KAWASAN INDUSTRI KHUSUS
PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI NUNUKAN
MUNGKINKAH??
Oleh : Ir. H. Dian
Kusumanto
Wakil Menteri
Perindusterian RI yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Alex SW Retraubun MSc. melontarkan
gagasan tentang suatu Kawasan Industri Khusus Pengolahan Rumput Laut. Gagasan brilian itu disampaikannya pada saat
acara Panen Raya Rumput Laut dan Peresmian Peletakan Batu Pertama Pabrik
Pengolahan Rumput Laut dan Tepung Karagenan di Nunukan pada hari Rabu tanggal
15 Januari 2014. Sinyal pendirian
kawasan seperti ini dimungkinkan dan diberikan oleh Undang-undang Perindustrian
yang baru.
Wamen yang jago menyanyi
dengan suara yang melengking ini sempat mencicipi aneka masakan yang diolah
dari rumput laut oleh ibu-ibu petani rumput laut di Kampung Mamolo Desa Tanjung
Harapan Kecamatan Nunukan Selatan. Aneka
masakan itu antara lain adalah :
1.
Mie Rumput
Laut,
2.
Dodol Permen
Rumput Laut,
3.
Manisan
Rumput Laut,
4.
Jelly Drink
Rumput Laut,
5.
Salad Rumput
Laut,
6.
Aneka Keripik
dan Snack Kering Rumput Laut,
7.
Kerupuk
Rumput Laut,
8.
Aneka Kue
Basah Rumput Laut dan tidak ketinggalan
9.
Es Campur
Rumput Laut.
Wamen yang sangat humoris
ini juga sempat menyatakan ketakjubannya melihat dengan mata kepala sendiri
betapa sangat antusiasnya masyarakat di Kampung Mamolo ini menggeluti usaha
rumput laut. Wamen juga membandingkan
dengan usaha serupa yang ada digeluti masyarakat di Maluku Tenggara kampung
halamannya. Pak Alex, begitu panggilan
akrabnya mengira bahwa di kampung halamannya itu usaha rumput laut tidak
terkalahkan dengan daerah lain di Indonesia.
Ternyata Pak Alex mengakui kalau usaha rumput laut di Kabupaten Nunukan
lebih bergairah dan lebih berkembang.
Betapa tidak, sekarang
ini angka produksi rumput laut kering di Kabupaten Nunukan sudah melampaui
angka 1.000 ton rumput laut kering (dried cottoni) setiap bulannya. Angka itu, seperti yang dicatat oleh penulis,
bahkan bisa lebih tinggi lagi kalau melihat banyaknya rumput laut kering yang
diangkut oleh Kapal Laut ke Pare-pare Makasar dan Container Kapal ke Surabaya. Kapal Laut ke Pare-Pare setiap minggunya
mengangkut rumput laut kering bisa lebih dari 2.000 karung. Setiap karung rumput laut bisa mencapai
sekitar 90 kg. Adapun kapal jurusan
Surabaya setiap 2 minggu sekali, biasa mengangkut sekitar 20 container, yang
berisi sekitar 13 ton rumput laut. Jadi
kalau dirata-rata ada sekitar 8.000 karung atau seberat 720 ton rumput laut
kering per bulan yang diangkut ke Sulawesi.
Sedang yang ke Surabaya ada sekitar 40 container atau 520 ton setiap bulan. Maka kalau dijumlahkan yang keluar dari
Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, baik yang ke Makassar lewat Pare-Pare maupun yang
ke Surabaya dapat mencapai 1.240 ton setiap bulannya.
Ekonomi kerakyatan di Nunukan bergairah karena
Rumput Laut
Bapak Wamen juga sangat
senang dengan maraknya ekonomi kerakyatan yang berkembang dengan komoditi
rumput laut ini. Jika harga rumput laut
seperti sekarang ini yang mencapai hingga Rp 15.000 per kg, maka berarti ada uang
Rp 15 Milyard setiap bulan yang berputar di bisnis rumput laut ini. Ini merupakan nilai yang sungguh sangat
menghidupkan ekonomi rakyat wilayah pesisir dan pantai di Kabupaten
Nunukan. Bapak Alex yakin jika angka ini
akan terus berkembang jika semua pihak mendukung terus usaha rumput laut
ini. Potensi yang sesungguhnya baru
sekitar sepertiganya yang dikelola, masih mungkin untuk melipatgandakan sampai
tiga kali lipatnya hingga angka produksi 3.000 ton per bulan. Tentu ekonomi kerakyatan akan turut
berkembang dengan sendirinya.
Sepanjang jalan masuk di
Kampung Mamolo, Wamen juga menyaksikan semua warga sedang beraktifitas dengan
rumput laut. Ada beberapa jenis
aktifitas masyarakat rumput laut di Kampung Mamolo tersebut, yaitu :
1.
Ada yang
sedang memperbaiki tali bentangan,
2.
Kelompok
ibu-ibu yang sedang memasang bibit rumput laut di tali bentangan,
3.
Masyarakat
yang sedang bekerja melakukan pekerjaan pengeringan rumput laut pada para-para
kayu di atas laut,
4.
Tumpukan tali
bentangan dan botol-botol bekas air minum kemasan yang teronggok di depan, di
samping rumah maupun jalan-jalan di sepanjang kampung,
5.
Gerobak yang
mengangkut tumpukan karung berisi rumput laut kering,
6.
Ada beberapa
truk yang sedang antri di depan sebuah gudang yang berisi tumpukan karung
plastik,
7.
Dan lain-lain.
Semua aktifitas
masyarakat ini menunjukkan betapa asyiknya masyarakat bergelut dengan rumput
laut.
Oleh karena itu Wamen
juga berharap kepada Bupati Nunukan Bapak Haji Basri, agar terus mengawal
perkembangan yang baik ini, terutama agar produksi terus berkembang dengan
harga yang stabil dan menguntungkan.
Maka penciptaan iklim tata niaga yang baik, adil dan sehat perlu terus
dilakukan agar usaha rumput laut di Kabupaten Nunukan ini semakin bergairah dan
mensejahterakan warganya. Pak Wamen juga
berharap pihak DPRD Kabupaten Nunukan juga mendukung secara politis setiap
upaya dalam pengembangan bisnis rumput laut yang maju di masa-masa yang akan
datang. Jika perlu dibuat PERDA yang
bisa memayungi usaha bisnis rumput laut ini supaya tetap berkembang dan
berkelanjutan.
Wakil Menteri
Perindusterian yang didampingi oleh Direktur Jenderal IKM (Ibu Euis) dan Staf
Khusus Wamen Bapak Syamsul ini, juga
akan menyambut gembira jika usaha rumput laut ini menghidupkan usaha-usaha
hilir yang mengolah menjadi produk yang bernilai tambah. Seperti yang sering diungkapkan oleh Bupati
Nunukan, bahwa sebaiknya rumput laut diolah dulu menjadi bahan setengah jadi
sampai dua per tiga jadi dan baru dibawa keluar dari Nunukan. Jangan terus menerus dibawa dalam bentuk
mentah atau gelondongan berupa hanya rumput laut kering saja. Maka hadirnya Pabrik pengolahan rumput laut
di Nunukan oleh investor lokal yaitu PT. Manrapi ini menjadi harapan besar
bahwa upaya seperti yang diinginkan Bapak Wamen, Ibu Dirjen IKM dan Bupati Nunukan
ini akan lebih cepat terwujud.
Pusat Kaji Terap Teknologi &
Pengolahan Rumput Laut
Kawasan Industri
Pengolahan rumput laut memang sangat mungkin untuk dikembangkan di Nunukan
mengingat alasan sumber bahan baku yang melimpah sepanjang tahun. Perkembangan yang terus terjadi ini bisa
menarik minat banyak pihak untuk masuk ke Nunukan untuk ikut berbisnis rumput
laut. Namun demikian perlu adanya
pihak-pihak yang mentrigger agar arah perkembangannya lebih terarah,
sinergis dan efektif mengembangkan
ekonomi kerakyatan di Kabupaten Nunukan dan sekitarnya.
Kabupaten Nunukan sebagai
daerah yang berada di wilayah perbatasan negara menjadi sangat strategis untuk
dikembangkannya Kawasan Industri Pengolahan Rumput Laut. Kabupaten Nunukan sering menjadi gula yang
mengundang semut-semut untuk datang, atau untuk singgah sebelum dan sesudah
menjadi TKI di negeri orang Malaysia.
Banyak mantan TKI yang kemudian memilih Nunukan untuk merubah nasibnya
dan kemudian menjadi penduduk Nunukan dan menyatu dengan berbagai usaha yang
berkembang di Nunukan. Masa-masa
terakhir ini usaha rumput laut lah yang menjadi andalan kebanyakan para mantan
TKI ini untuk mengadu hidup di Nunukan.
Oleh karena itu Penulis
menganggap ke depan perlu adanya suatu Pusat
Kaji Terap Teknologi & Pengolahan Rumput Laut di Kabupaten Nunukan ini. Lembaga ini akan berfungsi sebagai driver yang
mengarahkan bagaimana dan kemana industri pengolahan rumput laut ini akan
dikembangkan di Kawasan Industri Pengolahan Rumput Laut dan atau di tempat lain
di Kabupaten Nunukan. Bahkan Pusat ini
bisa menjadi inspirasi bagi pengembangan teknologi pengolahan rumput laut di
sentra-sentra produksi rumput laut di seluruh Indonesia.
Kegiatan kaji terap ini
adalah tindak lanjut dari teknologi yang sudah ada baik hasil dari suatu riset
ataupun yang sudah dilakukan di daerah lain atau bahkan di negara lain. Lembaga ini hanya berusaha bagaimana suatu
teknologi yang bersifat terapan ini dilakukan oleh masyarakat maupun para
pelaku usaha pengolahan rumput laut di Kabupaten Nunukan. Tentu saja pada saatnya sudah mulai banyak
yang bisa merasakan jasa dari lembaga ini, maka juga harus melayani jika ada
pihak-pihak yang meminta jasanya untuk melatihkan teknologi pengolahan rumput
laut di dalam maupun di luar Kabupaten Nunukan.
Sebagai sentra produksi
rumput laut terbesar di kawasan Kalimantan, maka Kabupaten Nunukan sangat
leluasa jika ingin mengembangkan berbagai macam industri pengolahan yang
berbahan baku rumput laut. Namun
demikian tentu saja ada bahan-bahan lain selain rumput laut yang mendukung
industri pengolahan itu. Maka sebaiknya
bahan-bahan lain itu juga dikembangkan di Kabupaten Nunukan, agar kandungan
bahan-bahan lokal (local content) akan lebih dominan. Kalau local
contentnya lebih dominan maka produk tersebut juga akan bisa berdaya saing
dan memiliki kekuatan kompetitif maupun kekuatan komparatif.
Adanya Pusat Kajian dan
Penerapan Teknologi & Pengolahan Rumput Laut nanti akan mempunyai fungsi
yang besar, antara lain :
1.
Tempat uji
coba teknologi olahan pangan yang berbahan rumput laut.
2.
Tempat uji
coba teknologi olahan rumput laut menjadi produk setengah jadi sampai menjadi
tepung karagenan.
3.
Tempat uji
coba teknologi pengeringan rumput laut.
4.
Tempat uji
coba teknologi pengolahan limbah rumput laut menjadi aneka pupuk organik.
5.
Tempat
pelatihan teknologi pengolahan pangan yang berbahan rumput laut.
6.
Tempat
pembuatan design kemasan aneka hasil olahan pangan yang berbahan rumput laut.
7.
Tempat uji
coba teknologi budidaya rumput laut.
8.
Dan
lain-lain.
Dan tidak menutup
kemungkinan lembaga ini bisa menjadi Cottonii Research Centre atau CRC. Maka jika ini bisa diwujudkan akan menjadi
icon lain yang membanggakan bagi Kabupaten Nunukan. Akan banyak tamu luar daerah yang ingin
belajar rumput laut ke Nunukan. Tentu
ini juga akan berpengaruh pada ekonomi yang bisa dinikmati masyarakat Nunukan.
Bagaimana menurut Anda?
Salam dari Kota Nunukan
yang sebentar lagi menjadi Kota Rumput Laut.....
Aamiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar