenyebabkan waktu pengeringan kurang efisien.
b). Pengeringan dengan para-para jemur
Metoda penjemuran ini rumput laut tidak disebar diatas alas langsung di permukaan tanah, namun dengan menggunakan bilahan bambu yang diberi alas jaring polietylen atauanyaman bambu dengan rongga. Pada penjemuran dengan menggunakan para-para alas diletakan dengan menggunakan tiang bambu sehingga tidak langsung menyentuh permukaan tanahsebagaimana pada metode pertama yang sudah dijelaskan di atas. Jumlah dan ukuran unit para-para jemur disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen dan kapasitas lahan.
Metode penjemuran ini juga dapat dipasang tidak hanya di darat namun bias dilakukan di laut, yaitu dengan menancapkan bamboo sebagai penyangga alas di dasar perairan. Biasanyapemasangan para-para jemur di laut dilakukan dekat rumah jaga.
Walaupun dari aspek biaya penggunaan metode ini cukup mahal, namun metoda ini lebih baik dibanding metode penjemuran di atas alas terpal. Sehingga rata-rata para pembudidayabanyak yang memilih metoda dengan para-para jemur. Adapun Keuntungan metode pengeringan dengan menggunakan para-para jemur antara lain :
- Tingkat kekeringan yang merata dengan kadar air yang diinginkan, hal ini karena memungkinkan adanya sirkulasi udara melewati rongga pada alas jemur. Kondisi ini memungkinkanwaktu pengeringan lebih efisien.
- Kemungkinan rumput laut tercampur kotoran minim
c). Pengeringan metode gantung
Penjemuran dengan cara digantung dinilai lebih efektif dibanding ke dua metode di atas. Secara umum metode ini sudah biasa dilakukan oleh pembudidaya rumput laut di Provinsi NusaTenggara Timur. Teknik penjemuran dengan cara digantung dilakukan dengan menjemur rumput laut bersama tali ris pada tiang bambu yang dipasang secara horizontal. Cara ini dinilai baikkarena rumput laut tidak banyak mengalami benturan fisik apalagi pematahan thallus. Rumput laut yang diambil dari tali ris dengan cara dipatahkan bias menyebabkan luka fisik pada thallusdan disertai keluarnya getah/gel pada bagian tersebut, yang akan menyebabkan rendahnya kadar rumput laut kering.
Keuntungan melakukan penjemuran dengan cara digantung antara lain sebagai berikut :
§ Selain lebih murah, juga cara ini dinilai lebih baik karena dianggap memiliki kadar kotor yang lebih rendah. Dengan cara digantung kadar garam yang menempel akan minim, hal ini karenaair yang mengandung garam akan dengan cepat menetes ke bawah.
§ Tingkat kekeringan lebih merata dengan waktu pengeringan yang lebih efisien
§ Hasil rumput laut kering utuh. Namun demikian karena penjemuran ini juga dilakukan bersama tali ris, pada umumnya pembudidaya harus mempunyai tali ris dobel sebagai ganti untukpenanaman lagi.
2). Kontrol Kualitas selama Proses Pengeringan
Kegiatan control kualitas selama proses pengeringan dilakukan dalam rangka mempertahankan kualitas rumput laut kering agar sesuai standar terutama kadar air dan tingkatkekotoran. Pada beberapa kasus para pembudidaya kurang memperhatikan control kualitas pada saat penjemuran sehingga mutu rumput laut kering yang dihasilkan tidak sesuai standar yangdiinginkan oleh industry. Kondisi inilah yang menyebabkan posisi tawar produk rumput laut kering menjadi menurun.
Kontrol kualitas pada saat penjemuran dapat dilakukan melalui pembersiahan kotoran, pembalikan, dan melindungi rumput laut yang dijemur dari tingkat kelembaban yang tinggi dankontaminasi yang mungkin terjadi. Untuk mendapatkan tingkat kadar air yang optimal biasanya membetuhkan waktu pengeringan antara 3-4 hari tergantung dari tingkat intensitas matahari.Ciri atau warna rumput laut yang sudah kering adalah ungu keputihan dilapisi Kristal garam.
Sedangkan hal yang perlu dihindari terkait perlakuan pada saat melakukan pengeringan rumput laut, antara lain :
- Menghindari menjemur rumput laut di jalan atau dibahu jalan yang langsung tercemar oleh debu dan asap kendaraan, hal ini akan menjadi penyebab rumput laut terkontaminasi olehlogam berat.
- Menghindari penjemuran di atas pasir, rumput, tanah atau media lain yang dapat menurunkan tingkat kualitas hasil rumput laut kering. Pada beberapa kasus banyak pembudidaya yangmasih melakukan penjemuran di atas pasir di pinggir pantai, hal ini akan menyebabkan kerugian pada pihak pasar/industry sehingga posisi tawar produk menjadi rendah.
- Menghindari perlakuan pengeringan dengan penggaraman. Dampak penggaraman akan mempengaruhi perolehan ekstrak, mepergelap warna hasil panen sehingga menurunkan muturumput laut. Kondisi ini akan merugikan pihak industry pengolah.
Sebagai informasi bahwa hasil rumput laut dengan penggaraman (dibacem) dapat dibedakan dengan yang tanpa dibacem. Biasanya rumput laut hasil penggaraman jika disimpanbeberapa hari akan mengeluarkan air dan garam yang berlebihan (tingkat kekeringan tidak normal).
Keterampilan dalam melakukan pengeringan antara lain sebagaimana yang telah dibahas pada materi pengetahuan sebelumnya. Pelaku harus terampil dalam melakukan pengeringanmulai dari penentuan metode penjemuran, prosedur pengeringan yang menjamin kualitas rumput laut kering, dan mampu mengontrol dan memperlakukan rumput laut pada saatpenjemuran agar terjaga kualitasnya.
Prosedur pengeringan berdasarkan metoda penjemuran antara lain :
Pengeringan dengan alas terpal plastic atau alas lantai semen
- Menyiapkan kebutuhan peralatan penjemuran yaitu alas jemur baik plastic maupun lantai semen
- Membersihkan area jemur dari kemungkinan kotoran penempel
- Rumput laut hasil panen terlebih dahulu dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Pencucian dengan menggunakan air laut.
- Menyebar rumput laut pada alas jemur dengan jalan mengatur ketebalan rumput laut agar tingkat kekeringan merata.
Pengeringan di atas para-para jemur
- Siapkan sarana para-para yang dibutuhkan dengan jumlah dan ukuran sesuai kapasitas hasil panen
- Sebelumnya bersihkan para-para dari kotoran penempelan
- Rumput laut hasil panen sebelumnya dicuci air laut untuk menghindari penempelan kotoran
- Letakkan rumput laut diatas para-para dengan mengatur ketebalan secara rata
Pengeringan dengan metode gantung
- Menyiapkan sarana jemur gantung dengan jumlah dan ukuran/panjang unit disesuaikan dengan pertimbangan biaya, kapasitas hasil panen dan kapasitas lahan. Untuk menampungkapasitas hasil panen yang lebih banyak tempat penggantungan dapat dibuat lebih banyak dalam bentuk kontruksi rumah
- Setelah pemanenan, sebaiknya mencuci rumput laut dan tali ris dengan air laut untuk meminimalisir penempelan kotoran
- Penjemuran dengan mengikat/menggantung rumput laut bersama tali ris pada tiang jemuran, atau menggantung tali ris dan rumput laut pada paku/pasak yang dipasang pada tiangbamboo/kayu horizontal
- Mengatur jarak antara ikatan rumput laut pada tiang jemuran agar tingkat kekeringan merata.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjaga kualitas pada saat proses pengeringan, antara lain :
- Melakukan pembersihan/sortasi dari kemungkinan penempelan kotoran pada saat proses pengeringan
- Melakukan pembalikan secara kontinyu guna menjamin tingkat kekeringan merata sesuai tingkat kadar air yang diinginkan pihak industry.
- Menjaga kelembaban agar tetap stabil, kelembaban tinggi terjadi pada saat musim hujan. Rumput laut pada saat malam hari ditutup plastic untuk menghindari pengaruh embun, atausimpan sementara pada gudang yang kelembabannya rendah sebelum dijemur ulang.
- Melindungi rumput laut dari kontaminasi bahan kimia atau logam berat.
D. Melakukan Kontrol Kualitas Rumput Laut Kering
1). Spesifikasi Kualitas Rumput Laut Kering
Perlakuan pasca panen hendaknya perlu menjadi perhatian yang serius dari semua pelaku usaha rumput laut. Pembudidaya harus mulai sadar akan pentingnya jaminan kualitas hasilproduksi yang baik, dengan begitu akan terbangun hubungan timbal balik secara positif antara pembudidaya dengan pihak industry pengolah. Jika standar kualitas rumput laut yang dihasilkanbaik, maka akan berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha industry pengolah, kondisi ini tentunya secara langsung akan menjamin kontinyuitas penyerapan produksi daripembudidaya sehingga kegiatan usaha budidaya akan berjalan secara berkelanjutan.
Rumput laut Eucheuma cottoni kering hendaknya memenuhi standar yang dipersyaratkan pihak industry pengolah. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan BSNyaitu SNI 01-2690-1992 tentang standar mutu rumput laut kering, mempersyaratkan beberapa spesifikasi mutu rumput laut kering yang harus dipenuhi meliputi kadar air, bau, benda asing,kadar karaginan dan kadar agar (rumput laut penghasil agar). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada table 1 di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi syarat mutu rumput laut kering
No
|
Jenis Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
Eucheuma
|
Gelidium
|
Gracillaria
|
Hypnea
|
1
|
Kadar air
|
%
|
Maks.35
|
Maks.15
|
Maks. 25
|
Maks. 20
|
2
|
Bau, b/b
|
-
|
Khas
|
Khas
|
Khas
|
Khas
|
3
|
Benda asing, b/b
|
%
|
Maks.5
|
Maks.5
|
Maks. 5
|
Maks. 5
|
4
|
Kadarkaraginan*,b/b
|
%
|
Min.25
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Kadar agar*, b/b
|
%
|
-
|
Min. 25
|
Min. 20
|
-
|
Sumber : Standar Nasional Indonesia (01-2690-1992)
Selain spesifikasi syarat mutu yang tertera dalam table di atas, beberapa parameter mutu rumput laut yang perlu diperhatikan dan biasanya dipersyaratkan pihak industry pengolah, antaralain meliputi :
§ Gel strength, yaitu tingkat kandungan jelly yang terdapat di dalam rumput laut;
§ Viskositas, yaitu tingkat kekentalan yang terdapat dalam rumput laut;
§ Nilai pH, yaitu derajat keasaman sisa alkali yaitu antara 7 sampai dengan 9
§ SFDM (Salt Free Dry Matter), yaitu rumput laut kering yang telah bersih dari garam. SFDM ini mempengaruhi kandungan kekuatan gel rumput laut, nilai SFDM yang baik adalah > 34%;
§ SS (salt and sand), merupakan jumlah garam dan pasir yang terdapat pada rumput laut kering, standar SS yang diuji sesuai SNI adalah < 28%;
Parameter mutu di atas akan dibahas lebih lanjut.
Berdasarkan tingkat kadar air, produk rumput laut kering dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumput laut kering kawat (kadar air 20-30%) dan rumput laut kering karet (kadar air 30-40%). Biasanya secara umum para pembudidaya menjual rumput laut dengan standar kering karet. Rumput laut yang terlalu kering dikhawatirkan mengalami kerusakan yang berdampak padakualitas karaginan. Kondisi kadar air pada produk rumput laut kering dipengaruhi oleh factor lama penjemuran, intensitas cahaya matahari (musim) dan metode jemur.
Rumput laut jenis Eucheuma cottoni merupakan penghasil karaginan yaitu untuk fraksi kappa karaginan. Kandungan karaginan dinyatakan dalam CAY (cleananhydrous carrageenanyield) dengan nilai standar 40%, kurang dari nilai tersebut berarti rumput laut mempunyai standar kualitas rendah. Kandungan karaginan pada rumput laut Eucheuma cottonidipengaruhi oleh beberapa factor meliputi : biomassa awal, asal stek (thallus), umur panen, jarak tanam, system budidaya dan kualitas air.
2). Kontrol Kualitas Produk Rumput Laut Kering
Untuk menjamin bahwa hasil penjemuran telah memenuhi standar mutu, maka langkah yang perlu dilakukan adalah melakukan control ulang terhadap kualitas rumput laut. Kontrol tersebut,meliputi :
A. Pengerjaan ulang (rework)
Yaitu upaya untuk melakukan kembali proses dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas produk. Pengerjaan ulang ini mencakup proses pengeringan ulang dan sortasi. Kondisi rumputlaut yang berasal dari pembudidaya tidak semuanya memenuhi standar mutu kadar air yang dipersyaratkan, kurangnya kesadaran dari pembudidaya kadangkala para pembeli harusmengeluarkan biaya operasiolnal lagi untuk melakukan kegiatan pengeringan ulang dan sortir.
Produk rumput laut kering harus di lakukan control terutama dalam hal spesifikasi produk. Spesifikasi adalah persyaratan detil mengenai produk yang diminta oleh pembeli (industrypengolah). Spesifikasi tentang mutu telah dibahas sebelumnya, pada proses pengerjaan ulang spesifikasi produk hendaknya dibuat secara tertulis.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengerjaan ulang antara lain : Cara pengeringan, pencegahan benda asing, pemberian nomor lot, dan pencatatan proses dan hasil re-work.
B. Inspeksi penerimaan barang
Kegiatan inspeksi penerimaan barang perlu dilakukan pelaku usaha dengan tujuan untuk memastikan rumput laut kering yang diterima telah memenuhi spesifikasi mutu yangdipersyaratkan sebelumnya. Pada saai infeksi penerimaan barang, hal-hal yang perlu diperiksa antara lain jumlah dan berat rumput laut yang diterima, kode lot, dan parameter mutu sesuaispesifikasi. Adapun cara pemeriksaan/control dilakukan dengan pengecekan secara menyeluruh maupun pengecekan dengan metode sampling. Setelah itu hasil pemeriksaan dicatat denganbaik.
C. Uji mutu kualitas rumput laut kering
Pengujian terhadap mutu rumput laut kering merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai prosedur pengujian mutu rumput laut keringyang meliputi : Bau, Kadar air, SFDM (salt free dry matter), SS (salt and sand), Viskositas dan pH, Gel strength, dan kandungan karaginan. Dimana spesifikasi mutu di atas harus dipenuhioleh produsen sebagai persyaratan yang bersifat baku di tingkat industry pengolah.
Standar Industri Indonesia (SII) untuk karaginan belum dirumuskan. Standar mutu yang ditetapkan FCC (Food Chemical Codex), FDA, dan FAO (Food and AgricultureOrganization)meliputi spesifikasi kadar logam berat Pb, sulfat, air, abu, abu tak larut asam, bahan tak larut asam, dan viscositas larutan). Standar mutu karaginan untuk ketiga versi di atas dicantumkandalam table di bawah ini :
Tabel 2. Standar Mutu Karaginan
Parameter
|
Karaginan Komersial
|
KaraginanStandar FAO
|
Karaginan StandarFCC
|
Karaginan StandarEEC
|
Kadar Air (%)
|
14,34±0,25
|
Maks 12
|
Maks 12
|
Maks 12
|
Kadar Abu (%)
|
18,60±0,22
|
15-40
|
18-40
|
15-40
|
Kekuatan gel(dyne/cm2)
|
685,50 ± 13,43
|
-
|
-
|
-
|
Titik Leleh (ºC)
|
50,21±1,05
|
-
|
-
|
-
|
Kekuatan gel (Gel Strength) merupakan sifat fisik karaginan yang terkandung dalam rumput laut, dimana menunjukkan kemampuan karaginan dalam pembentukan gel. Glicksman(1969) menyatakan bahwa salah satu sifat fisik yang penting pada karaginan adalah kekuatan untuk membentuk gel yang disebut kekuatan gel. Standar internasional kekuatan gel minimal 500gram/cm2, dimana umumnya permintaan industry sekitar 600-700 gram/cm2. Nilai ini tentunya harus dipenuhi dengan meningkatkan kualitas hasil panen yang mencakup standar umurpanen, perlakuan panen dan pasca panen.
Di bawah ini dijelaskan beberapa prosedur yang harus dikuasai, antara lain :
A. Penyortiran rumput laut kering
Kegiatan penyortiran rumput laut kering yang akan dikemas dilakukan untuk memastikan rumput laut telah memenuhi spesifikasi mutu rumput laut kering, beberapa langkah yang perludilakukan, antara lain :
- Memeriksa kembali kondisi rumput laut, yaitu dengan memisahkan antara yang baik dengan yang tidak baik
- Melakukan pembersihan ulang dari kemungkinan adanya penempelan material lain yang bukan hasil panenan misalnya tali, ganggang, lumpur, pasir, garam. Partikel tersebut akanmenyebabkan terganggunya pemrosesan dan pencemaran produk.
D. Melakukan Pengepakan dan Penyimpanan
1). Teknik Pengepakan Rumput Laut Kering
Pengepakan rumput laut dilakukan setelah melakukan rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Pengepakan bertujuan untuk mempertahankan mutu rumput laut disamping ituproses pengepakan dilakukan untuk memudahkan proses penyimpanan, labeling dan transportasi. Pengepakan dapat dilakukan baik menggunakan alat bantu maupun manual. Penggunaan alatbantu (manual hydrolicpress) memungkinkan proses lebih cepat dan proses pemadatan yang optimal.
Proses pemadatan pada saat pengepakan dilakukan untuk mengurangi pemakaian ruangan baik selama penyimpanan digudang maupun pada saat pengangkutan.
Dengan teknik pemadatan bobot rumput laut per karung akan bertambah 3-4 kali dibanding tanpa pemadatan, hal ini akan menguntungkan dari segi penghematan penggunaan ruangsebesar 3-4 kali. Perlu diperhatikan bahwa proses pemadatan akan efektif pada rumput laut dengan kadar air telah mencapai 30-37%. Jika melebihi 37% dapat menyebabkan kerusakan yangsecara langsung akan menurunkan kualitas rumput laut yang disebabkan oleh pecahnya dinding sel yang mengandung selulosa akibat rumput laut belum kering sempurna. Kadar rumput lautdibawah standar ( MC >37%) menyebabkan mutu rumput laut kering menjadi cepat menurun selama proses pasca panen. Jika demikian maka proses pengerjaan ulang (rework)sebagaimana dijelaskan diawal perlu dilakukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengepakan, antara lain sebagai berikut :
§ Pada saat melakukan pengemasan harus memperhatikan : kebersihan area pengemasan, kebersihan kemasan, kebersihan alat pengepakan/alat bantu pengepakan dan kebersihan orangyang menangani rumput laut.
§ Ukuran packing disesuaikan dengan permintaan dari pembeli (50 kg, 70 kg, atau 100 kg per bal)
§ Packing bal diberi identifikasi nomor bal dan lot, dimana satu lot merupakan jumlah 100 bal hasil packing dalam satu hari selama proses pengepakan
§ Melakukan pencegahan terhadap benda asing, yaitu dengan memperhatikan : kebersihan tempat pengepakan, kebersihan kemasan (karung), alat pengepakan/alat bantu pengepakan danorang yang menangani rumput laut.
Teknik pemadatan pada saat pengepakan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Alat berupa kontruksi beton berdiameter 15-20 mm, kontruksi ini berfungsisebagai pegangan karung plastic ketika diisi rumput laut saat proses pemadatan. Rumput laut dimasukan ke dalam karung plastic dan di tahan oleh kontruksi beton. Pada saat mencapai ½volume karung plastic, rumput laut dipadatkan dengan cara ditumbuk atau ditekan dengan menggunakan balok, demikian seterusnya pada saat isi karung mencapai ¾ sampai penuh.Selanjutnya pada saat rumput laut dalam karung tidak dapat dipadatkan lagi maka proses pemadatan dihentikan dan mulut karung plastic yang telah penuh rumput laut yang padat ditutupdengan cara dijahit menggunakan jarum dan tali PE 1 mm.
2). Labelling (pemberian label)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan tanda pada kemasan dalam rangka keperluan mampu telusur yang mencakup asal produk, spesifikasi mutu, dan identifikasi nomor lot.
3). Teknik Penyimpanan
Secara umum rumput laut kering dengan kandungan kadar air ( MC 20-30%) mampu bertahan antara 2-3 tahun bergantung pada cara penyimpanan. Tempat penyimpanan yang baikadalah tidak lembab, kering dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Pada bagian dasar (di atas lantai) diberi alas dari papan penyangga untuk menghindari kelembaban.
Penyimpanan yang tidak baik bisa menyebabkan kadar air rumput laut meningkat hingga 50-55%. Pada kondisi demikian, rumput laut bisa membusuk dan tidak mampu disimpan lama.Rumput laut yang mengalami peningkatan kadar air yang sebaiknya dilakukan penjemuran ulang dan dipadatkan kembali, kemudian disimpan pada tempat yang memenuhi syaratpenyimpanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyimpanan, antara lain :
a) Tempat/gudang penyimpanan harus mempuyai sirkulasi udara yang baik, tapi hindari lubang yang besar, gudang mudah dirawat dan dibersihkan dan jangan menimbulkankotoran/benda asing yang dapat mengkontainasi produk
b) Produk harus disimpan dan ditata secara rapi (di atas palet kayu) dan diberi label (kode lot)
c) Barang yang masuk dan keluar gudang harus tercatat dengan baik (jumlah dank ode lot-nya)
d) Pengeluaran barang dari gudang harus mengikuti system FIFO (first in first out), yaitu barang yang masuk pertama kali harus keluar terlebih dahulu. Sedangkan barang yang masukterakhir harus keluar belakangan.
e) Ketinggian susunan rumput laut yang telah dikemas maksimal 5 susun sedangkan jarak antar palet/papan (alas) 20 cm.
4). Transportasi (Pengangkutan)
Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir proses penanganan pasca panen rumput laut kering . Untuk selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan lebih lanjut pada industrypengolah. Kegiatan pengangkutan produk dilakukan dengan baik dalam rangka memastikan keutuhan produk (jumlah dan berat) dan memastikan kondisi produk tetap baik dan bebaskontaminasi pada saat berada di alat transportasi sampai ke tempat tujuan.
Untuk menjamin kelancaran mulai dari proses pengepakan sampai dengan pengangkutan, maka pada gudang perlu dilengkapi peralatan/sara pendukung antara lain : Gerobakpengangkut, Ganco untuk menarik karung berisi rumput laut yang belum dipress atau dikemas ulang, timbangan duduk, dacin, alat bantu press dan pengepakan, peralatan tulis dan label.
Sumber : seaplant.net
Sumber : http://www.djpb.kkp.go.id/arsip/c/265/PETUNJUK-PRAKTIS-MENGELOLA-PASCA-PANEN-RUMPUT-LAUT/?category_id=13