...Indonesia akan menguasai dunia dengan produk olahan rumput laut...
.

Senin, 30 September 2013

Nelayan pemukat Nunukan pun mendapat rejeki dari rumput laut yang semakin marak


 
 
 
Nelayan pemukat Nunukan pun mendapat rejeki dari rumput laut yang semakin marak

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto

Pada era dimana harga BBM naik sementara harga ikan turun,  maka banyak nelayan yang kemudian menggantung perahunya.  Banyak nelayan yang kemudian beralih profesi.  Sampai masa kemudian ada harapan dari budidaya rumput laut, akhirnya banyak nelayan yang juga membudidayakan rumput laut.  Namun ternyata dari sebagian nelayan yang tidak berminat atau mungkin tidak cukup modal untuk memasang lahan budidaya rumput laut.  Penyiapan lahan budidaya memang cukup banyak perlu biaya, untuk membuat fondasi, tiang pancang, tali bentang, dan lain-lain.

Diantara nelayan-nelayan yang tidak ikut membudidayakan rumput laut tersebut, mereka terus melanjutkan usaha penagkapan ikannya di laut.  Ada yang menggunakan trawl dan lebih banyak yang memasang pukat di perairan yang tidak jauh dari lahan budidaya rumput laut.  Niat awal memang mencari ikan namun setelah lahan rumput laut semakin banyak, para nelayan ini semakin banyak mendapatkan rumput laut dari pada ikannya.  Akhirnya sekarang ini para nelayan melakukan ‘penangkapan’ rumput laut sebagai kegiatan utamanya.  Hampir sebagian besar pemukat ikan sekarang beralih konsentrasi menjadi nelayan pemukat rumput laut.

Rupanya dari lahan budidaya rumput laut yang ada, hampir sekitar 20% rumput laut itu mengalami ‘kerontokan’ selama masa budidayanya di laut.  Sebab-sebab rontok atau jatuhnya rumput laut yang dibudidaya itu macam-macam,  yang utama adalah karena arus atau gelombang.  Arus dan gelombang yang kuat, disertai lemahnya rumput laut karena terkena penyakit, tiram atau tali yang kencang, semakin menambah banyak kerontokan rumput laut.  Suhu air laut yang panas juga bisa menyebabkan prosentase kerontokan semakin tinggi.  

Air laut lepas yang biasanya lebih panas yang bertemu air tawar dari sungai-sungai didaratan dengan suhu lebih dingin, pada kondisi tertentu akan menjadi kombinasi yang baik untuk pertumbuhan lebih cepat dari rumput laut.  Karena suhu yang sangat panas bisa menyebabkan rumput laut menjadi agak lunak dan jika terkena arus gelombang agak kuat maka rumput laut akan mudah jatuh atau terputus.   Maka secara alami selalu ada rumput laut yang terputus sebab arus yang kuat karena terlepas juga talinya, terputus karena rumput lautnya lembek dan rusak karena panas atau penyakit.

Rumput laut yang terjatuh akan turun di dasar laut dan terombang-ambing oleh arus bawah di dasar laut.  Pada saat terjadi pasang dan surutnya air laut ataupun pada saat terjadinya arus aliran karena perbedaan suhu samudra.  Maka rumput laut yang terputus tadi seiring waktu juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan.  Namun demikian juga menjadi santapan ikan herbivor yang menyukai rumput laut.  Namun perkembangannya yang pesat menyebabkan akhirnya banyak juga rumput laut lepas yang berada di dasar laut.   Maka kemudian banyak petani yang memasang pukat untuk ikan juga mendapatkan rumput laut yang lepas ini.

Dulu petani ikan sempat menggerutu karena yang diinginkan adalah ikan, namun yang didapat malah rumput laut.  Namun sekarang ini menjadi profesi baru, yaitu munculnya para nelayan pemukat rumput laut.  Bahkan mereka dengan sengaja cuma mengandalkan tangkapan yang masuk dalam pukatnya itu adalah rumput laut, bukan hanya ikan.   Malah sekarang banyak nelayan yang menjadi pemukat rumput laut saja, dan tidak perlu mencari ikan atau menanam rumput laut.  Para pemukat rumput laut di Nunukan kini jumlahnya semakin banyak berkisar 200-an perahu.

Hampir setiap hari para pemukat rumput laut ini memasang pukatnya di laut.  Hanya pada saat-saat tertentu saja mereka tidak turun ke laut, misalnya pada saat arus melemah yaitu pada saat ‘air mati’, maka mereka memilih beristirahat tidak memasang pukat.  Dalam satu bulan masa-masa air mati itu terjadi hanya sekitar 2 kali dengan masa sekitar 4 hari.  Masa-masa itu dipakai untuk mengerjakan pemeliharaan pukat yang putus atau rusak, memperbaiki perahu, dan mengurus penjemuran rumput laut, atau pekerjaan-pekerjaan rumah dan sosial lainnya.

Pendapatan para pemukat itu biasanya ditentukan dengan berapa panjang pukat yang dibentangkan,  berapa besar perahu pengangkut, berapa banyak orang yang turut bekerja di dalam satu grup atau satu perahu.  Semakin panjang pukat biasanya semakin banyak rumput laut yang terjaring.  Semakin besar kapasitas perahu biasanya juga menyangkut daya tambung hasil tangkapan.  Kadang-kadang petani harus membuang kelebihan tangkapannya karena perahu sudah over load  atau kelebihan muatan.  Sebab kalau tetap dibawa, maka akan membahayakan jiwanya, apalagi kalau arus dan gelombangnya kuat, tentu muatan akan dikurangi agar perahu bisa lincah menerobos arus dan gelombang tanpa resiko perahu akan tenggelam.

Kisaran pendapatan dari setiap pemukat rumput laut itu antara 30-50 kg rumput laut kering per hari per perahu.  Kalau sekarang harga rumput laut Rp 14.000 per kg, maka  pendapatan para pemukat itu berkisar antara Rp 420.000 – Rp 700.000 per hari.   Kalau dalam sebulan mereka bisa turun ke laut memukat sebanyak 20 hari saja, maka pendapatan kotor para pemukat itu berkisar antara Rp 8,4 juta sampai 14 juta per bulan.  Ini pendapatan yang sangat bagus bagi para nelayan pukat rumput laut di Nunukan. 

Para nelayan ini masih akan mengeluarkan biaya-biaya seperti bahan bakar untuk perahu, biaya sewa tempat pengeringan (kalau tidak mempunyai tempat pengeringan sendiri),  biaya tenaga pengeringan (kalau diupahkan ke orang lain), biaya pemeliharaan pukat dan perahu, dan lain-lain.  Untuk pemukat biasanya minimal terdiri dari 2 orang per perahu, pemukat dengan keluarganya sendiri atau menyewa tenaga orang lain atau bisa jadi bekerja sama dengan tetangga atau temannya. 

Namun demikian berkah rumput laut ini bagaimanapun juga merupakan berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada seluruh masyarakat di Nunukan.  Tidak hanya para petani, tidak hanya para pemukat, tidak hanya para pedagang, tapi masyarakat yang yang lain ikut bersyukur.  Semoga berkah dan nikmat ini semakin ditambah dan dilanggengkan.  Aamiin.



Kamis, 26 September 2013

Petani Banyak Gantung Tali Rumput Laut di Nunukan, karena Tenaga Pasang Bibit Kurang







Petani Banyak Gantung Tali Rumput Laut di Nunukan, karena Tenaga Pasang Bibit Kurang

Oleh :  Ir. H. Dian Kusumanto


Ini terjadi lagi di Nunukan, yaitu banyak petani rumput laut gantung tali.  Tapi bedanya dengan yang terjadi sebelumnya, sekarang pada saat harga rumput laut naik hingga Rp 14.000/kg, justru terjadi lagi tali rumput laut yang ‘dihiasi’ botol-botol bekas air kemasan 1500 ml itu teronggok di sekitar rumah petani.  Banyak tali yang sedang menunggu untuk dilakukan pemeliharaan dan pengikatan bibit sebelum tali-tali itu diturunkan lagi ke laut.  Rupanya tali-tali itu sedang mengantri menunggu giliran dari para pekerja pemeliharaan dan pengikatan atau pemasangan bibit rumput laut.  Karena harga rumput laut kering sedang tinggi, maka sekarang banyak petani menambah lagi tali-tali bentangan yang baru.  Banyak juga para petani yang dulu sempat tidak aktif menjadi berminat lagi untuk turun ke laut mananam kembali tali-tali yang dimilikinya.  Bahkan banyak juga pemain-pemain baru yang muncul memanfaatkan momentum kenaikan harga yang lumayan tinggi ini.

Dulu, saat harga rumput laut sedang drop hingga harga Rp 5.000-an per kg, banyak petani yang tidak bergairah dan memutuskan untuk menggantung talinya.  Bahkan banyak tali-tali yang dijual murah karena dianggap usaha rumput laut kurang menguntungkan lagi.  Banyak petani yang menjual seluruh investasi yang sudah ditanamkan waktu-waktu sebelumnya, seperti tali bentangan, fondasi, jemuran bahkan perahu untuk operasionalnya.  Petani yang seperti ini biasanya petani investor yang sebenarnya usaha rumput laut ini adalah usaha tambahan atau bahkan hanya sebagai usaha sampingan.  Namun bagi petani yang memang sehari-harinya mengandalkan diri  hanya sebagai nelayan atau petani rumput laut saja, biasanya tetap bertahan dan terus menekuni pekerjaan satu-satunya ini meskipun hasilnya belum menggembirakan.

Dari perjalanan mulainya pengembangan Rumput Laut pada tahun 2008, atau selama 5 tahun ini, sekaranglah harga rumput laut mencapai kenaikan yang paling tinggi.   Pada masa awal dulu sulit sekali mencari pembeli rumput laut, namun waktu itu petani terus mengembangkan hasil panennya untuk dikembangkan lagi.  Karena waktu itu masih sambil mencari siapa pembeli atau mau dijual dimana produksi rumput lautnya.  Seiring berjalannya waktu, pedangang pengumpulpun bermunculan.  Para peluncur pun saling bersaing mencari patner para eksportir ataupun sekedar broker yang mengaku eksportir ataupun orangnya pabrik.

Pada era 2008 sampai dengan 2011 sebenarnya termasuk masa-masa dimana usaha rumput laut di Nunukan ini masih labil dan kacau.  Masih belum jelas apa pola yang pas diterapkan, siapa yang melakukan, apa yang harus dilakukan oleh para pemangku kebijakan.  Semua seolah masih belajar dan belum jelas.  Saat-saat itu banyak pedagang yang merugi dan hengkang, banyak peluncur yang babak belur, banyak petani yang terpaksa harus berhenti.   Ternyata ini seleksi alam.  Petani yang asli ternyata masih saja membuang tali,  pedagang yang gigih masih tetap berjalan meski tertatih, pihak pemerintah pun terus bergerak mencari peluang untuk berkiprah.

Banyak investor yang masuk dan berjanji akan membuat industri disini, banyak juga yang akhirnya ketakutan dan tidak berani.  Karena kalau tidak bernyali dia akan menyimpang sendiri.  Petani akhirnya harus menyadari, bahwa mereka harus bangkit dan mandiri.  Hingga ada saat dimana BI datang memberi solusi.  Dinas Kelautan dan Perikanan beraksi dan bersinergi bersama tenaga teknis lapangan dan para petani.  Kelompok tani diberdayakan, Gapokan diintensifkan. Dihubungkan dengan pihak perbankan untuk mendapatkan modal suntikan. 

Pabrik dan para eksportir pun dikenalkan.  Aturan main bermitra pun dipahamkan.  Cara kerja pengeringan pun dikembangkan, sehingga Gapokan pun bisa langsung berhadapan dengan eksportir dan pabrikan.  Akhirnya banyak rantai perdagangan yang dipendekkan, peranan peluncur dan pedagang perantara pun dikurangkan.  Upaya ini ternyata dapat dirasakan, dengan meningkatnya harga dan permintaan.  Petani kemudian kembali digairahkan, karena harga yang bagus dan sangat memuaskan.  Tapi perlu disadari oleh para petani, bahwa itu terjadi karena mutu produksi, yang selama ini sudah baik diakui.    

Pada saat harga sedang bagus sekarang ini, sebenarnya terjadi karena beberapa sebab, antara lain sebagai berikut :
1.  Mata rantai perdagangan rumput laut lebih pendek
2.  Permainan para peluncur dan pedagang lokal sudah semakin kurang
3.  Petani lebih kompak dan melembaga dalam kelompok tani, Gapoktan dan Koperasi sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh para pembeli yang menawarkan harga rendah.
4.  Banyak Eksportir, Pabrikan yang langsung mengirim orangnya ke Nunukan, mereka saling bersaing untuk mendapatkan jaminan barang untuk kelangsungan pabrik atau kuota ekspornya.
5.  Bergaining position petani rumput laut Nunukan meningkat, bisa jadi modal petani sudah lumayan ada untuk menahan diri menjual hasil rumput lautnya sampai bertemu pedagang yang menawarkan harga lebih tinggi.
6.  Mutu rumput laut Nunukan relatif bagus, kadar kotoran minimal, rendemen keraginan cukup tinggi, gell strength tinggi.  Hal ini semakin menyenangkan pada pabrikan dan eksportir.
7.  Produksi rumput laut Nunukan relatif stabil dan kontinyu sepanjang tahun, dengan jaminan selalu adanya barang setiap saat. 
8.  Saat ini banyak daerah sentra rumput laut sedang gagal panen sehingga pasokan ke pedagang berkurang.  Supply dan demand  terganggu, permintaan tinggi pasokan yang kurang.
9.  Permintaan rumput laut dari luar negeri sebakin banyak menyebabkan demand tinggi.
10. Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US Dollar melemah, sehingga dalam hitungan Rupiah harga rumput laut juga meningkat.
11. dll.

Pendapatan dari upah pemasangan bibit ikut meningkat

Kalau dulu upah pasang bibit di tali bentangan rumput laut itu hanya Rp 5.000 per tali, sekarang sudah naik menjadi hingga Rp 7.000- 8.000 per tali.  Bahkan ada beberapa petani yang terpaksa menerima atau memberi upah sampai Rp 10.000 per tali.  Para pekerja jasa pasang bibit biasanya adalah para ibu-ibu dan anak-anak nelayan atau ibu-ibu petani yang rumahnya dekat dengan pantai dan kampung nelayan.  Para pemasang bibit rumput laut yang dominan adalah para ibu-ibu, namun demikian ada juga kaum bapak-bapak dan anak-anak yang juga ikut memanfaatkan peluang pekerjaan yang lumayan hasilnya ini.

Seorang ibu yang melakukan pemasangan bibit dari pagi hingga sore hari sambil mengurusi anak atau pekerjaan lain di rumahnya, rata-rata bisa mendapatkan 10-15 tali bentangan.  Dulu pada saat upahnya Rp 5.000 per tali, pendapatan pasang tali sebagai pekerjaan sampingan ini sudah mampu mengumpulkan pendapatan tambahan antara Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per hari.  Sekarang pada saat harga upah menjadi Rp 8.000 per tali, maka pendapatan seorang ibu nelayan yang memasang tali menjadi lebih tinggi, yaitu antara Rp 80.000 sampai Rp 120.000 per hari.   Kalau dalam satu bulan dilakukan 25 hari kerja, maka pendapatan tambahan per bulan seorang ibu pemasang bibit bisa mencapai Rp 2 sampai Rp 3 juta-an.

Demikian juga bagi anak-anak yang juga ikut menjadi pemasang bibit rumput laut.  Di daerah sentra rumput Nunukan seperti di Desa Tanjung Harapan Kampung Mamolo, bisa dikatakan tidak ada pengangguran disana.   Sebaliknya, malah banyak pendatang yang datang kesana untuk ikut bekerja sebagai pembantu petani rumput laut.  Karena kalau petani sudah memiliki banyak tali bentangan, maka pasti mereka harus dibantu tenaga keluarganya, anak maupun istrinya.  Kalau jumlah tali bentangannya lebih banyak lagi, tentu volume kerjanya semakin banyak dan akan mengalami kewalahan.  Maka mau tidak mau harus mengundang tenaga bantu dari luar keluarganya.

Para petani biasanya menarik keluarganya dulu dari kampung halaman, tetangganya di kampung yang sedang mencari pekerjaan.  Banyak juga yang merekrut mantan TKI dari Malaysia yang sudah tidak kembali menjadi TKI, atau ada juga para TKI yang mengalami deportasi yang memerlukan pekerjaan guna mengumpulkan dana untuk biaya pulang kampung.  Namun banyak juga eks TKI yang akhirnya betah bekerja bersama petani rumput laut di Nunukan ini.  Banyak juga eks TKI yang akhirnya berhasil mempunyai lahan penanaman rumput laut dan memiliki rumah dan usaha rumput laut di Nunukan ini.

Di sentra produksi rumput laut Nunukan uang yang beredar di masyarakat relatif cukup tinggi, sehingga menyebabkan daya beli masyarakat juga lumayan tinggi.  Pendapatan yang tinggi meningkatkan daya konsumtif dan budaya konsumeristik baru.  Anak-anak sekolah sudah mampu membeli HP baru dengan hasil kerjanya memasang tali rumput laut.   Anak-anak sekolah setingkat SMP dan SMA sudah berani membeli atau dibelikan oleh orang tuanya sepeda motor.  Para pemuda desa itu malah banyak yang membeli motor-motor bagus yang mungkin dulu pernah jadi impiannya.  Motor Sport dengan CC besar pun bahkan sudah banyak ditemui disana.



Upaya mengatasi menurunnya produktivitas tali rumput laut

Kalau tali banyak menggantung dan tidak segera turun kembali ke laut, maka itu artinya tali sedang istirahat dari siklus berproduksi.   Kalau sampai misalnya tali bentangan ini beristirahat selama 2 minggu (15 hari) itu artinya sepertiga masa sudah disia-siakan.  Kalau sebulan bisa menghasilkan 800 ton, maka setengahnya atau 400 ton sedang disia-siakan.  Hal inilah yang kita sebut sebagai upaya mengefektifkan tali bentangan.  Karena tali bentangan adalah alat utama produksi rumput laut.  Jika alat utama produksi ini beristirahat (tidak turun di laut), maka sebenarnya petani rugi.

Sebelum membahas produktifitas tali rumput laut, ada baiknya kita mengetahui dulu perjalanan sang tali bentangan rumput laut itu dari tahap-tahap kejadian perkaranya.  Tahap-tahap apa, bagaimana, siapa, dimana dan berapa dilakukan, perlu kita pahami secara rinci agar semakin jelas duduk perkaranya.

Mari kita lihat bagaimana siklus tali bentangan rumput laut yang selama ini terjadi.  Kronologi tahap-tahap kejadian terhadap tali bentangan dan lamanya tahap-tahap itu terjadi digambarkan sebagai berikut :

1.  Pemasangan Baru

Uraian Tahapan
Pelaku dan tempat perlakuan
Lama perlakuan (hari)
1. Beli tali dan bahan lainnya
Petani / Pemilik
1-2 hari
2. Pemotongan tali
Petani / Pemilik
1 hari
3. Pemasangan tali cincin
Pekerja / Petani
1 minggu
4. Pemasangan botol
Pekerja / Petani
2 hari
5. Pengambilan dan Pemasangan bibit
Pekerja / Petani
1-2 hari
6. Perlakuan bibit
Petani / Pemilik
7. Pengangkutan bibit ke laut dan pemasangan di fondasi
Petani / Pemilik

Pada pemasangan tali bentangan yang baru, yang paling lama adalah masa pemasangan tali cincin, yaitu tali kecil untuk mengikatkan bibit rumput laut nanti.  Setelah itu adalah pemasangan botol pelampung yang terbuat dari bekas botol minuman air mineral yang berukuran 1500 ml atau 1,5 liter.  Kalau Tali bentangan sudah terpasang tali cincin dan botol pelampung, maka siklus selanjutnya sama dengan perlakuan tali yang lama atau yang sudah ditanami rumput laut sebelumnya.   Namun bedanya adalah jika tali lama masih perlu tahap pembersihan dari kotoran, perlu di’servis’ untuk penggantian atau penyambungan tali bentang, perbaikan tali cincin dan penggantian botol yang bocor, dan lain-lain.



2.  Pemasangan Tali Lama

Uraian Tahapan
Pelaku dan tempat perlakuan
Lama perlakuan (hari)
1. Pengambilan tali dari laut
Petani / Pemilik
1-2 hari
2. Pengambilan/purut hasil rumput laut
Petani / Pemilik
1 hari
3. Pembersihan tali
Pekerja / Petani
1 minggu
4. Pemeliharaan tali : perbaikan tali cincin dan botol
Pekerja / Petani
2 hari
5. Pengambilan dan Pemasangan bibit
Pekerja / Petani
1-2 hari
6. Perlakuan bibit
Petani / Pemilik
7. Pengangkutan bibit ke laut dan pemasangan di fondasi
Petani / Pemilik


Menghitung jumlah tali bentangan dari jumlah produksi


Produksi rumput laut Nunukan menurut laporan terbaru sudah mencapai rata-rata 750 ton per bulan.  Kalau dihitung rata-rata produksi per hari berarti ada sekitar  25 ton per hari.   Untuk menghitung proyeksi jumlah tali bentangan, perlu diketahui angka rata-rata hasil rumput laut kering untuk setiap tali bentangan.   Hasil dari tiap tali bentangan tergantung dari panjang atau pendeknya tali,  karena semakin panjang tali maka akan semakin banyak bibit yang dipasang.  Penggunaan ukuran panjang tali ini biasanya dipengaruhi oleh sistem budidayanya.  Ada sistem tali fondasi, dan sekarang ada model  yang sekarang banyak dipilih, yaitu sistem tali jangkar.   Namun bisa dikatakan rata-rata panjang tali itu sekitar 20-25 meter.  Meskipun demikian ada juga petani yang menggunakan tali lebih pendek yaitu dalam kisaran 15-20 meter.


Produktivitas rumput laut juga dipengaruhi oleh tempat dimana ditanam.  Karena untuk tempat-tempat tertentu pengaruh arus sungai yang membawa air tawar dari daratan akan mempengaruhi tingkat salinitas (kadar garam) tempat dimana rumput laut dibudidayakan.  Pada musim dimana air tawar melimpah yang terjadi sekitar bulan 4 (April) dan bulan 7 (Juli),  lokasi penanaman rumput laut yang berhadapan dengan muara sungai biasanya akan banyak mengalami gagal panen.  Gagal panen itu disebabkan adanya penyakit yang disebut Ais-ais (Ice-ice) yang bila menyerang rumput laut bisa menyebabkan kerontokan atau putusnya rumput laut.  Apalagi jika arus gelombangnya agak besar maka kerontokan itu bisa menyebabkan petani gagal panen dan mengalami kerugian yang banyak.

Namun demikian jika lewat masa tersebut, daerah yang berhadapan dengan muara dapat memberikan produktivitas yang paling tinggi.  Ini disebabkan karena nutrisi yang diserap rumput laut akan lebih banyak karena kiriman mineral dari daratan yang terbawa oleh air tawar dari sungai-sungai daratan besar.  Pada tingkat salinitas yang aman dan kandungan mineral yang kaya dari daratan yang bertemu dengan arus laut yang membawa salinitas tinggi dari laut lepas, membuat kondisi tempat budidaya rumput laut menyediakan segala keperluan untuk berkembangnya rumput laut lebih cepat.

Pada saat-saat yang baik petani bisa memperoleh 10-20 kg rumput laut kering per tali bentangan.  Namun banyak juga petani yang hanya memperoleh hasil antara 5-8 kg rumput laut per tali bentang.   Kalau kita ambil rata-rata produksi sekitar 10 kg per tali bentangan, maka dari rata-rata produksi 25 ton rumput laut kering per hari itu berasal dari hasil panen sekitar 2.500 tali bentangan setiap harinya.   Maka sama saja artinya bahwa setiap hari juga terjadi pemasangan bibit untuk 2.500 tali.   Kalau setiap orang itu punya kemampuan rata-rata memasang bibit untuk 10 tali per hari, maka diperlukan 250 orang pengikat bibit, baik dari kaum ibu-ibu atau anak-anak.     Kalau kemampuan rata-rata pemasangan bibit itu 12,5 tali/hari/orang, maka diperlukan 200 orang yang khusus untuk menanam bibit. 

Jika kondisinya berbeda-beda maka bisa disusun sebagaimana tabel berikut ini.

Produksi total kawasan (kg/hari)
Produksi RLK (kg/tali)
Jumlah (proyeksi) tali/hari
Kapasitas pasang bibit (tali/org/hari)
Jumlah kebutuhan pemasang bibit (orang)
25.000
20
1.250
20
25.000/20/20 =   63
25.000
20
1.250
15
25.000/15/20 =   85
25.000
20
1.250
10
25.000/10/20 = 125
25.000
15
1.665
20
25.000/20/15 =   85
25.000
15
1.665
15
25.000/15/15 = 110
25.000
15
1.665
10
25.000/10/15 = 170
25.000
10
2.500
20
25.000/20/10 = 125
25.000
10
2.500
15
25.000/15/10 = 170
25.000
10
2.500
12,5
25.000/10/10 = 200
25.000
10
2.500
10
25.000/10/10 = 250
25.000
5
5.000
20
25.000/20/5   = 250
25.000
5
5.000
15
25.000/15/5   = 340
25.000
5
5.000
10
25.000/10/5   = 500


Sedangkan jumlah perkiraan tali yang sedang dikembangkan para petani se Kabupaten Nunukan itu bisa dihitung dari jumlah tali dalam setiap harinya dikalikan dengan rata-rata umur panen atau lamanya pemeliharaan sampai panennya rumput laut.  Anjuran teknis untuk lama pemeliharaan yaitu selama 45-55 hari,  karena di umur inilah laju pertumbuhan rumput laut sudah dianggap optimal dan kadar keraginannya juga sudah dianggap sudah cukup bagus.   Namun ada pula petani yang memanen setelah masa 2 bulan atau 60 hari.  Dan sebaliknya, banyak pula yang memanen rumput lautnya kurang dari 45 hari.  Barangkali karena mereka butuh dana atau nggak sabar karena harga jual sudah cukup tinggi.   Kalau diambil rata-rata masa pemeliharaan ini selama 50 hari, maka ada 2.500 tali/hari x 50 hari = 125.000 tali bentangan.   Jika diperkirakan ada 5.000 tali bentangan setiap harinya, maka ada 250.000 tali bentangan.

Peluang untuk mendirikan Koperasi Jasa Pemasangan Bibit Rumput Laut

Dengan menumpuknya tali-tali bentangan rumput laut yang menunggu untuk di’servis’, dirawat, diganti botolnya, diganti tali cincin serta pemasangan bibit, dimana belum tersedia tenaga yang menanganinya.  Masing-masing petani tentu mengutamakan tali bentangannya masing-masing, sehingga tidak mungkin untuk disewa tenaganya memasang tali dari petani lain.   Karena jumlah tali semakin berlipat yang akan diturunkan, maka tenaga yang ada jadi kewalahan dalam meyediakan waktu untuk tambahan tali yang ada.

Dalam hal tradisi menyiapkan bibit rumput laut, para petani biasanya mengambil sumber bibit dari hasil budidaya yang sedang dipanen atau yang disediakan secara khusus.  Kalau akan menanam 10 tali bentang, maka yang akan disiapkan sebagai calon bibit adalah sebanyak 1 tali bentang yang sudah dipelihara atau sepersepuluh dari jumlah tali bentangan.  Sedangkan sumber bibit yang dianjurkan adalah dari rumput laut yang baik dengan umur minimal 25-30 hari.  Namun banyak juga petani yang mengabaikan saja umur rumput laut yang dibuat bibit,  kadang kala disiapakan sembarangan saja pada umur panen yang bisa lebih dari 40-45 hari. 

Calon bibit rumput laut biasanya diambil pada pagi hari sekali atau sehabis subuh.  Kemudian dikirim ke tempat pemasangan bibit hingga siang atau sore hari sekitar jam 4 sore, untuk dibawa dan disimpan didalam perahu dan dijaga dengan ditutup terpal, agar tidak terkena matahari, angin yang berlebihan serta hujan yang mungkin turun.   Sebab jika bibit terkena air tawar ataupun air payau dengan 

Maka jika kegairahan petani selama ini meningkatkan jumlah tali hingga 25-50 % dari yang akan dioperasikan selama ini maka tenaga pemasangan bibit harusnya juga ditingkatkan atau ditambah.  Kalau semula diasumsikan ada 300 orang pekerja pemasang bibit dan meningkat menjadi 400 orang yang dibutuhkan, kalau tidak tersedia di sekitar sentra produksi rumput laut, maka harus didatangkan dari luar.  

Koperasi jasa pemasangan bibit rumput laut dan pemeliharaan tali akan menjadi kebutuhan semua petani.  Dengan adanya Koperasi Jasa ini maka ada kepastian bagi petani untuk segera dipasangkan bibit dan tidak terlalu lama mengosongkan fondasinya, namun sebaliknya dapat menyegerakan budidaya rumput laut tepat pada waktunya.  Betapa berartinya waktu sekarang ini, pada saat harga rumput laut sedang bagus ini.  Kalau misalnya harus menunggu waktu 15 hari, itu sama dengan membuang sepertiga hasil yang selama ini diperoleh.    Jadi kalau ada jasa penyediaan tenaga untuk pemasangan bibit rumput laut ini, maka potensi kerugian yang cukup besar itu bisa dihindari.

Kalau Koperasi ini didukung oleh 25 orang pemasang bibit, maka dengan kapasitas 20 tali per orang per hari, maka akan bisa dilakukan pemasangan sebanyak 500 tali bentangan per hari.   Ini suatu angka yang cukup bagus untuk berjalannya sebuah koperasi.  Jika tenaga ditambah hingga 50 orang, maka kapasitas pemasangan menjadi 1.000 tali bentangan per hari.   Jika Koperasi Jasa ini mampu merekrut tenaga sampai 100 orang maka tali bentang yang bisa dikelola menjadi 2.000 tali bentang.

Mengapa kapasitas ikat bibit menjadi tinggi?  Hal ini karena dilakukan secara bersama-sama dengan posisi kerja lebih baik, sehingga tidak cepat capek.  Selain itu kalau di rumah sendiri sebenarnya banyak waktu yang terkurangi karena keperluan rumah tangga dan perhatian yang lainnya.  Beda kalau dilakukan di tempat yang khusus yang tidak terganggu dengan kegiatan lainnya.  Maka untuk angka 20 tali/hari/orang itu sudah termasuk lumayan, baik bagi koperasi maupun pendapatan para pekerja.  Dengan dikoordinir lebih profesional, maka hasil kerja bisa distandardkan, mutu hasil pekerjaan dikontrol, waktu pemasangan bibit lebih pasti dan mengurangi terbuangnya waktu karena harus menunggu giliran.  Dengan Koperasi hal ini tidak terjadi lagi.



Untuk menarik para petani rumput laut menggunakan jasa ini, maka perlu dilakukan atau diberikan nilai tambah atau daya tarik dan nilai lebih yang lainnya.  Nilai manfaat yang lebih baik yang diberikan kepada pengguna jasa pemasangan bibit itu antara lain adalah :
1.    Waktu lebih tepat dan cepat
2.    Penanganan bibit lebih baik dan standar
3.    Standard pemasangan bibit terjamin
4.    Tali yang akan dipasang bibit bisa dijemput atau diantar sesuai permintaan petani dengan dikenai tambahan biaya yang sesuai
5.    Bibit terjaga dari akibat dehidrasi permukaan bibit secara berlebihan yang menyebabkan produksinya lambat dan menurun.
6.    Memberikan treatment khusus pada bibit sehingga berproduksi lebih tinggi dibanding dengan yang tidak dilakukan treatment.  Treatment yang dimaksud adalah merendam dalam larutan pupuk khusus bagi memacu pertumbuhan rumput laut.  Treatment ini adalah penawaran tambahan yang bisa diberikan jika diminta, namun dengan tarif khusus.

Maka jika pelayanan jasa sudah menjadi kebutuhan, maka profesi pemasangan bibit rumput laut bisa menjadi alternatif bagi pencari kerja di Nunukan ini.  Bisa jadi eks TKI yang terkena deportasi yang memerlukan pemulihan setelah mengalami ‘kelabilan ekonomi’ di negeri tetangga,  bisa ditampung.  Maka dengan ketrampilan khusus yang bisa dilatih beberapa saat, maka setiap orang akan mampu bekerja di unit jasa pemasangan bibit rumput laut ini.

Mengapa harus koperasi ?  Ini adalah salah satu peluang usaha yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat yang memang sedang dibutuhkan.  Kalau yang menjadi anggota minimal 20 orang, maka bentuk usaha bersama yang formal dan berbadan hukum adalah suatu badan usaha koperasi.   Dengan koperasi berarti pendapatan anggota bisa lebih mampu diatur sendiri sesuai kesepakatan bersama.   Selain itu tentu kebersamaan dan persatuan akan membuat kekuatan yang lebih diperhitungkan oleh para pelanggan, terlebih jika di dalam koperasi ini  sudah membudayakan standard pelayanan yang menghasilkan mutu layanan yang memuaskan para pelanggannya.

Bagaimana menurut Anda???