Selasa, 21 Januari 2014

KAWASAN INDUSTRI KHUSUS PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI NUNUKAN MUNGKINKAH??








KAWASAN INDUSTRI KHUSUS PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI NUNUKAN
MUNGKINKAH??

Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto


Wakil Menteri Perindusterian RI yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Alex SW Retraubun MSc. melontarkan gagasan tentang suatu Kawasan Industri Khusus Pengolahan Rumput Laut.  Gagasan brilian itu disampaikannya pada saat acara Panen Raya Rumput Laut dan Peresmian Peletakan Batu Pertama Pabrik Pengolahan Rumput Laut dan Tepung Karagenan di Nunukan pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2014.  Sinyal pendirian kawasan seperti ini dimungkinkan dan diberikan oleh Undang-undang Perindustrian yang baru.

Wamen yang jago menyanyi dengan suara yang melengking ini sempat mencicipi aneka masakan yang diolah dari rumput laut oleh ibu-ibu petani rumput laut di Kampung Mamolo Desa Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan Selatan.  Aneka masakan itu antara lain adalah :
1.  Mie Rumput Laut,
2.  Dodol Permen Rumput Laut,
3.  Manisan Rumput Laut,
4.  Jelly Drink Rumput Laut,
5.  Salad Rumput Laut,
6.  Aneka Keripik dan Snack Kering Rumput Laut,
7.  Kerupuk Rumput Laut,
8.  Aneka Kue Basah Rumput Laut dan tidak ketinggalan
9.  Es Campur Rumput Laut.

Wamen yang sangat humoris ini juga sempat menyatakan ketakjubannya melihat dengan mata kepala sendiri betapa sangat antusiasnya masyarakat di Kampung Mamolo ini menggeluti usaha rumput laut.  Wamen juga membandingkan dengan usaha serupa yang ada digeluti masyarakat di Maluku Tenggara kampung halamannya.  Pak Alex, begitu panggilan akrabnya mengira bahwa di kampung halamannya itu usaha rumput laut tidak terkalahkan dengan daerah lain di Indonesia.  Ternyata Pak Alex mengakui kalau usaha rumput laut di Kabupaten Nunukan lebih bergairah dan lebih berkembang.

Betapa tidak, sekarang ini angka produksi rumput laut kering di Kabupaten Nunukan sudah melampaui angka 1.000 ton rumput laut kering (dried cottoni) setiap bulannya.  Angka itu, seperti yang dicatat oleh penulis, bahkan bisa lebih tinggi lagi kalau melihat banyaknya rumput laut kering yang diangkut oleh Kapal Laut ke Pare-pare Makasar dan Container Kapal ke Surabaya.  Kapal Laut ke Pare-Pare setiap minggunya mengangkut rumput laut kering bisa lebih dari 2.000 karung.  Setiap karung rumput laut bisa mencapai sekitar 90 kg.  Adapun kapal jurusan Surabaya setiap 2 minggu sekali, biasa mengangkut sekitar 20 container, yang berisi sekitar 13 ton rumput laut.  Jadi kalau dirata-rata ada sekitar 8.000 karung atau seberat 720 ton rumput laut kering per bulan yang diangkut ke Sulawesi.  Sedang yang ke Surabaya ada sekitar 40 container atau  520 ton setiap bulan.  Maka kalau dijumlahkan yang keluar dari Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, baik yang ke Makassar lewat Pare-Pare maupun yang ke Surabaya dapat mencapai 1.240 ton setiap bulannya.

Ekonomi kerakyatan di Nunukan bergairah karena Rumput Laut

Bapak Wamen juga sangat senang dengan maraknya ekonomi kerakyatan yang berkembang dengan komoditi rumput laut ini.  Jika harga rumput laut seperti sekarang ini yang mencapai hingga Rp 15.000 per kg, maka berarti ada uang Rp 15 Milyard setiap bulan yang berputar di bisnis rumput laut ini.  Ini merupakan nilai yang sungguh sangat menghidupkan ekonomi rakyat wilayah pesisir dan pantai di Kabupaten Nunukan.  Bapak Alex yakin jika angka ini akan terus berkembang jika semua pihak mendukung terus usaha rumput laut ini.   Potensi yang sesungguhnya baru sekitar sepertiganya yang dikelola, masih mungkin untuk melipatgandakan sampai tiga kali lipatnya hingga angka produksi 3.000 ton per bulan.  Tentu ekonomi kerakyatan akan turut berkembang dengan sendirinya.

Sepanjang jalan masuk di Kampung Mamolo, Wamen juga menyaksikan semua warga sedang beraktifitas dengan rumput laut.  Ada beberapa jenis aktifitas masyarakat rumput laut di Kampung Mamolo tersebut, yaitu :
1.  Ada yang sedang memperbaiki tali bentangan,  
2.  Kelompok ibu-ibu yang sedang memasang bibit rumput laut di tali bentangan, 
3.  Masyarakat yang sedang bekerja melakukan pekerjaan pengeringan rumput laut pada para-para kayu di atas laut,
4.  Tumpukan tali bentangan dan botol-botol bekas air minum kemasan yang teronggok di depan, di samping rumah maupun jalan-jalan di sepanjang kampung,
5.  Gerobak yang mengangkut tumpukan karung berisi rumput laut kering,
6.  Ada beberapa truk yang sedang antri di depan sebuah gudang yang berisi tumpukan karung plastik,
7.  Dan lain-lain.
Semua aktifitas masyarakat ini menunjukkan betapa asyiknya masyarakat bergelut dengan rumput laut. 

Oleh karena itu Wamen juga berharap kepada Bupati Nunukan Bapak Haji Basri, agar terus mengawal perkembangan yang baik ini, terutama agar produksi terus berkembang dengan harga yang stabil dan menguntungkan.  Maka penciptaan iklim tata niaga yang baik, adil dan sehat perlu terus dilakukan agar usaha rumput laut di Kabupaten Nunukan ini semakin bergairah dan mensejahterakan warganya.  Pak Wamen juga berharap pihak DPRD Kabupaten Nunukan juga mendukung secara politis setiap upaya dalam pengembangan bisnis rumput laut yang maju di masa-masa yang akan datang.   Jika perlu dibuat PERDA yang bisa memayungi usaha bisnis rumput laut ini supaya tetap berkembang dan berkelanjutan.

Wakil Menteri Perindusterian yang didampingi oleh Direktur Jenderal IKM (Ibu Euis) dan Staf Khusus Wamen Bapak Syamsul ini,  juga akan menyambut gembira jika usaha rumput laut ini menghidupkan usaha-usaha hilir yang mengolah menjadi produk yang bernilai tambah.   Seperti yang sering diungkapkan oleh Bupati Nunukan, bahwa sebaiknya rumput laut diolah dulu menjadi bahan setengah jadi sampai dua per tiga jadi dan baru dibawa keluar dari Nunukan.  Jangan terus menerus dibawa dalam bentuk mentah atau gelondongan berupa hanya rumput laut kering saja.   Maka hadirnya Pabrik pengolahan rumput laut di Nunukan oleh investor lokal yaitu PT. Manrapi ini menjadi harapan besar bahwa upaya seperti yang diinginkan Bapak Wamen, Ibu Dirjen IKM dan Bupati Nunukan ini akan lebih cepat terwujud.

Pusat Kaji Terap Teknologi & Pengolahan Rumput Laut

Kawasan Industri Pengolahan rumput laut memang sangat mungkin untuk dikembangkan di Nunukan mengingat alasan sumber bahan baku yang melimpah sepanjang tahun.  Perkembangan yang terus terjadi ini bisa menarik minat banyak pihak untuk masuk ke Nunukan untuk ikut berbisnis rumput laut.  Namun demikian perlu adanya pihak-pihak yang mentrigger  agar arah perkembangannya lebih terarah, sinergis  dan efektif mengembangkan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Nunukan dan sekitarnya. 

Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang berada di wilayah perbatasan negara menjadi sangat strategis untuk dikembangkannya Kawasan Industri Pengolahan Rumput Laut.  Kabupaten Nunukan sering menjadi gula yang mengundang semut-semut untuk datang, atau untuk singgah sebelum dan sesudah menjadi TKI di negeri orang Malaysia.   Banyak mantan TKI yang kemudian memilih Nunukan untuk merubah nasibnya dan kemudian menjadi penduduk Nunukan dan menyatu dengan berbagai usaha yang berkembang di Nunukan.  Masa-masa terakhir ini usaha rumput laut lah yang menjadi andalan kebanyakan para mantan TKI ini untuk mengadu hidup di Nunukan.

Oleh karena itu Penulis menganggap ke depan perlu adanya suatu Pusat Kaji Terap Teknologi & Pengolahan Rumput Laut  di Kabupaten Nunukan ini.   Lembaga ini akan berfungsi sebagai driver yang mengarahkan bagaimana dan kemana industri pengolahan rumput laut ini akan dikembangkan di Kawasan Industri Pengolahan Rumput Laut dan atau di tempat lain di Kabupaten Nunukan.  Bahkan Pusat ini bisa menjadi inspirasi bagi pengembangan teknologi pengolahan rumput laut di sentra-sentra produksi rumput laut di seluruh Indonesia.

Kegiatan kaji terap ini adalah tindak lanjut dari teknologi yang sudah ada baik hasil dari suatu riset ataupun yang sudah dilakukan di daerah lain atau bahkan di negara lain.   Lembaga ini hanya berusaha bagaimana suatu teknologi yang bersifat terapan ini dilakukan oleh masyarakat maupun para pelaku usaha pengolahan rumput laut di Kabupaten Nunukan.   Tentu saja pada saatnya sudah mulai banyak yang bisa merasakan jasa dari lembaga ini, maka juga harus melayani jika ada pihak-pihak yang meminta jasanya untuk melatihkan teknologi pengolahan rumput laut di dalam maupun di luar Kabupaten Nunukan.

Sebagai sentra produksi rumput laut terbesar di kawasan Kalimantan, maka Kabupaten Nunukan sangat leluasa jika ingin mengembangkan berbagai macam industri pengolahan yang berbahan baku rumput laut.  Namun demikian tentu saja ada bahan-bahan lain selain rumput laut yang mendukung industri pengolahan itu.  Maka sebaiknya bahan-bahan lain itu juga dikembangkan di Kabupaten Nunukan, agar kandungan bahan-bahan lokal (local content)  akan lebih dominan.  Kalau local contentnya lebih dominan maka produk tersebut juga akan bisa berdaya saing dan memiliki kekuatan kompetitif maupun kekuatan komparatif.

Adanya Pusat Kajian dan Penerapan Teknologi & Pengolahan Rumput Laut nanti akan mempunyai fungsi yang besar, antara lain :
1.  Tempat uji coba teknologi olahan pangan yang berbahan rumput laut.
2.  Tempat uji coba teknologi olahan rumput laut menjadi produk setengah jadi sampai menjadi tepung karagenan.
3.  Tempat uji coba teknologi pengeringan rumput laut.
4.  Tempat uji coba teknologi pengolahan limbah rumput laut menjadi aneka pupuk organik.
5.  Tempat pelatihan teknologi pengolahan pangan yang berbahan rumput laut.
6.  Tempat pembuatan design kemasan aneka hasil olahan pangan yang berbahan rumput laut.
7.  Tempat uji coba teknologi budidaya rumput laut.
8.  Dan lain-lain.
Dan tidak menutup kemungkinan lembaga ini bisa menjadi Cottonii Research Centre atau CRC.  Maka jika ini bisa diwujudkan akan menjadi icon lain yang membanggakan bagi Kabupaten Nunukan.  Akan banyak tamu luar daerah yang ingin belajar rumput laut ke Nunukan.  Tentu ini juga akan berpengaruh pada ekonomi yang bisa dinikmati masyarakat Nunukan.

Bagaimana menurut Anda?
Salam dari Kota Nunukan yang sebentar lagi menjadi Kota Rumput Laut.....
Aamiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar