Minggu, 30 November 2014

Rumput Laut Komoditas Unggulan Nasional Berorientasi Ekspor


Rumput Laut Komoditas Unggulan Nasional Berorientasi Ekspor




Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki wilayah kelautan yang cukup luas yang kaya dengan sumber daya alam baik flora, fauna, dan energi. Sektor kelautan merupakan aset negara yang sangat strategis karena selain dapat dimanfaatkan sebagai jalur transportasi, sumber daya alam kelautan mampu menghasilkan komoditas unggulan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekpor sehingga dapat menunjang kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, sektor kelautan harus ditingkatkan pengelolaannya dan dimanaj secara baik. Aspek riset dan teknologi pengelolaan sumber daya kelautan sangat penting untuk dikembangkan untuk menopang peningkatkan produksi hasil laut. Beberapa sumber daya kelautan yang telah diolah antara lain adalah ikan, rumput laut, kerang mutiara, minyak dan gas. Sumber daya flora dan fauna merupakan sumber daya yang dapat terbarukan, sedangkan minyak dan gas merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan sehingga cadangannya dapat habis.
Rumput laut adalah salah satu komoditas hasil laut yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu produk olahan rumput laut yang sudah sangat familier adalah agar-agar. Agar-agar banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan di seluruh dunia, sehingga produk ini memiliki permintaan yang tinggi baik pasar domestik atau manca negara. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai bentuk penganan (kue), seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu dikonsumsi pula sebagai makanan diet.
Adanya permintaan rumput laut yang tinggi dan potensi sumber daya kelautan yang mendukung di Indonesia menyebabkan rumput laut banyak dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rumput laut pada awal mulanya, banyak dibudidayakan Sulawesi Selatan, kemudian merambah ke propinsi-propinsi lainnya. Hingga kini, produksi rumput laut terbesar adalah Sulawesi Selatan, pada tahun 2010 produksinya mencapai 1.245.771 ton. Beberapa daerah lain yang juga telah mengembangkan budidaya rumput laut antara lain: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Papua, dll.
Rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah Euchema contonii dan Gracilaria sp. Euchema cottonii dibudidayakan dengan media air laut sementara Gracilaria sp dapat dibudidayakan pada media air payau yang biasanya berupa tambak. Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang berbeda pula, seperti: gracilaria confervoides, gracilaria gigas, gracilaria verucosa, gracilaria lichenoides, gracilaria crasa, gracilaria blodgettii, gracilaria arcuata, gracilaria taenioides, gracilaria eucheumoides, dan banyak lagi. Seperti pada alga kelas lainya, morfologi rumput laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami gracilaria hidup dengan melekatkan (sifat benthic) thallusnya pada substrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air.
Perkembangbiakan gracilaria secara umum melalui dua cara, yaitu dengan cara kawin dan tidak kawin: perkembangbiakan tidak kawin yaitu dengan cara: 1). penyetekan; 2). konyugasi, yaitu dengan cara peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran protoplasma dari dua atau lebih thalli; penyebaran spora yang terdapat pada kantung spora (carpospora, cystocarp).
Sedangkan perkembangbiakan dengan cara kawin yaitu melalui perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan hasil germinasi dari spora.
Rumput laut merupakan jenis tanaman laut yang mudah dibudidayakan. Teknik budidaya pada rumput laut ada tiga cara saat ini, yaitu metode lepas dasar, metode rakit dan metode long line. Selain dibudidayakan di perairan laut, rumput laut dapat pula dibudidayakan di perairan payau. Pada rumput laut jenis gracilaria sp. dapat dibudidayakan dengan beberapa metoda, yaitu: metoda dasar (bottom method) di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak, metoda lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp., yaitu dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok-patok atau pada rakit, metoda rakit (floating rack method) dan metoda rawai (longline method).
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya. Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur ketebalan lumpur maksimal 20 cm. Lakukan pembersihan terhadap tanaman yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Dan, derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 – 9. Untuk mengurangi keasaman tambah dapat dilakukan terlebih dahulu dengan penebaran kapur.
Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih, serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar. Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air. Pematang tambak didesain rapi dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen. Kualitas Air harus dijaga sedemikian rupa dengan kadar salinitas air berkisar antara 12-30%. Suhu air berkisar antara 18 – 30 C, pH air dalam tambak berkisar antara 6-9, tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
Setelah tambak disiapkan, langkah selanjutnya adalah dengan menyiapkan bibit. Bibit tanaman yang dipilih untuk bibit adalah gracilaria yang pada usia panennya memiliki kandungan agar-agar yang cukup tinggi dan memiliki kekuatan gel yang tinggi pula yang telah diuji secara laboratoris. Bagian tanaman yang dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5 -10 cm, thallus yang dipilih masih cukup elastis, thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya, ujung thallus berbentuk lurus dan segar, bila thallus dipotong akan terasa getas, bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.
Setelah tambak siap dan bibit tersedia, langkah selanjutnya adalah proses penanaman. Tambak yang telah dibersihkan dari kotoran dan memenuhi syarat, kemudian dikuras, selanjutnya memasukan air laut pada saat pasang surut. Penanaman bibit dilakukan pada saat saat keadaan cuaca cukup teduh yaitu sore atau pagi hari dengan cara menebarkannya secara merata ke dalam tambak. Jumlah bibit yang ditanama berkisar 1 ton per ha. Kedalaman air dalam tambak harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Selain perawatan, tanaman rumput laut juga perlu dilakaukan pemupukan sebagaimana tanaman lain karena rumput laut juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan. Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah seringnya pergantian air di dalam tambak, karena itu pupuk dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap. Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari salinitas terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak terlalu rendah. Perawatan yang perlu dilakukan selama masa pemeliharaan adalah sebagai berikut: 1).Membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran lainnya dari dalam tambak supaya tidak nengganggu pertumbuhan rumput laut; 2). Perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.
Setelah masa 45-60 hari dapat dilakukan pemanenan yaitu dengan memilih tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan tanaman yang masih muda dipetik untuk kemudian ditanam kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Hasil panen dapat dijual dalam keadaan basah atau kering. Pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak atau dengan cara diikat dalam bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus hingga kadar air mencapai 12-18 %. Rumput kemudian diayak untuk merontokkan butir-butir halus garam atau debu yang masih melekat, kemudian lakukan sortir ulang. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam karung dan simpan dalam gudang yang terhindar dari embun, air hujan atau air tawar lainnya, dan memiliki sirkulasi udara yang cukup baik. Rumput laut kering dapat di packing sesuai dengan permintaan pasar.
Salam sukses selalu!

Sumber : http://www.agrotekno.net/2013/09/potensi-bisnis-budidaya-rumput-laut.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar