From Nunukan with Dodol
JAUH dari hiruk pikuk kota, belasan kaum hawa membuat adonan kerupuk berbahan dasar rumput laut. Suasana riang menyeruak ke segala sudut ruang. Sesekali terlontar guyonan dan tawa, namun tangan-tangan mereka tetap bergerak cekatan mengaduk adonan agar merata. Padahal usia sebagian dari mereka sudah tak bisa lagi dibilang muda.
Mereka adalah warga belajar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tut Wuri Handayani, sebuah lembaga pendidikan nonformal yang berada di paling utara di Provinsi Kalimantan Timur. Rupanya adonan yang mereka buat adalah adonan dodol rumput laut. Komoditas rumput laut yang melimpah di daerah ini dimanfaatkan PKBM Tut Wuri Handayani untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Di bawah bimbingan Darmiah, SE, rumput laut diolah menjadi beraneka cemilan yang maknyus. Diantaranya kerupuk, selai, candy, tortilla, dan dodol. Jangan mengira PKBM Tut Wuri Handayani memproduksi aneka cemilan ini secara asal-asalan.
Nyatanya, semua jenis produk sudah tembus dijual di super market-super marketdan bandar udara (bandara) setempat. Semua orang tahu bahwa super market tak sembarang menerima pasokan produk makanan, kecuali produk tersebut telah teruji secara higienis, cita rasa, branding dan kemasan, “Dengan dijual di bandara, kami boleh sedikit berbangga karena semua jenis produk kami bisa dinikmati masyarakat luas. Bukan hanya oleh masyarakat Nunukan tetapi juga masyarakat Indonesia untuk dijadikan oleh-oleh,” kata Darmiah saat disambangi aksara belum lama ini.
Geliat kewirausahaan PKBM Tut Wuri Handayani diawali ketika lembaga itu menerima dana bantuan Aksara Kewirausahaan sebesar Rp 70 juta dari Dirjen PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pusat pada 2011 lalu. Dan pihak kementerian tak kapok menyalurkan bantuan ke PKBM Tut Wuri Handayani. Sebab PKBM ini dianggap mampu menggunakan dana bantuan sesuai yang diharapkan, “Maka pada tahun berikutnya Tut Wuri Handayani kembali dipercaya diikutkan dalam program Pemberdayaan Perempuan. Dana ini dimanfaatkan untuk lebih menggairahkan bidang kewirausahaan yang terfokus kepada pengolahan rumput laut,” papar Darmiah.
“Kami tak ingin menyia-nyiakan kepercayaan. Kami ingin dana bantuan yang diterima benar-benar dimanfaatkan sesuai peruntukannya,” ujar Sarina, Sekretaris PKBM Tut Wuri Handayani. Dia menjelaskan, kewirausahaan di bidang pengolahan rumput laut sangat membantu mengangkat derajat perekonomian masyarakat sekitar, “Warga belajar tak hanya mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga mampu memiliki keterampilan yang mendatangkan penghasilan,” jelas perempuan kelahiran Nunukan 15 Mei 1990 ini.
Sarina bersama sang ketua dan pengurus lainnya tak akan berhenti berinovasi. Semakin dikenal produk yang mereka hasilkan, semakin terpacu untuk lebih meningkatkan usahanya, “Pada akhirnya warga di sini, khususnya mereka dari kalangan ekonomi rendah bisa mandiri. Itu harapan kami,” imbuh Sarina diamini dengan anggukan Darmiah yang duduk di sampingnya, “Yang pasti, kami akan terus berkarya karena di Nunukan Selatan ini sasaran PKBM tak akan pernah habis. Sebagai wilayah perbatasan, tempat ini menjadi lalu lintas bagi TKI yang bekerja di Malaysia. Mereka memang yang menjadi sasaran utama kami,” timpal Darmiah.
Untuk lebih mempopulerkan produknya, PKBM Tut Wuri Handayani getol mengikuti sejumlah pameran dan bazaar dalam berbagai event. Bukan hanya di Nunukan, Darmiah dan kawan-kawan kerap harus memajangkan hasil karya mereka di daerah-daerah lain. Semua produknya diberi merk Cahaya Madinah. Pada pertengahan Juni 2013 lalu PKBM ini juga menjadi peserta bazaar dalam event gelar budaya Nunukan Gemilang. Event tahunan ini sayang untuk dilewatkan karena sanggar-sanggar tari yang tampil bukan hanya dari Nunukan, tetapi juga dari negara jiran, Malaysia dan Brunai.
