REPUBLIKA.CO.ID, Wajah sumringah tampak di raut wajah Parigi Daeng Bella, petani pembudidaya rumput laut yang telah berusia 50 tahun lebih itu sambil kedua tangannya memegang rumput laut Lawi-lawi saat ditemui di perairan tambak budidaya di Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu (9/6).
"Lawi-lawi paling menyenangkan, penghasilan saya sangat lumayan," ujar Parigi Daeng Bella.
Daeng Bella memulai usaha budidaya rumput laut Lawi-lawi sejenis rumput laut anggota genus Caulerpa, akhir tahun 2011 dengan modal awal 6 buah karung bibit bantuan hibah dari BBAP Takalar senilai 900 ribu rupiah.
Dengan luas tanah 2 hektar, Daeng Bella mampu memproduksi 50 sampai 80 karung per bulan dengan penghasilan 7.5 juta sampai 12 juta rupiah perbulan. Satu karung rumput Lawi-lawi basah berat 40 kg dijual dengan harga 150 ribu rupiah.
Rumput laut Lawi-lawi sudah lama dikenal oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Mereka umumnya mengkonsumi Lawi-lawi dalam keadaan segar sebagai salad dimakan bersama dengan ikan bakar atau ikan goreng.Namun selama ini belum dibudidayakan, dan masyarakat mendapatkannya secara tradisional dari habitat alamnya di tepi pantai.
Namun kini, rumput Lawi-lawi sudah mulai dibudidayakan."Kita mulai satu tahun ini budidayakan ternyata permintaannya luar biasa," ujar Nana Syarip Sumarna dari Aciar Project BBAP Takalar yang mengenalkan budidaya rumput laut Lawi-lawi pada masyarakat.
Sementara ini hasil produksi Lawi-lawi diserap oleh pasar lokal namun memiliki peluang besar untuk dieskpor ke Jepang. Selain perawatan yang mudah, juga memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai obat anti jamur, anti tumor dan rematik.
"Lawi-lawi paling menyenangkan, penghasilan saya sangat lumayan," ujar Parigi Daeng Bella.
Daeng Bella memulai usaha budidaya rumput laut Lawi-lawi sejenis rumput laut anggota genus Caulerpa, akhir tahun 2011 dengan modal awal 6 buah karung bibit bantuan hibah dari BBAP Takalar senilai 900 ribu rupiah.
Dengan luas tanah 2 hektar, Daeng Bella mampu memproduksi 50 sampai 80 karung per bulan dengan penghasilan 7.5 juta sampai 12 juta rupiah perbulan. Satu karung rumput Lawi-lawi basah berat 40 kg dijual dengan harga 150 ribu rupiah.
Rumput laut Lawi-lawi sudah lama dikenal oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Mereka umumnya mengkonsumi Lawi-lawi dalam keadaan segar sebagai salad dimakan bersama dengan ikan bakar atau ikan goreng.Namun selama ini belum dibudidayakan, dan masyarakat mendapatkannya secara tradisional dari habitat alamnya di tepi pantai.
Namun kini, rumput Lawi-lawi sudah mulai dibudidayakan."Kita mulai satu tahun ini budidayakan ternyata permintaannya luar biasa," ujar Nana Syarip Sumarna dari Aciar Project BBAP Takalar yang mengenalkan budidaya rumput laut Lawi-lawi pada masyarakat.
Sementara ini hasil produksi Lawi-lawi diserap oleh pasar lokal namun memiliki peluang besar untuk dieskpor ke Jepang. Selain perawatan yang mudah, juga memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai obat anti jamur, anti tumor dan rematik.
Rep: Amin Madani / Red: Heri Ruslan