Senin, 23 April 2012

Produksi Rumput Laut di Ende 623 Ton

Ende, Flores (ANTARA) - Produksi rumput laut di Kabupaten Ende, Pulau Flores, pada 2009 hanya mencapai 623 ton dari target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 24.000 ton per tahun.

"Untuk tahun 2009, produksi rumput laut hanya 623 ton. Hingga September 2010, trennya meningkat namun tidak seberapa," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ende Wellem Enga di Ende, Senin. Dia mengatakan, rendahnya produksi rumput laut tersebut karena belum semua masyarakat yang bermukim di wilayah pantai utara kabupaten itu membudidayakan komoditas ini.

Rendahnya produksi rumput laut itu diduga, karena wilayah perairan budidaya sudah tercemar menyusul meledaknya sumur minyak Montara di Laut Timor pada 21 Agustus 2009 lalu. Hampir sebagian besar wilayah perairan Indonesia, khususnya di pantai selatan Pulau Timor, Rote, Sabu, Sumba, dan Flores, sudah tercemar minyak sehingga usaha budidaya rumput laut ini, gagal total. "Harapan kita, target yang ditetapkan bisa tercapai atau paling tidak bisa mencapai 60 persen apabila semua masyarakat pesisir di pantai utara sudah melakukan budidaya," kata Wellem Enga.

Menurut dia, wilayah perairan di pantai utara Ende jauh lebih kondusif untuk kegiatan budidaya rumput laut dibanding dengan pantai selatan yang ombaknya lebih ganas. Wilayah laut di pantai utara yang membentang dari Kecamatan Kota Baru yang berbatasan dengan Kabupaten Sikka hingga Kecamatan Maukaro yang berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo, baru sekitar 2.000 hektare yang dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut.

"Ini belum sampai 10 persen dari luas lahan yang sudah dimanfaatkan. Sedangkan pantai selatan yang sudah dimanfaatkan berkisar 200-300 hektare," katanya. Dia mengatakan, pantai selatan tidak bisa diandalkan untuk mendongkrak produksi rumput laut karena hanya beberapa lokasi di bagian teluk yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. "Itu pun hanya pada musim barat. Sementara pada musim timur, praktis tidak ada kegiatan budidaya karena ombaknya sangat besar," katanya.

Ia menambahkan, untuk mendorong masyarakat membudidayakan rumput laut, pihaknya terus mensosialisasikan prospek komoditas "emas hijau" itu untuk peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Dalam berbagai kesempatan pertemuan, kata Wellem Enga, disampaikan pemerintah bersedia memberikan bantuan bibit rumput laut dan melakukan pendampingan kepada masyarakat. Diharapkan bibit bantuan yang disalurkan pemerintah itu dikembangkan dengan baik sehingga ke depan tidak ada lagi bibit yang didatangkan dari luar daerah.

Hingga saat ini, ada 120 kelompok budidaya rumput laut dengan jumlah anggota perkelompok sebanyak lima orang. Namun dari jumlah tersebut, baru ada dua kelompok yang bisa mandiri. Kelompok yang sudah didata ini pada tahun ini mendapat 90 paket bantuan bibit yang dananya bersumber Kementerian Kelautan dan Perikanan. Wellem Enga mengatakan kegiatan budidaya rumput laut di kabupaten itu mulai dikenal pada 1988, namun karena tidak ada akses pasar maka kegiatan tersebut berhenti pada 1990. "Baru pada 2001, kegiatan budidaya mulai dilakukan lagi. Saat ini sudah ada satu perusahan yang secara rutin membeli rumput laut dari masyarakat," katanya.

Sumber : http://teknologihasilperikanan-unsri.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar