"Porphyra Makarosi", Mahal Tapi Sulit Dibudidayakan
Porphyra Makarosi, keluarga rumput laut yang satu ini cuma ada di dua tempat di Indonesia, yaitu di Kabupaten Serui, Papua dan Kota Ambon, Maluku. Jenis ini ditemukan juga di Thailand.
Di Ambon pun Phorpyra Makarosy tidak mudah ditemukan. Hanya ada di sekitar pantai Selatan Pulau Ambon yang struktur pantainya berkarang cadas dan menghadap ke laut lepas. Rumput laut jenis ini hanya bisa ditemukan pada musim Timur atau gelombang sekitar bulan April - Agustus. Warga beberapa desa di bagian selatan pulau Ambon seperti Hukurila, Kilang dan Naku, menyebutnya " Sayor Lao ".
" Jenis ini masih sulit dibudidayakan karena habitatnya adalah daerah berkarang dan tumbuh pada musim gelombang," kata Kepala Dinas Perikanan Kota Ambon, Adser Lamba.
Menurut Lamba, Porphyra Makarosi memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput laut jenis Euchema Cotony yang selama ini dibudidayakan pada beberapa lokasi di Kota Ambon. Bentuk dan habitatnya pun jauh berbeda.
Euchema Cotony hanya bisa tumbuh pada pantai yang arusnya tidak terlalu kuat dan tidak berkarang. Berbentuk batangan dan bercabang - cabang. Sedangkan Porphyra Makarosi hanya hidup pada musim gelombang pada daerah berkarang. Serta memiliki bentuk seperti daun dan berwarna hijau tua kecoklatan.
Harga jual Porphyra Makarosi lebih tinggi 10 kali lipat dari Euchema Cotony. Saat ini satu kilogram jenis Phorpyra Makarosi Rp100.000 per kilogram kering sedangkan Euchema Cotony Rp10.000 per kilogram kering.
Sayangnya, penelitian dan kajian yang dilakukan Loka Budidaya Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan RI terhadap Porphyra Makarosi , gagal, sehingga belum bisa dibudidayakan.
Lamba menjelaskan Porphyra Makarosi sudah lama ada di daerah ini. Penduduk setempat biasa memanennya di setiap musim Timur untuk kebutuhan rumah tangga. Dikonsumsi sebagai sayur dan juga pengganti ikan. Masyarakat pun tidak mengetahui nilai ekonomis rumput laut jenis ini.
Keberadaannya di Ambon baru terekspos dalam suatu persentase potensi perikanan di Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun lalu di Jakarta.
" Saat itu Pa Walikota diberitahu tentang rumput laut Porphyra Makarosi sehingga beliau langsung memerintahkan kami untuk melakukan survey dan kajian," ungkap Lamba.
Belum lama ini, Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) RI meminta Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ambon mengirimkan 10 kg kering rumput laut jenis Porphyra Makarosi sebagai bahan penelitian. Tetapi Dinas Perikanan hanya bisa mengirimkan satu kilogram kering, karena sulit dicari sebab belum musim panen.
Dari hasil survey yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan kota Ambon, luas areal tumbuhnya Porphyra Makarosi adalah sekitar tujuh hektar di Kecamatan Leitimur Selatan. Areal terluas berada di sekitar Pantai Hukurila yaitu sebesar enam hektar. Sisanya tersebar di desa - desa tetangga.
" Di bagian Teluk Dalam tidak ada," katanya.
Rumput laut jenis Porphyra Makarosi ini sering diekspor ke China dan Jepang. Jenis ini biasanya diolah menjadi Nori yaitu bahan makanan untuk membungkus makanan. Tahun depan, Dinas Perikanan dan Kelautan kota Ambon mulai melakukan pengkajian untuk budidaya rumput laut yang memiliki nilai protein tinggi ini.
Sumber : http://fromnaku.blogspot.com/2009/05/porphyra-makarosi-mahal-tapi-sulit.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar