Industri hilir rumput laut makin bergairah
Oleh Handoyo - Selasa, 23 April 2013 | 16:52 WIB
Enam perusahaan akan menanamkan investasi di sektor hilir rumput laut tahun ini. Dengan total nilai investasi sekitar Rp 165 miliar, masing-masing perusahaan itu membangun fasilitas pengolahan rumput laut, yang memiliki kapasitas produksi sekitar 100 ton per bulan
Mengutip data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), enam
perusahaan yang akan menanamkan uangnya di sektor hilir rumput laut
tersebut antara lain PT Hydrocolloid, PT Java Biocolloid, PT Indo
Seaweed, PT Wahyu Bima Sakti dan CV Sriwijaya.
Keenam perusahaan tersebut akan menghasilkan produk-produk olahan rumput laut seperti semi refined carrageenan (SRC) dan refined carrageenan (RC).
Michael Agusta, Direktur Java Biocolloid, mengatakan, perusahaan tersebut tertarik membangun usaha di Indonesia karena melimpahnya bahan baku rumput laut. "Bahan baku kami peroleh dari sistem kemitraan dengan petani rumput laut lokal," tutur dia di sela-sela acara International Seaweed Symposium (ISS) di Bali, Senin (22/4).
Menurut Michael, produksi olahan rumput laut Java Biocolloid adalah carrageenan (karaginan) dan agar-agar. Dengan investasi Rp 80 miliar, kapasitas pabrik baru yang akan dibangun di Surabaya itu mencapai 2.000 ton per tahun. Perinciannya sebanyak 1.500 ton karaginan dan 500 ton tepung agar-agar.
Merujuk ke situs resmi Java Biocolloid, perusahaan itu adalah anak usaha Hakiki Donarta Group. Java Bilocolloid khusus memproduksi hydrocolloids yang diambil dari rumput laut dan bahan tanaman lain.
Saat ini, Java Biocolloid memiliki pabrik pengolahan rumput laut di Pasuruan, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 8.000 metrik ton (MT) per tahun agar-agar dan 3.000 MT per tahun produk karaginan. Selain agar-agar dan karaginan, perusahaan ini juga mengembangkan JB stabilizer Series untuk stabilisator bahan pangan.
Hakiki Donarta adalah perusahaan yang bergerak dalam kegiatan distribusi produk makanan. Berbasis di Surabaya, perusahaan itu memiliki produk makanan dengan beberapa merek, antara lain Lankrone, Muhlenchemie, Symrise dan Pak Maya.
Ekspor olahan minim
Anak usaha Hakiki Donarta itu akan memperketat per-saingan di industri hilir rumput laut. Hingga akhir 2012, KKP mencatat ada 24 perusahaan pengolahan rumput laut di Indonesia. "Program hilirisasi KKP berdampak positif bagi pengembangan bisnis rumput laut," kata Sharif C. Sutardjo, Menteri KKP.
Dengan maraknya kegiatan di sektor hilir, kinerja ekspor rumput laut diharapkan makin kenyal. Tahun lalu nilai ekspor US$ 176 juta, di mana kontribusi ekspor rumput laut olahan hanya 10%. Sebagian besar ekspor masih dalam bentuk rumput laut mentah.
Nilai ekspor masih mini, mengikuti rendahnya produksi 24 perusahaan pengolah rumput laut di dalam negeri. Produksi olahan rumput laut yang tahun lalu cuma 180.000 ton, tahun ini diperkirakan naik 13,8% menjadi 205.000 ton dan naik 15% pada 2014.
Untuk mendukung program hilirisasi, Sharif menuturkan, pemerintah juga menggenjot produksi hulu. Tahun ini KKP menargetkan produksi rumput laut basah mencapai 7,5 juta ton, naik 30% dibandingkan tahun lalu 5,2 juta ton. Areal potensial budidaya rumput laut di Indonesia mencapai 1.110.900 ha.
Safari Aziz Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), menuturkan, untuk bisa menggenjot bisnis di sektor hilir rumput laut, Indonesia harus bisa meningkatkan daya saing karena produk rumput laut Indonesia masih kalah dari produk China. "Di sana eksportir mendapat keringanan fiskal, hingga harga lebih murah," kata dia.
Sumber : http://industri.kontan.co.id/news/industri-hilir-rumput-laut-makin-bergairah
Keenam perusahaan tersebut akan menghasilkan produk-produk olahan rumput laut seperti semi refined carrageenan (SRC) dan refined carrageenan (RC).
Michael Agusta, Direktur Java Biocolloid, mengatakan, perusahaan tersebut tertarik membangun usaha di Indonesia karena melimpahnya bahan baku rumput laut. "Bahan baku kami peroleh dari sistem kemitraan dengan petani rumput laut lokal," tutur dia di sela-sela acara International Seaweed Symposium (ISS) di Bali, Senin (22/4).
Menurut Michael, produksi olahan rumput laut Java Biocolloid adalah carrageenan (karaginan) dan agar-agar. Dengan investasi Rp 80 miliar, kapasitas pabrik baru yang akan dibangun di Surabaya itu mencapai 2.000 ton per tahun. Perinciannya sebanyak 1.500 ton karaginan dan 500 ton tepung agar-agar.
Merujuk ke situs resmi Java Biocolloid, perusahaan itu adalah anak usaha Hakiki Donarta Group. Java Bilocolloid khusus memproduksi hydrocolloids yang diambil dari rumput laut dan bahan tanaman lain.
Saat ini, Java Biocolloid memiliki pabrik pengolahan rumput laut di Pasuruan, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 8.000 metrik ton (MT) per tahun agar-agar dan 3.000 MT per tahun produk karaginan. Selain agar-agar dan karaginan, perusahaan ini juga mengembangkan JB stabilizer Series untuk stabilisator bahan pangan.
Hakiki Donarta adalah perusahaan yang bergerak dalam kegiatan distribusi produk makanan. Berbasis di Surabaya, perusahaan itu memiliki produk makanan dengan beberapa merek, antara lain Lankrone, Muhlenchemie, Symrise dan Pak Maya.
Ekspor olahan minim
Anak usaha Hakiki Donarta itu akan memperketat per-saingan di industri hilir rumput laut. Hingga akhir 2012, KKP mencatat ada 24 perusahaan pengolahan rumput laut di Indonesia. "Program hilirisasi KKP berdampak positif bagi pengembangan bisnis rumput laut," kata Sharif C. Sutardjo, Menteri KKP.
Dengan maraknya kegiatan di sektor hilir, kinerja ekspor rumput laut diharapkan makin kenyal. Tahun lalu nilai ekspor US$ 176 juta, di mana kontribusi ekspor rumput laut olahan hanya 10%. Sebagian besar ekspor masih dalam bentuk rumput laut mentah.
Nilai ekspor masih mini, mengikuti rendahnya produksi 24 perusahaan pengolah rumput laut di dalam negeri. Produksi olahan rumput laut yang tahun lalu cuma 180.000 ton, tahun ini diperkirakan naik 13,8% menjadi 205.000 ton dan naik 15% pada 2014.
Untuk mendukung program hilirisasi, Sharif menuturkan, pemerintah juga menggenjot produksi hulu. Tahun ini KKP menargetkan produksi rumput laut basah mencapai 7,5 juta ton, naik 30% dibandingkan tahun lalu 5,2 juta ton. Areal potensial budidaya rumput laut di Indonesia mencapai 1.110.900 ha.
Safari Aziz Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), menuturkan, untuk bisa menggenjot bisnis di sektor hilir rumput laut, Indonesia harus bisa meningkatkan daya saing karena produk rumput laut Indonesia masih kalah dari produk China. "Di sana eksportir mendapat keringanan fiskal, hingga harga lebih murah," kata dia.
Sumber : http://industri.kontan.co.id/news/industri-hilir-rumput-laut-makin-bergairah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar