Di Balik Kegelisahan Petani Rumput Laut, Semoga BI Jadi Pengobat Lara
Bank Indonesia plus Bankaltim saat ini sedang
melakukan survey terhadap budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan yang
dipusatkan pada dua lokasi yaitu Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa
Kecamatan Nunukan Selatan dan Kecamatan Sebatik Barat.
Survey ini dijadikan titik awal peningkatan
produksi petani yang selama dinilai banyak kelemahan dalam pembudidayaan
karena masih dilakukan secara tradisional. Agar rumput laut yang sudah
menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakat di Kabupaten Nunukan-Kaltim ini dapat meningkatkan taraf hidupnya, maka BI menjajaki peluang tersebut.
Adanya langkah dari BI ini, kemungkinan memandang
budidaya rumput laut di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia memiliki
potensi besar untuk saling menguntungkan kedua belah pihak (ptani dan
BI). Survey yang dilakukan BI ini sejak Bulan Agustus 2011, dengan
kesimpulan sementara bahwa budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan
dimanapun ditanam hasilnya tetap sama artinya antara lokasi
pembudidayaan yang satu dengan lainnya produksi dan kualitasnya tetap
sama.
Sehingga, pihak BI menilai agar produksi petani
dapat ditingkatkan lagi dari yang telah ada sekarang sisa memperhatikan
metode yang harus diterapkan ketika pasca panen, misalnya metode
penjemuran dan pemasarannya. Seperti yang disampaikan Sulistyono dari BI
di hadapan petani rumput laut Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa, Kamis
(1/12).
Namun, survey yang dilakukan pihak BI belum dapat
dipastikan apakah petani yang menjadi lokasi survey atau seluruh petani
rumput laut di Kabupaten Nunukan akan diberikan bantuan modal usaha.
Padahal, petani rumput laut yang hadir pada saat sosialisasi tersebut
jumlahnya mencapai 40 orang. Ini menandakan atusias mereka sangat tinggi
untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dan diakui pula dari pihak perbankan
ini, bahwa banyaknya petanu rumput laut yang hadir itu sebagai tanda
keinginannya memperbaiki diri dalam mengelola rumput laut.
Khususnya masyarakat Kampung Nelayan, sejak
melakoni hidup dengan menjadi petani rumput laut, selalu dirundung
masalah yaitu ketidakmampuan mereka meningkatkan produksi yang
dinotabene dapat meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraannya. Yaitu tidak adanya perhatian pemerintah ataupun pihak swasta yang meliriknya untuk memberikan bantuan.
Kalaupun selama ini banyak yang datang menemui
mereka, hanya sekadar memberikan pelajaran tentang tatacara budidaya dan
lain-lainnya. Tetapi belum pernah ada yang bisa memberikan solusi
terkait dengan kegelisahan mereka untuk diberikan bantuan.
Suwitno misalnya, salah satu petani rumput Kampung
Nelayan mengeluhkan bahwa, dari 74 KK (kepala keluarga) yang tinggal
diperkampungan nelayan itu, 71 KK diantaranya hidup dari rumput laut.
Namun, sampai sekarang juga penghidupannya tidak mengalami perubahan
apa-apa meskipun profesinya itu telah dilakoni bertahun-tahun.
Persoalan pelik yang dialaminya, adalah pertama
ketidakmampuan meningkatkan produksi akibat kurangnya modal usaha.
Sehingga hasil penjualan dari produksi rumput laut mereka hanya untuk
memenui kebutuhan hidup sehari-hari.
Kendala kedua adalah harga yang setiap saat
mengalami penurunan secara drastis. Harga sekarang sisa Rp 6300 per
kilogramnya. Bahkan ada ada harga hingga Rp 5000 perkilogramnya.
Diakibatkan tidak adanya perhatiandari pihak pemerintah atau semacam
wadah berupa koperasi yang diharapkan bisa mengontrol harga. Sehingga
para tengkulak leluasa mempermainkan harga.
Masalah pemasaran ini juga perlu menjadi perhatian berbagai pihak termasuk pihak swasta seperti perbankan. Jika benar pihak perbankan seperti BI memiliki niat baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat petani rumput laut di Kabupaten Nunukan, sebaiknya melakukan tindakan prioritas.
Apabila langkah-langkah prioritas tidak
dilakukannya, maka finishing dari setiap upaya tetap seperti sekarang
ini yaitu tidak memberikan solusi dari seluruh persoalan yang dihadapi
petani rumput laut di Kabupaten Nunukan.
Meskipun, pembelajaran tentang metode
persemaian, penanaman, dan penjemuran juga sangat penting sebagai
bagian dari awal peningkatan produksi sekaligus peningkatan penghasilan.
Kembali kepada survey yang dilakukan pihak BI. Pada intinya, kualitas rumput laut di Kabupaten Nunukan sangat baik.
Informasi dari petani pun disebutkan dalam satu
bentangan tali yang panjangnya 15 depa atau sekitar 20 meter dapat
menghasilkan 5 kilogram kering. Memperhatikan netto setiap bentangan
ini, maka diperkirakan potensi rumput laut di Kabupaten Nunukan
benar-benar menguntungkan. Untuk itu, kemungkinan kehadiran BI di
tengah-tengah masyarakat petani rumput laut di Kampung Nelayan Mansapa
dapat menjadi pengobat laranya selama ini.
Masalah netto itu sendiri masih tergantung dari
tatacara penjemuran/pengeringan. Sejak beberapa bulan terakhir, petani
rumput laut menggunakan dua cara pengeringan yaitu :
1.
- - Metode gantung
Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Dari sisi keunggulannya adalah
waktu yang digunakan sangat singkat hanya sekitar dua hari apabila cuaca
baik atau tidak hujan. Kemudian kadar airnya sangat rendah, sehingga
kualitas finishingnya benar-benar baik.
Kelemahannya adalah warna pada
saat kering menjadi hitam dan berat/nettonya ringan. Dibandingkan dengan
metode pengeringan dengan menghampar berat/nettonya biasanya beda tiga
kilogram.
2
. - Metode hamparan
Cara pengeringan kedua ini,
merupakan metode yang banyak digunakan dan umum dilakukan oleh petani.
Dan metode ini, yang masih umum dilakukan oleh para petani.
Keunggulannya adalah hasil pengeringannya berwarna putih dan memiliki
berat lebi tinggi. Kelemahannya terletak pada waktu yang digunakan bisa
mencapai satu minggu dan prosesnya rumit karena harus rajin membolak
balik.
Selain kedua metode tersebut, adalh hal lain yang
perlu diperhatikan apabila ingin meningkatkan kualitas dan nilai jual.
Misalnya, pada saat berlangsung pengeringan ditutupi dengan
plastik/terpal /kain. Dengan menggunakan alat bantu ini selain warna
lkebih putih juga tidak terlalu banyak mempengaruhi berat, sebut
Sirajuddin, Kasi Sarana Prasaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Nunukan sebelum acara sosialisasi di mulaiSumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/12/03/di-balik-kegelisahan-petani-rumput-laut-semoga-bi-jadi-pengobat-lara/