Jumat, 29 November 2013

PROSPEK BISNIS RUMPUT LAUT DI PULAU BANGKA



AWAL MENUJU KEMANDIRIAN RUMPUT LAUT PULAU BANGKA

Penulis : Ardiansyah Kurniawan (Dosen FPPB UBB) 
 
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan rumput laut. Hal ini dibuktikan dengan adanya potensi rumput laut alami yang masih melimpah. Lokasi perairan sebagai habitat rumput laut alami, dapat dipastikan merupakan lokasi yang sangat ideal untuk membudidayakan rumput laut. Namun proses pembudidayaan rumput laut di propinsi Kepulauan Bangka Belitung masih tersendat-sendat.

Rumput laut merupakan salah satu target pemerintah pusat dibidang perikanan dengan tonnage mencapai 10 juta ton pada tahun 2014. Target nasional ini dibebankan pada ke-33 propinsi se-Indonesia dengan tetap menyesuaikan kondisi perairan yang dimiliki propinsi-propinsi tersebut. Beberapa propinsi diantaranya Maluku, Maluku Utara, kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Propinsi di pulau jawa merupakan propinsi dengan potensi rumput laut yang tinggi.

Budi Daya Rumput Laut dengan Sistem Inti Plasma
 Langkah awal yang cukup menarik dilakukan pemerintah bersama perbankan dan pihak swasta untuk membudayakan budidaya rumput laut  pada masyarakat propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pihak perbankan dan swasta memberikan stimulan untuk memulai budidaya rumput laut dengan area yang cukup luas yaitu 1 hektar per kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas 5 kepala keluarga. Beberapa kelompok ini diharapkan mampu mandiri dan mencapai hasil yang ditargetkan yaitu sebanyak 30 ton per hektar. Masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari dan jenis Eucheuma cottonii strain jumbo yang mampu mencapai 2 kg per rumpun, menjadikan budidaya rumput laut potensial menjadi alternatif pasca penambangan timah.

Sistem inti plasma yang diberikan dapat menjamin seluruh hasil budidaya rumput laut dapat dipasarkan dan ditampung oleh perusahaan inti. Hal ini menghapus kegalauan petani – petani rumput laut sebelumnya yang mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil pembudidayaannya setelah mencapai masa panen.

Penambangan Timah vs Pembudidayaan Rumput Laut
Masyarakat BangkaBelitungyang sejak lama terbuai potensi timah yang melimpah, sedikit demi sedikit mulai was-was akan semakin turunnya hasil penambangan timah mereka akibat jumlah timah yang semakin berkurang. Jika pendapatan menambang timah mulai menurun dari nilai yang diharapkan, ada baiknya memperhatikan potensi budidaya rumput laut berikut.
Dalam pembudidayaan rumput laut, modal awal hanya berupa tambang (tali), jangkar dan bibit rumput laut. Bibit tidak memerlukan pembelian lagi jika kondisinya masih sehat, sebab dari hasil panen, sebagian dapat digunakan sebagai bibit-bibit baru lagi untuk proses pembudidayaan berikutnya. Sehingga setelah modal awal terpenuhi, modal tambahan sangat minim dibutuhkan.Pemeliharaan rumput laut tidak membutuhkan pupuk, pakan dan lain-lainnya. Semua kebutuhan rumput laut disediakan oleh alam yaitu laut.Proses perawatan juga ringan, dengan dilakukan pembersihan disekitar pembudidayaan rumput laut untuk memaksimalkan pertumbuhan rumput laut.Lahan pembudidayaan rumput laut di kepulauan Bangka Belitung terbuka luas. Masih banyak lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut dan belum dimanfaatkan.

Dengan berbagai kemudahan pembudidayaan rumput laut, selanjutnya setiap hektar menghasilkan 30 ton rumput laut basah, dan jika setiap kg rumput laut basah bernilai   Rp. 1000,- (perkiraan harga minimal) maka setiap kelompok petani rumput laut menghasilkan 30 juta rupiah setiap 45 hari dibagi 5 anggota. Pendapatan akan semakin besar jika masing-masing anggota mampu memiliki sendiri area pembudidayaan rumput laut.

Permasalahan dan harapan kluster agribisnis rumput laut
Beberapa masalah yang ditemui pada bisnis rumput laut yang banyak di budidayakan di perairan pantai di Indonesia, secara garis besar ada di tingkat petani (on farm) dan di tingkat industri pengolahan (off farm).  Di Tingkat Petani terdapat permasalahan kurangnya pengetahuan budidaya yang baik, kurangnya ketersediaan bibit yang baik, sulit akses ke sumber modal, buruknya proses pengeringan dan pasar yang masih banyak bergantung pada pedagang pengumpul.

Permasalahan pada tingkat Industri Pengolahan adalah ketersediaan jumlah rumput laut kering sebagai bahanbakuproduksi yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan, kualitas rumput laut kering yang sering kurang baik, kurang adanya dukungan yang baik dari pihak perbankan.

Harapan dilakukannya pengembangan agribisnis rumput laut dengan menggunakan model klaster bisnis adalah:
 Membangun agribisnis rumput laut yang tangguh yang pelaku utamanya adalah UKM.Memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditi rumput lautMenciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terutama masyarakat pesisir.Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan/petani budidaya rumput laut serta masyarakat lainnya yang terlibat

 Merintis kluster Rumput Laut pada 2012?
Menilik permasalahan dan harapan dalam agribisnis rumput laut diatas, pembudidayaan rumput laut dalam jumlah besar-besaran di propinsi Kepulauan Bangka Belitung bukan tidak mungkin menimbulkan masalah.  Tonage rumput laut yang besar tidak dapat hanya mengandalkan perusahaan-perusahaan pengumpul dan perusahaan inti. Dominasi perusahaan pengumpul dapat menciptakan sebuah monopoli penampungan rumput laut hasil budidaya yang tentunya akan berefek pada penentuan harga jual rumput laut yang dikendalikan pengumpul. Maka ketika pembudidayaan rumput laut besar-besaran sebagai industri hulu mulai dirintis, maka perlu dirintis juga industri hilir.

Ketika industri hulu dan hilir terbentuk, maka terciptalah sebuah kulster rumput laut dimana dalam satu wilayah yaitu kepulauan Bangka Belitung dapat melepaskan ketergantungan pada industri lain untuk memaksimalkan potensi. Industri hulu berupa budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut basah. Selanjutnya dibutuhkan industri hilir yang memanfaatkan hasil panen rumput laut, mulai dari pengeringan rumput laut dan pembuatan Semi Refine Karagenan  (SRC) yang dapat dilakukan dalam home industri dan menarik investasi untuk mendirikan perusahaan pemroduksi karagenan yang memanfaatkan bahan baku baik rumput laut segar dari pembudidaya maupun rumput laut kering dan SRC dari home industri atau UMKM-UMKM.

Pada tahun 2011, hasil panen budidaya rumput laut dari program inti plasma mulai melimpah. Tahun itulah saat yang tepat  untuk merintis industri hilir berbahanbakurumput laut sebagai rintisan bahkan awal berdirinya kluster rumput laut di propinsi kepulauan Bangka Belitung. Perlu kerjasama antara pemerintah daerah melalui dinas perikanan dan kelautan baik propinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun kota dan kabupaten di wilayah propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan pihak akademisi serta investor bidang rumput laut untuk mengawali dan merintis industri hilir rumput laut guna menuju kluster rumput laut.


Sumber Website : http://ardiansyah.ubb.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar