AWAL
MENUJU KEMANDIRIAN RUMPUT LAUT PULAU BANGKA
Penulis : Ardiansyah
Kurniawan (Dosen FPPB UBB)
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan rumput laut. Hal ini dibuktikan dengan adanya potensi rumput laut alami yang masih melimpah. Lokasi perairan sebagai habitat rumput laut alami, dapat dipastikan merupakan lokasi yang sangat ideal untuk membudidayakan rumput laut. Namun proses pembudidayaan rumput laut di propinsi Kepulauan Bangka Belitung masih tersendat-sendat.
Rumput
laut merupakan salah satu target pemerintah pusat dibidang perikanan dengan
tonnage mencapai 10 juta ton pada tahun 2014. Target nasional ini dibebankan
pada ke-33 propinsi se-Indonesia dengan tetap menyesuaikan kondisi perairan
yang dimiliki propinsi-propinsi tersebut. Beberapa propinsi diantaranya Maluku,
Maluku Utara, kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur dan Propinsi di pulau jawa merupakan propinsi dengan potensi rumput laut
yang tinggi.
Budi
Daya Rumput Laut dengan Sistem Inti Plasma
Langkah awal yang cukup menarik dilakukan
pemerintah bersama perbankan dan pihak swasta untuk membudayakan budidaya
rumput laut pada masyarakat propinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Pihak perbankan dan swasta memberikan stimulan untuk
memulai budidaya rumput laut dengan area yang cukup luas yaitu 1 hektar per
kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas 5 kepala keluarga. Beberapa
kelompok ini diharapkan mampu mandiri dan mencapai hasil yang ditargetkan yaitu
sebanyak 30 ton per hektar. Masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari
dan jenis Eucheuma cottonii strain jumbo yang mampu mencapai 2 kg per rumpun,
menjadikan budidaya rumput laut potensial menjadi alternatif pasca penambangan
timah.
Sistem
inti plasma yang diberikan dapat menjamin seluruh hasil budidaya rumput laut
dapat dipasarkan dan ditampung oleh perusahaan inti. Hal ini menghapus
kegalauan petani – petani rumput laut sebelumnya yang mengalami kesulitan untuk
memasarkan hasil pembudidayaannya setelah mencapai masa panen.
Penambangan
Timah vs Pembudidayaan Rumput Laut
Masyarakat
BangkaBelitungyang sejak lama terbuai potensi timah yang melimpah, sedikit demi
sedikit mulai was-was akan semakin turunnya hasil penambangan timah mereka
akibat jumlah timah yang semakin berkurang. Jika pendapatan menambang timah
mulai menurun dari nilai yang diharapkan, ada baiknya memperhatikan potensi
budidaya rumput laut berikut.
Dalam
pembudidayaan rumput laut, modal awal hanya berupa tambang (tali), jangkar dan
bibit rumput laut. Bibit tidak memerlukan pembelian lagi jika kondisinya masih
sehat, sebab dari hasil panen, sebagian dapat digunakan sebagai bibit-bibit
baru lagi untuk proses pembudidayaan berikutnya. Sehingga setelah modal awal
terpenuhi, modal tambahan sangat minim dibutuhkan.Pemeliharaan rumput laut tidak
membutuhkan pupuk, pakan dan lain-lainnya. Semua kebutuhan rumput laut
disediakan oleh alam yaitu laut.Proses perawatan juga ringan, dengan dilakukan
pembersihan disekitar pembudidayaan rumput laut untuk memaksimalkan pertumbuhan
rumput laut.Lahan pembudidayaan rumput laut di kepulauan Bangka Belitung
terbuka luas. Masih banyak lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut dan
belum dimanfaatkan.
Dengan
berbagai kemudahan pembudidayaan rumput laut, selanjutnya setiap hektar
menghasilkan 30 ton rumput laut basah, dan jika setiap kg rumput laut basah
bernilai Rp. 1000,- (perkiraan harga
minimal) maka setiap kelompok petani rumput laut menghasilkan 30 juta rupiah
setiap 45 hari dibagi 5 anggota. Pendapatan akan semakin besar jika
masing-masing anggota mampu memiliki sendiri area pembudidayaan rumput laut.
Permasalahan
dan harapan kluster agribisnis rumput laut
Beberapa
masalah yang ditemui pada bisnis rumput laut yang banyak di budidayakan di
perairan pantai di Indonesia, secara garis besar ada di tingkat petani (on
farm) dan di tingkat industri pengolahan (off farm). Di Tingkat Petani terdapat permasalahan
kurangnya pengetahuan budidaya yang baik, kurangnya ketersediaan bibit yang
baik, sulit akses ke sumber modal, buruknya proses pengeringan dan pasar yang
masih banyak bergantung pada pedagang pengumpul.
Permasalahan
pada tingkat Industri Pengolahan adalah ketersediaan jumlah rumput laut kering
sebagai bahanbakuproduksi yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan, kualitas
rumput laut kering yang sering kurang baik, kurang adanya dukungan yang baik
dari pihak perbankan.
Harapan
dilakukannya pengembangan agribisnis rumput laut dengan menggunakan model
klaster bisnis adalah:
Membangun agribisnis rumput laut yang tangguh
yang pelaku utamanya adalah UKM.Memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditi
rumput lautMenciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terutama masyarakat
pesisir.Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan/petani budidaya rumput
laut serta masyarakat lainnya yang terlibat
Merintis kluster Rumput Laut pada 2012?
Menilik
permasalahan dan harapan dalam agribisnis rumput laut diatas, pembudidayaan
rumput laut dalam jumlah besar-besaran di propinsi Kepulauan Bangka Belitung
bukan tidak mungkin menimbulkan masalah.
Tonage rumput laut yang besar tidak dapat hanya mengandalkan
perusahaan-perusahaan pengumpul dan perusahaan inti. Dominasi perusahaan
pengumpul dapat menciptakan sebuah monopoli penampungan rumput laut hasil
budidaya yang tentunya akan berefek pada penentuan harga jual rumput laut yang
dikendalikan pengumpul. Maka ketika pembudidayaan rumput laut besar-besaran
sebagai industri hulu mulai dirintis, maka perlu dirintis juga industri hilir.
Ketika
industri hulu dan hilir terbentuk, maka terciptalah sebuah kulster rumput laut
dimana dalam satu wilayah yaitu kepulauan Bangka Belitung dapat melepaskan
ketergantungan pada industri lain untuk memaksimalkan potensi. Industri hulu
berupa budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut basah. Selanjutnya
dibutuhkan industri hilir yang memanfaatkan hasil panen rumput laut, mulai dari
pengeringan rumput laut dan pembuatan Semi Refine Karagenan (SRC) yang dapat dilakukan dalam home
industri dan menarik investasi untuk mendirikan perusahaan pemroduksi karagenan
yang memanfaatkan bahan baku baik rumput laut segar dari pembudidaya maupun
rumput laut kering dan SRC dari home industri atau UMKM-UMKM.
Pada
tahun 2011, hasil panen budidaya rumput laut dari program inti plasma mulai
melimpah. Tahun itulah saat yang tepat
untuk merintis industri hilir berbahanbakurumput laut sebagai rintisan
bahkan awal berdirinya kluster rumput laut di propinsi kepulauan Bangka
Belitung. Perlu kerjasama antara pemerintah daerah melalui dinas perikanan dan
kelautan baik propinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun kota dan kabupaten di
wilayah propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan pihak akademisi serta investor
bidang rumput laut untuk mengawali dan merintis industri hilir rumput laut guna
menuju kluster rumput laut.