Jumat, 25 September 2015

Maria Gigih Setiarti, yang sangat gigih meningkatkan nilai tambah rumput laut dengan aneka olahannya










Olahan Rumput Laut ala Depok
Jauh dari sentra budidaya rumput laut, tidak menyurutkan niat Maria Gigih Setiarti untuk mengembangkan usaha pengolahan rumput laut. Kini wanita kelahiran Pekalongan Jawa Tengah ini sudah mampu membuat lebih dari 20 jenis produk olahan rumput laut dengan wilayah pemasaran seluruh Indonesia. Bentuk olahannya antara lain sirup, dodol, agar-agar, rumput laut siap olah, selai, dan jus.

Dalam satu bulan, Maria mengaku membutuhkan 5 ton rumput laut basah.  Dengan omzet sekitar Rp 80 – 100 juta per bulan, ia memperoleh margin sekitar 20 – 25%. Harga Pokok Produksi  55%, ditambah variabel lainnya. “Pada hari raya atau momen tertentu omzet bisa berlipat ganda hingga 4 kali lipat,” kata Maria kepada TROBOS Aqua.

Maria, kini mengelola dua perusahaan, untuk produk-produk olahannya. Untuk pemasaran, telah mencakup seluruh supermarket di Indonesia. “Pasar ekspor secara rutin enggak, tapi sudah ada yang memesan juga,” ucap ia.

Meski bukan berlatar belakang perikanan atau teknologi pangan, Maria senantiasa belajar untuk mengembangkan diri. Ia bekerja sama dengan teman yang ahli dalam teknologi pangan dari Universitas Pasundan, Bandung dan mengambil kursus Manajemen Ekonomi di Universitas Indonesia. “Saya memiliki kompetensi yang baik dalam pengolahan rumput laut serta dapat membuka jaringan kepada berbagai pihak,” terang Maria.

Kepincut Rumput Laut

Maria memulai usaha pada 1994 di Depok Jawa Barat. Awalnya ia melakukan semua proses pengolahan sendiri, namun seiring dengan perkembangan usahanya namun kini Maria dibantu oleh 23 orang tenaga kerja. Ketika 1994, rumput laut dinilai belum memiliki arti apa-apa. “Saat itu, suami saya bekerja di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ia yang membawa literatur mengenai rumput laut dan memperkenalkannya kepada saya,” terangnya.

Kemudian ia pun mempelajari dan melihat begitu besar potensi dari rumput laut. “Pada saat itu, saya menilai prospek dari usaha rumput laut masih sangat besar, kebetulan suami juga ingin berhenti bekerja jadi saya mulai menekuni usaha tersebut,” ucap Maria.

Walau bukan berasal dari sentra budidaya rumput laut, tempat usaha Maria telah menjadi contoh bagi sentra-sentra penghasil rumput laut. Sekarang malah tempat tersebut dijadikan sebagai tempat studi banding.

Ketika rumput laut belum populer, dan bentuknya masih basah, ia mendapat bahan baku dari daerah Kepulauan Seribu. Namun, seberjalannya waktu, kini rumput laut dapat disimpan dalam kondisi kering sehingga mudah untuk di stok. “Jadi meski jauh dari tempat sentra budidaya, saya masih mendapat stok bahan baku yang cukup,” katanya.

Maria menggunakan rumput laut jenis Cotonii dan Spinosum. Karena produk olahannyamemiliki pasar yang mapan sehingga membutuhkan kontinuitas bahan baku, maka Maria telah menjalin hubungan dengan banyak pembudidayarumput laut. “Kini pun saya sudah menanam sendiri rumput laut di daerah Belitung Timur,” ujarnya.

Terus Berkembang

Dulu rumput laut hanya diolah menjadi manisan, masih sederhana sekali. Maka melalui usahanya Maria mencoba mengembangkan produks olahan supaya lebih menarik dan digemari,seperti dibuat koktail. Berangkat dari itu mulai ada pengembangan produk seperti jus, dodol, hingga saat ini ada 22 item produk. “Tiga produk unggulannya antara lain jus, koktail, dan bentuk segar atau sayur,”ujar Maria.

Rumput laut adalah bahan mentah, maka itu sangat penting akan kualitasnya. Maria menjelaskan, alur produksinya, pertama rumput laut yang telah berusia 45 hari (ditanam) dipanen, setelah itu dibersihkan dari kotoran dan kerang. Kemudian rumput laut dijemur hingga kadar air maksimal 25%. “Bila sudah kering, baru dikirimkan ke pabrik untuk proses pengolahan,” ucapnya.

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua Edisi-39/ 15 Agustus 2015 - 15 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar