Rabu, 02 Juli 2014

STRATEGI RISET RUMPUT LAUT UNTUK PRODUKSI PRODUK SPESIFIK DAERAH SULAWESI TENGAH

STRATEGI RISET RUMPUT LAUT UNTUK PRODUKSI PRODUK SPESIFIK DAERAH SULAWESI TENGAH

Mappiratu Mappiratu

Abstract


Masyarakat Sulawesi Tengah pada dasarnya telah mengenal rumput laut sejak dulu, namun baru dilakukan kegiatan budidaya dalam skala kecil pada tahun 1990.  Perkembangan budidaya rumput laut kearah yang lebih maju, setelah tim peneliti dari Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) berhasil membudidayakan rumput laut jenis Eucheuma cottonii di Kepulauan Samaringga pada tahun 1997 (Fauziah, 2009; Hamja, 2009).

 Sejak itu, kegiatan budidaya rumput laut oleh masyarakat pesisir Sulawesi Tengah berkembang dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan nilai ekonomi rumput laut itu sendiri, yang saat ini sebagian besar masyarakat Sulawesi Tengah telah mengenal rumput laut dan telah menjadikan sebagai sumber pendapatan utama.

Selain Eucheuma cottonii , berkembang pula budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp, terutama di daerah Kabupaten Morowali. Rumput laut Eucheuma cottonii di budidayakan di laut dan merupakan penghasil karaginan, sedangkan Gracilaria sp di budidayakan di Tambak dan merupakan penghasil agar-agar.

Pada tahun 2005, produksi rumput laut Eucheuma cottonii dan  Gracilaria sp di Sulawesi Tengah mencapai 244.133 ton basah. Dengan produksi tersebut, Sulawesi Tengah menempati  urutan  ketiga  penghasil  rumput laut terbesar di Indonesia, setelah Sulawesi  Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Produksi tersebut sesungguhnya masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan  luas  areal  tersedia  sebesar 106.000


Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MLS/article/view/76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar