Kaltara Pacu Industri Rumput Laut
Provinsi Kalimantan Utara membuka peluang investasi pabrik pengolahan rumput laut seiring potensi sumber daya alam yang melimpah.
Bupati Nunukan Basri mengatakan pihaknya berharap investor menanamkan modalnya untuk pengembangan industri pengolahan rumput laut di daerahnya karena produksi komoditas tersebut terus meningkat.
“Jangan sampai investor nasional datang terlambat dari investor Malaysia,” ujar Basri dalam semiloka bertema Mendorong Pengembangan Industri Hasil Perikanan dan Rumput Laut Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Ekonomi Kaltara di Universitas Borneo, Tarakan, Kamis (9/10).
Semiloka tersebut diselenggarakan oleh Perwakilan Bank In donesia Provinsi Kalimantan Timur bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tarakan dan Universitas Borneo di Tarakan.
Sementara itu, Pj. Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Irianto Lambrie mengatakan pemerintah daerah membuka pintu investasi di industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan, termasuk rumput laut.
“Saat ini, sudah ada investor yang bekerja secara diam-diam di Nunukan untuk dibangun pabrik pengolahan rumput laut. Kami juga mencari investor untuk mengelola hasil perikanan, baik ikan segar untuk ekspor dan ikan olahan. Kami sangat mendukung adanya insentif bagi pengusaha yang mau berinvestasi atau petani dan nelayan yang melakukan usaha,” tuturnya.
Pemerintah berkewajiban untuk membangun infrastruktur agar aksesibilitas produksi berjalanlancar, menciptakan keamanan agar in vestasi berlanjut, dan memberikan bimbingan serta asistensi. Menurut Irianto, dukungan perbankan untuk sumber pembiayaan menjadi salah satu kunci terwujudnya investasi.
Wali Kota Tarakan Sofian Raga menegaskan rumput laut menjadi satu dari empat komoditas andalan yang dikembangkan di daerahnya, selain ikan, udang dan kepiting.
Pemkot Tarakan, mendukung pengembangan industri pengolahan rumput laut melalui pembangunan infrastruktur baik pelabuhan, bandara, kawasan industri, ketersediaan listrik dan air bersih.
“Untuk listrik tidak ada masalah. Air bersih, kami akan membangun embung baru pada 2015 sehingga pada 2018 produksi air bersih diharapkan 1.000 liter per detik. Kami jamin kebutuhan dua infrastruktur ini untuk investasi pabrik pengolahan rumput laut,” tegasnya.
Irianto, petani rumput laut di daerah pesisir Pantai Amal Tarakan, mengaku mendukung adanya rencana pembangunan pabrik pengolahan rumput laut karena keberadaan fasilitas tersebut dapat meningkatkan harga jual komoditas di tingkat petani.
PABRIK
Perwakilan dari Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia (Astruli) Sasmoyo S. Boesari mengatakan Tarakan dan Nunukan memiliki potensi yang luar biasa untuk dibangun pabrik, kendati ada beberapa tantangan yang harus diatasi untuk mendukung pengembangan industri pengolahan rumput laut.
Tantangan tersebut yakni faktor warna hasil rumput laut yang lebih coklat dibandingkan hasil dari daerah lain, faktor impurity (kadar kotoran) dan kadar logam yang relatif lebih tinggi.
“Namun, handycap itu menjadi tanggung jawab bersama untuk diatasi. Saya punya harapan besar, akademisi di sini lebih serius mengkaji tiga handycap. Kalau itu bisa dipecahkan saya yakin dua daerah ini akan sukses,” katanya.
Menurut Sasmoyo, pihaknya merekomendasikan cukup dibangun satu pabrik dulu untuk tahap awal dan Tarakan dinilai lebih feasible dibandingkan dengan Nunukan. Satu pabrik pengolahan rumput laut tersebut memiliki kapasitas 300 ton per bulan dengan nilai investasi diperkirakan Rp15 miliar-Rp20 miliar.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (Aspperli) Arman Arfah mengatakan sistem resi gudang perlu dikembangkan untuk mendukung pengembangan industri pengolahan rumput laut di daerah ini.
Kasubdit Pangan Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin Norhayati Gobel menambahkan pemerintah mendukung pengembangan industri pengolahan rumput laut di daerah ini melalui sejumlah program.
“Infrastruktur tentunya perlu dipersiapkan untuk pengembangan sektor ini. Kami dukung dengan memberi fasilitasi seperti sarana produksi dan peralatan. Tahun lalu kami sediakan alokasi dana Rp1,7 miliar untuk Nunukan, tapi belum dapat terserap karena belum ada infrastruktur,” paparnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) Mokhammad Dadi Aryadi mengatakan Kaltara memiliki potensi yang besar di bidang kelautan dan perikanan. Potensi tersebut harus dapat dioptimalkan dengan baik sehingga bernilai ekonomis.
(Siti Munawaroh)
Sumber : http://www.kemenperin.go.id/artikel/10197/Kaltara-Pacu-Industri-Rumput-Laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar