Panduan Usaha Kebun Bibit Rumput Laut
Tuesday, 24 August 2010 07:00
Sebagian
besar potensi sumberdaya perikanan budidaya belum dimanfaatkan secara
optimal untuk menciptakan lapangan usaha, menyerap tenaga kerja,
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kementerian
Kelautan dan Perikanan berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai
penghasil produk Kelautan dan Perikanan terbesar pada tahun 2015, telah
ditetapkan target peningkatan produksi perikanan budidaya pada 2014
adalah sekitar 16,89 juta ton. Untuk mewujudkan pencapaian target
produksi, maka perluasan lahan budidaya dan penambahan wirausaha baru
perlu dilakukan.
Dalam
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Wirausaha Pemula Perikanan Budidaya,
yang ditandatangi oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Made L.
Nurdjana, menyebutkan bahwa budidaya perikanan dapat dilakukan dengan
mudah. Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan panduan sebagai petunjuk
pelaksanaan Pengembangan Wirausaha.
Metode budidaya yang
akan dilakukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut itu
sendiri. Sampai saat ini telah dikembangkan 5metode budidaya rumput laut
berdasarkan pada posisi tanaman terhadap dasar perairan. Metoda-metoda
tersebut meliputi : metoda lepas dasar, metoda rakit apung. metode long
line dan metode jalur serta metode keranjang (kantung).
Metoda budidaya rumput
laut yang telah direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan,
meliputi: metoda lepas dasar, metoda apung (rakit), metode long line dan
metode jalur.
Namun di dalam
penerapan keempat macam metoda tersebut harus disesuaikan dengan kondisi
perairan di mana lokasi budidaya rumput laut akan dilaksanakan. Uraian
ketiga macam metoda tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode Lepas Dasar
Dilakukan pada dasar perairan yang berpasir atau berlumpur pasir untuk
memudahkan penancapan patok/pacang, Namun hal ini akan sulit dilakukan
bila dasar perairan terdiri dari batu karang.
Penanaman dengan metode
ini dilakukan dengan cara merentangkan tali ris yang telah berisi
ikatan tanaman pada tali ris utama dan posisi tanaman budidaya berada
sekitar 30 cm di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut
terendah masih tetap terendam air). Patok terbuat dari kayu yang
berdiameter sekitar 5 cm sepanjang 1 m dan runcing pada salah satu
ujungnya.
Jarak antara patok
untuk merentangkan tali ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar
dihubungkan dengan tali ris polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Jarak
antara tali rentang sekitar 20 – 25 cm.
Dengan demikian untuk budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar berukuran (50 x 10) m2, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:
- Patok kayu (kayu gelam) : panjang 1 m diameter 5 cm sebanyak 275 buah
- Tali rentang : bahan PE berdiameter 4 mm sebanyak 870 m (10 kg)
- Tali ris: bahan PE berdiameter 6 mm sebanyak 630 m (15 kg)
- Tali rafia : sejumlah 20 gulung besar, dan
- Bibit seberat 50 -100 gr per ikat sebanyak 500 – 1.000 kg.
Produksi rumput laut yang diperoleh dengan metode lepas dasar ukuran 500 m2
untuk setiap musim tanam (mt) adalah sebesar 4.000 – 8000 kg basah atau
437,5 – 875 kg kering (dengan konversi sekitar 8:1 ). Sebaiknya bibit
dipisahkan penanganannya dengan umur lebih kurang 25 hari.
2. Metode Rakit Apung
Metode rakit apung adalah cara membudidayakan rumput laut dengan
menggunakan rakit yang terbuat dari bambu/kayu.Metode ini cocok
diterapkan pada perairan berkaranq dimana pergerakan airnya didominasi
oleh ombak. Penanaman dilakukan dengan menggunakan rakit dari
bambu/kayu. Ukuran setiap rakit sangat bervariasi tergantung pada
ketersediaan material. Ukuran rakit dapat disesuaikan dengan kondisi
perairan tetapi pada prinsipnya ukuran rakit yang dibuat tidak terlalu
besar untuk mempermudah perawatan rumput laut yang ditanam.
Untuk menahan agar
rakit tidak hanyut terbawa oleh arus, digunakan jangkar (patok) dengan
tali PE yang berukuran 10 mm sebagai penahannya. Untuk menghemat areal
dan memudahkan pemeliharaan, beberapa rakit dapat digabung menjadi satu
dan setiap rakit diberi jarak sekitar 1 meter. Bibit 50 -100 gr
diikatkan di tali plastik berjarak 20-25 cm pada setiap titiknya.
Pertumbuhan tanaman
yang menggunakan metode apung ini, umumnya lebih baik daripada metode
lepas dasar, karena pergerakan air dan intensitas cahaya cukup memadai
bagi pertumbuhan rumput laut. Metode apung memiliki keuntungan lain
yaitu pemeliharaannya mudah dilakukan, terbebas tanaman dari gangguan
bulu babi dan binatang laut lain, berkurangnya tanaman yang hilang
karena lepasnya cabang-cabang, serta pengendapan pada tanaman lebih
sedikit.
Kerugian dari metode
ini adalah biaya lebih mahal dan waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan
sarana budidayanya relatif lebih lama. Sedangkan bagi tanaman itu
sendiri adalah tanaman terlalu dekat dengan permukaan air, sehingga
tanaman sering muncul kepermukaan air, terutama pada saat laut kurang
berombak. Munculnya tanaman kepermukaan air dalam waktu lama, dapat
menyebabkan cabang-cabang tanaman menjadi pucat karena kehilangan pigmen
dan akhimya akan mati.
Agar pemeliharaan bisa
lebih efektif dan efesien, maka pada umumnya 1 unit usaha terdiri dari
20 rakit dengan masing-masing rakit berukuran 5 m x 2,5 m. Satu rakit
terdiri dari 24 tali dengan jarak antara tali masing-masing 20 cm. Untuk
setiap tali dapat diikatkan 9 rumpun tanaman, dan jarak antara rumpun
yang satu dengan yang lainnya adalah 25 cm. Jadi dalam satu rakit akan
terdiri dari 300 rumpun dengan berat rata-rata per rumpun 50 -100 gram
atau dibutuhkan bibit sebanyak 15 – 30 kg (Asumsi : bambu tidak
digunakan untuk mengikat bibit).
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk 1 unit rakit apung usaha budidaya rumput laut yang terdiri dari 20 buah rakit berukuran 5 m x 2,5 m adalah sebagai berikut:
- bambu berdiameter 10-15 cm sebanyak 80 batang
- tali jangkar PE berdiameter 10 mm sebanyak 80 m atau 6 kg
- tali rentang PE berdiameter 4 mm sebanyak 2.800 m atau 33 kg (260 m/rakit);
- jangkar 4 buah (dari karung semen/ cor semen)
- tali Dl 5 60 gulung (3 gulung/rakit)
- tempat penjemuran 1,2 x 100 m
- peralatan budidaya (keranjang, pisau, gergaji, dan parang)
- perahu jukung, sebanyak 1 unit, dan
- bibit sebanyak 300 – 600 kg (15 – 30 kg/rakit)
Hasil produksi yang
akan diperoleh dari 1 unit yang terdiri dari 20 rakit ukuran 2,5 m x 5 m
(asumsi hasil panen 8 kali berat awal) adalah sebesar 2.400 kg – 4.800
kg rumput laut basah per musim tanam(MT) atau 262,5 kg – 525 kg rumput
laut kering (dengan konversi sekitar 8:1 ).
3. Metode Long Line
Metode long line adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang
yang dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat
karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk
didapat.
Teknik budidaya rumput
laut dengan metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50-100 meter
yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25
meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau
styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan
styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml.
Pada saat pemasangan
tali utama harus diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit
menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya.
Bibit rumput laut sebanyak 50 -100 gram diikatkan pada sepanjang tali
dengan jarak antar titik lebih kurang 25 Cm.
Jarak antara tali satu
dalam satu blok 0,5 m dan jarak antar blok 1 m dengan mempertimbangkan
kondisi arus dan gelombang setempat. Dalam satu blok terdapat 4 tali
yang berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan (jika dibutuhkan). Dengan
demikian untuk satu hektar hamparan dapat dipasang 128 tali, di mana
setiap tali dapat di tanaman 500 titik atau diperoleh 64.000 titik per
ha.
Apabila berat bibit
awal yang di tanaman antara 50-100 gram, maka jumlah bibit yang
dibutuhkan sebesar antara 3.200 kg – 6.400 kg per ha areal budidaya.
Panen dilakukan setelah
rumput laut mencapai umur lebih kurang 45 hari dengan hasil panen
rumput laut basah sebesar antara 25.600 kg – 51.200 kg (asumsi 1 rumpun
bibit menjadi 8 kali lipat saat panen), kemudian di kurangi dengan
persediaan benih untuk musim tanam berikutnya sebanyak antara 3.200 kg –
6.400 kg. Maka hasil panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar
antara 22.400 kg – 44.800 kg atau diperoleh hasil panen rumput laut
kering 2.800-5.600 kg (konversi dari basah menjadi kering 8 : 1).
Spesifikasi alat
- Bahan dan alat utama :
- Tali titik ukuran PE 4 mm sebanyak 870 m (10 kg)
- Tali jangkar PE 10 mm sebanyak 750 m (50 kg)
- Tali jangkar sudut PE 6 mm sebanyak 420 m (10 kg)
- Jangkar tancap kayu 104 buah (jangkar karung semen 4 buah)
- Pelampung styrofoam sebanyak 60 kg
- Pelampung botol aqua atau dari karet sendal secukupnya
- Sarana penunjang :
- Perahu sampan 1 buah
- Timbangan gantung 50 kg
- Waring 50 m2
- Para-para penjemuran dari kayu/bambu ukuran 6×8 m (3 unit)
- Pisau kerja 5 buah
- Karung plastik ukuran 50 kg (640 lembar)
- Sarana Operasional :
- Bibit rumput laut antara 3.200 kg – 6.400 kg
- Produktifitas :
- Panen pertama (PI) = antara 25.600 kg – 51.200 kg/Ha
- Produksi = hasil panen pertama (PI) – Jumlah bibit = antara 22.400 kg – 44.800 kg
- Berat Kering = antara 2.800 kg – 5.600 kg (konversi 8:1)
- Waktu pembudidayaan 45 hari atau 4 – 5 kali selama 1 tahun tergantung lokasi
4. Metode Jalur
Metode budidaya rumput laut di masing-masing daerah berkembang sesuai
dengan kebiasaan dan kondisi lokasi perairan di wilayah tersebut. Dari
ketiga metode budidaya yaitu lepas dasar, rakit apung dan longline telah
berkembang di masyarakat beberapa metode baru, salah satunya adalah
metoda jalur.
Metode ini merupakan
kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini
terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung setiap bambu
dihubungkan dengan tali PE diameter 0,6 mm sehingga membentuk persegi
panjang dengan ukuran 5 m x 7 m per petak. Satu unit terdiri dari 7-10
petak. Pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar seberat 100 kg.
Penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang
telah dilengkapi tali PE 0,2 cm sebagai pengikat bibit rumput laut.
Setelah bibit diikat kemudian tali jalur tersebut dipasang pada kerangka
yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x
30 cm.
Untuk membuat 5 unit rakit ukuran per rakit 5 m x 35 m dengan metoda jalur diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
Spesifikasi alat:
- Bambu 30 batang; Tali PE Dl 5 15
gulung; Tali PE 4 mm 44 kg; Tali PE 6 mm 10 kg; Tali jangkar PE 10 mm 34
kg; Pelampung 10 buah; Jangkar 10 buah; Keranjang panen 5 buah
Sarana Penunjang :
- Rakjemur 1 unit; Perahu dayung 1 buah; Peralatan kerja 2 paket;
Bibit :
- Bibit: 9.200 ikatan per titik 50 – 100 gram butuh 460 kg – 920 kg untuk 5 unit ukuran 5×35 m.
Produktifitas :
-
Berat panen basah : 80%
darijumlah ikatan bibit = 7.360 ikatan => Apabila Kisaran berat
rata-rata panen 800 gram – 1000 gram per rumpun maka hasil panen 3.680
kg – 7.360 kg basah, Berat kering (8 : 1) = 460 kg – 920 kg, Harga jual:
Rp. 3000 – Rp. 4.500/kg
Analisa Usaha Kebun Bibit Rumput Laut
NILAI PAKET Rp 15,000,000
1. Kebutuhan bibit 2,000 kg
- Harga satuan 3,000 Rp
- Total Investasi 6,000,000 Rp
2. Investasi Sarana :
- Tali
- Pelampung
- Jangkar
- Perahu Kayu
- Kayu/Bambu
- Total Investasi 9,000,000 Rp
Total Investasi (Bibit + Sarana) 15,000,000 Rp
- Siklus per tahun 8 siklus
- Satu Siklus 25 hari
- Produksi basah per siklus 10,000 kg
- Produksi basah per tahun (8 siklus) 80,000 kg
- Harga Jual Satuan Basah 3,000 Rp
- Pendapatan per siklus 30,000,000 Rp
- Biaya Penyusutan per siklus 1,125,000 Rp
- Keuntungan per siklus 7,875,000 Rp
- Keuntungan per tahun 63,000,000 Rp
- Keuntungan per bulan 5,250,000 Rp
Keterangan:
- Dengan metode long l ine, rakit apung dan lepas dasar
- konversi panen untuk kebun bibit = 1:5
- Biaya penyusutan diperoleh dari hasil pembagian biaya sarana dibagi jumlah siklus dalam satu tahun
Sumber : http://wartapedia.com/edukasi/panduan/448-panduan-usaha-kebun-bibit-rumput-laut.html
Sumber Gambar : http://jws999.wordpress.com/2008/11/06/menjual-bibit-rumput-laut-jenis-cottoni-jumbo/