Tak sulit bagi PKBM Tut Handayani menerobos pasar dengan berbagai strateginya, “Beruntung kami sudah lama bermitra dengan instansi pemerintah seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan instansi swasta seperti Pupuk Kaltim. Sehingga kami dapat meng-up date info-info seputar penjualan produk,” tutur Darmiah. Diakui dia, kemitraan ini terjalin setelah pihak instansi tak meragukan kiprah yang dijalankan PKBM Tut Wuri Handayani.
Diungkapkan Darmiah, komoditas lokal seperti laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, terlebih setelah melalui proses pengolahan, Untuk itu kami berharap pemerintah tak berhenti memberikan sokongan untuk lebih memberdayakan usaha yang kami jalani. Dia mengaku saat ini sedang harap-harap cemas setelah pihaknya mengajukan permohonan dana bantuan program penyaluran dan pegolahan kegiatan PKBM Tematik, “Jika permohonan kami disetujui, tentu kami akan dengan mudah mengembangkan usaha rumput laut. Dengan sendirinya, Tut Wuri Handayani juga berperan dalam menciptakan lapangan kerja,” ujar Darmiah.
Hal itu senada dengan yang dilontarkan Sarina. Menurutnya, suntikan dana sangat diperlukan karena selama ini pihaknya keteteran memenuhi permintaan pasar, “Jumlah peminat produksi kami yang begitu banyak tak sebanding dengan produksi yang kami hasilkan karena minimnya modal. Bisa dibayangkan, kalau saja modal memadai, dipastikan kami akan lebih semangat berkreasi,” tambah Sarina.****
Ny Sofyah:
Tak Sekadar Bertahan Hidup
Ny Sofyah bukan penduduk asli Nunukan. Dia berasal dari Jawa Timur. Sebelum menetap di kabupaten itu, Sofyah pernah mengadu peruntungan di negeri tetangga, Malaysia. Namun setelah kontrak kerjanya habis, dia tak lantas pulang kampung. Sofyah malah memantapkan diri tinggal di Nunukan. Menempati rumah kontrakan, Sofyah kerap bolak-balik ke sekretariat PKBM Tut Wuri Handayani. Perempuan drop out (DO) tersebut menjadi warga belajar di lembaga tersebut. Dia sudah lulus paket A, dan kini hendak melanjutkan ke paket B.
“Ketika berangkat dari kampung di Jawa Timur sana, saya tak bisa membaca. Sekarang alhamdulillah, saya sudah pandai membaca dan berhitung,” kata ibu satu anak yang bersuamikan nelayan ini. Dia mengaku tak menyangka jika kedatangannya ke Nunukan mendapat ilmu, “Awalnya tak terpikirkan saya ikut dalam kegiatan belajar. Usia saya sudah tak lagi muda. Waktu itu yang ada di pikiran saya adalah bagaimana bisa bertahan hidup. Mencari uang. Eh, ternyata saya malah masuk sekolah gratis di sini,” katanya.
Program yang diikuti Sofyah bukan hanya program keaksaraan, tetapi program lainnya yang berorientasi kepada peningkatan tarap ekonomi. Dia mengikuti program PKH, “Saya sudah pandai bikin kerupuk dan dodol yang berbahan dasar rumput laut,” ujarnya bangga. Untuk mencapai lokasi PKBM Tut Wuri Handayani, Sofyah yang tinggal di Jalan Ujang Dewa RT 1 Kelurahan Nunukan Selatan ini cukup berjalan kaki, “Jaraknya dekat kok,” ujarnya.
Sejak menjadi warga belajar PKBM Tut Wuri Handayani, hari-hari Sofyah adalah hari-hari di mana dia berakrab ria dengan buku-buku, membuat dodol, dan kerupuk. Dia mengaku berusaha sebisa mungkin mengikuti instruksi yang diberikan sang tutor, “Ternyata semakin banyak belajar, saya semakin sadar bahwa mengantongi ilmu itu jauh lebih berarti daripada mengantongi uang. Uang bisa habis dalam sehari, tetapi ilmu akan dibawa sepanjang saya hidup. Dengan memiliki ilmu dan keterampilan, semakin mudah kita mencari nafkah,” pungkasnya.***
Sumber : http://tatangbudimansyah.blogspot.com/2013/08/from-nunukan-with-dodol.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar