Sumber : http://teknologihasilperikanan-unsri.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
Petani Rumput Laut Nunukan, Galau Oleh : Muhammad Rusman,spd |
KabarIndonesia - Kondisi petani rumput laut di Kabupaten Nunukan kalimantan Timur, sejak awal hingga sekarang masih terselimuti kegalauan. Pasalnya, nasib kelangsungan usahanya terancam gulung tikar. Ini disebabkan, semakin menipisnya modal yang dimiliki. Sementara pemerintah belum mampu mengantisipasinya dengan memikirkannya untuk memberikan bantuan modal usaha. Sementara Fadel Muhammad, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI pernah berjanji akan menjadikan Kabupaten Nunukan sebagai salah satu wilayah sentra pengembangan rumput laut di Indonesia. Menurutnya, Kabupaten Nunukan memiliki potnesi alamnya sangat baik sebagai wilayah pengembangan budidaya rumput laut yang diistilahkan kota megapolitan. Janji Fadel tersebut disampaikan saat mendampingi Wakil Presiden RI Budiono berkunjung di Pulau Sebatik, Nunukan beberapa waktu yang lalu. Program Fadel ini sebenarnya telah memberikan angin segar masyarakat Kabupaten Nunukan khususnya yang berprofesi sebagai petani rumput laut. Karena dijanjikan pula akan dibangun pabrik pengolahan rumput. Seiring dengan bakal tidak terwujudnya program Menteri KP ini, maka nasib petani rumput laut Kabupaten Nunukan semakin tidak jelas. Selain, harga produksi rumput laut yang tambah menurun juga tidak adanya bantuan dana untuk tambahan modal usaha. Seperti yang disampaikan Suwitno. Bahwa, sejak menekuni profesinya sebagai petani rumput laut belum sekalipun mendapatkan bantuan modal dalam upaya pengembangan usahanya itu. Menurutnya, bantuan dari pemerintah Kabupaten Nunukan pada tahun 2009 lalu. Namun, bantuan berupa tali, pelampung, terpal transparan dan mesin itu tidak semua petani mendapatkannya. Karena hanya diberikan kepada dua kelompok pada saat itu. Total bantuan tersebut jika diuangkan, lanjut Suwitno, diperkirakan hanya sekitar Rp 10 juta saja. "Pernah ada bantuan tahun 2009 lalu, tapi hanya dua kelompok yang dapat. Itupun jumlahnya kecil yang diberikan dalam bentuk barang," katanya saat ditemui di rumahnya di Perkampungan Nelayan Kelurahan Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan, Nunukan. Suwitno juga menceritakan, pada bulan Maret 2011 lalu, pernah kedatangan peneliti dari IPB Bogor. Kedatangan peneliti itu juga berjanji akan memperbaiki metode dalam rangka peningkatan produksi rumput laut yang ada di perkampungan itu. Namun setelah itu, belum ada lagi kabar beritanya sehingga selama ini petani menjual rumput lautnya kepada para tengkulak lokal yang memang selama ii yang membeli. Padahal, katanya, petani rumput laut bukan hanya mengharapkan pelajaran tentang tata cara peningkatan produksi dan kualitasnya tetapi sebenarnya yang lebih dibutuhkan adalah bantuan modal tambahan. (*) Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Sumber :http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Petani+Rumput+Laut+Nunukan%2C+Galau&dn=20111201204610 |
Bank Indonesia plus Bankaltim saat ini sedang melakukan survey terhadap budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan yang dipusatkan pada dua lokasi yaitu Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan dan Kecamatan Sebatik Barat.
Survey ini dijadikan titik awal peningkatan produksi petani yang selama dinilai banyak kelemahan dalam pembudidayaan karena masih dilakukan secara tradisional. Agar rumput laut yang sudah menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakat di Kabupaten Nunukan-Kaltim ini dapat meningkatkan taraf hidupnya, maka BI menjajaki peluang tersebut.
Adanya langkah dari BI ini, kemungkinan memandang budidaya rumput laut di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia memiliki potensi besar untuk saling menguntungkan kedua belah pihak (ptani dan BI). Survey yang dilakukan BI ini sejak Bulan Agustus 2011, dengan kesimpulan sementara bahwa budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan dimanapun ditanam hasilnya tetap sama artinya antara lokasi pembudidayaan yang satu dengan lainnya produksi dan kualitasnya tetap sama.
Sehingga, pihak BI menilai agar produksi petani dapat ditingkatkan lagi dari yang telah ada sekarang sisa memperhatikan metode yang harus diterapkan ketika pasca panen, misalnya metode penjemuran dan pemasarannya. Seperti yang disampaikan Sulistyono dari BI di hadapan petani rumput laut Kampung Nelayan Kelurahan Mansapa, Kamis (1/12).
Namun, survey yang dilakukan pihak BI belum dapat dipastikan apakah petani yang menjadi lokasi survey atau seluruh petani rumput laut di Kabupaten Nunukan akan diberikan bantuan modal usaha. Padahal, petani rumput laut yang hadir pada saat sosialisasi tersebut jumlahnya mencapai 40 orang. Ini menandakan atusias mereka sangat tinggi untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dan diakui pula dari pihak perbankan ini, bahwa banyaknya petanu rumput laut yang hadir itu sebagai tanda keinginannya memperbaiki diri dalam mengelola rumput laut.
Khususnya masyarakat Kampung Nelayan, sejak melakoni hidup dengan menjadi petani rumput laut, selalu dirundung masalah yaitu ketidakmampuan mereka meningkatkan produksi yang dinotabene dapat meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraannya. Yaitu tidak adanya perhatian pemerintah ataupun pihak swasta yang meliriknya untuk memberikan bantuan.
Kalaupun selama ini banyak yang datang menemui mereka, hanya sekadar memberikan pelajaran tentang tatacara budidaya dan lain-lainnya. Tetapi belum pernah ada yang bisa memberikan solusi terkait dengan kegelisahan mereka untuk diberikan bantuan.
Suwitno misalnya, salah satu petani rumput Kampung Nelayan mengeluhkan bahwa, dari 74 KK (kepala keluarga) yang tinggal diperkampungan nelayan itu, 71 KK diantaranya hidup dari rumput laut. Namun, sampai sekarang juga penghidupannya tidak mengalami perubahan apa-apa meskipun profesinya itu telah dilakoni bertahun-tahun.
Persoalan pelik yang dialaminya, adalah pertama ketidakmampuan meningkatkan produksi akibat kurangnya modal usaha. Sehingga hasil penjualan dari produksi rumput laut mereka hanya untuk memenui kebutuhan hidup sehari-hari.
Kendala kedua adalah harga yang setiap saat mengalami penurunan secara drastis. Harga sekarang sisa Rp 6300 per kilogramnya. Bahkan ada ada harga hingga Rp 5000 perkilogramnya. Diakibatkan tidak adanya perhatiandari pihak pemerintah atau semacam wadah berupa koperasi yang diharapkan bisa mengontrol harga. Sehingga para tengkulak leluasa mempermainkan harga.
Masalah pemasaran ini juga perlu menjadi perhatian berbagai pihak termasuk pihak swasta seperti perbankan. Jika benar pihak perbankan seperti BI memiliki niat baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat petani rumput laut di Kabupaten Nunukan, sebaiknya melakukan tindakan prioritas.
Apabila langkah-langkah prioritas tidak dilakukannya, maka finishing dari setiap upaya tetap seperti sekarang ini yaitu tidak memberikan solusi dari seluruh persoalan yang dihadapi petani rumput laut di Kabupaten Nunukan.
Meskipun, pembelajaran tentang metode persemaian, penanaman, dan penjemuran juga sangat penting sebagai bagian dari awal peningkatan produksi sekaligus peningkatan penghasilan. Kembali kepada survey yang dilakukan pihak BI. Pada intinya, kualitas rumput laut di Kabupaten Nunukan sangat baik.
Informasi dari petani pun disebutkan dalam satu bentangan tali yang panjangnya 15 depa atau sekitar 20 meter dapat menghasilkan 5 kilogram kering. Memperhatikan netto setiap bentangan ini, maka diperkirakan potensi rumput laut di Kabupaten Nunukan benar-benar menguntungkan. Untuk itu, kemungkinan kehadiran BI di tengah-tengah masyarakat petani rumput laut di Kampung Nelayan Mansapa dapat menjadi pengobat laranya selama ini.
Masalah netto itu sendiri masih tergantung dari tatacara penjemuran/pengeringan. Sejak beberapa bulan terakhir, petani rumput laut menggunakan dua cara pengeringan yaitu :
1. - Metode gantung
Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Dari sisi keunggulannya adalah waktu yang digunakan sangat singkat hanya sekitar dua hari apabila cuaca baik atau tidak hujan. Kemudian kadar airnya sangat rendah, sehingga kualitas finishingnya benar-benar baik.
Kelemahannya adalah warna pada saat kering menjadi hitam dan berat/nettonya ringan. Dibandingkan dengan metode pengeringan dengan menghampar berat/nettonya biasanya beda tiga kilogram.
2. - Metode hamparan
Cara pengeringan kedua ini, merupakan metode yang banyak digunakan dan umum dilakukan oleh petani. Dan metode ini, yang masih umum dilakukan oleh para petani. Keunggulannya adalah hasil pengeringannya berwarna putih dan memiliki berat lebi tinggi. Kelemahannya terletak pada waktu yang digunakan bisa mencapai satu minggu dan prosesnya rumit karena harus rajin membolak balik.
Selain kedua metode tersebut, adalah hal lain yang perlu diperhatikan apabila ingin meningkatkan kualitas dan nilai jual. Misalnya, pada saat berlangsung pengeringan ditutupi dengan plastik/terpal /kain. Dengan menggunakan alat bantu ini selain warna lkebih putih juga tidak terlalu banyak mempengaruhi berat, sebut Sirajuddin, Kasi Sarana Prasaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan sebelum acara sosialisasi di mulai.
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/12/03/di-balik-kegelisahan-petani-rumput-laut-semoga-bi-jadi-pengobat-lara/
SAMARINDA - Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Kalimantan Timur yang memiliki garis pantai cukup panjang, ternyata memiliki potensi pengembangan rumput laut yang sangat besar.
Pemprov melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim terus berupaya mengembangkan potensi budidaya rumput laut di beberapa daerah, seperti Nunukan, Tarakan, Bontang, Kutai Timur, Balikpapan, Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser. Budidaya rumput laut sangat menjanjikan dari segi ekonomi, perkembangannya pun semakin besar, sehingga membutuhkan tempat yang luas di laut untuk membudidayakannya.
"Budidaya rumput laut dengan produksi yang cukup tinggi di Kalimantan Timur berasal dari kabupaten Nunukan dan Kutai Timur, sedangkan beberapa daerah lainnya masih dalam tahapan pengembangan untuk meningkatkan produksi," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Iwan Mulyana didampingi Kepala Bidang Perikanan Budidaya Rusdi Soepangat, Kamis (13/1).
Dijelaskannya, Pemprov telah melakukan uji coba dengan memberikan bantuan bibit dan lantai jemur rumput laut kepada masyarakat untuk bisa menghasilkan produk rumput laut yang berkualitas. Tidak hanya untuk produk hulu, tetapi juga Pemprov memperhatikan produk hilir rumput laut menjadi komoditas andalan Kaltim.
"Pada tahun 2012 ini di Tarakan akan dibangun pabrik rumput laut menjadi semi karaginan yang belum banyak dikembangkan di dalam negeri," ujarnya.
Diuraikannya, karaginan sendiri terbagi menjadi dua yaitu karaginan semi murni dan karaginan murni. Untuk karaginan semi murni hasilnya digunakan sebagai stabilizer dan emulsifier pada industri makanan ternak, bahan baku karaginan murni yang memiliki kekuatan gel serta rendemen yang tinggi. Sedangkan untuk karaginan murni digunakan sebagai bahan stabilisator, pengental, pembentuk gel, pengikat dan pencegah kristalisasi dalam industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, dan lain-lain.
Di Tarakan, pabrik pengolahan rumput laut menjadi karaginan dikembangkan dengan mengolah rumput laut dari basah menjadi kering dan kemudian di press lagi untuk memperkecil volume.
"Memasuki tahapan industrialisasi ke depan suplai bahan baku tidak boleh stop dan tidak harus di setiap kabupaten/kota penghasil rumput laut memiliki pabrik pengolahan. Bahan baku untuk Tarakan akan didatangkan dari Nunukan, Bontang dan Kutai Timur," pungkasnya. (her/hmsprov).
Sumber : http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=7518