Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto
Ini terjadi lagi di
Nunukan, yaitu banyak petani rumput laut gantung tali. Tapi bedanya dengan yang terjadi sebelumnya,
sekarang pada saat harga rumput laut naik hingga Rp 14.000/kg, justru terjadi
lagi tali rumput laut yang ‘dihiasi’ botol-botol bekas air kemasan 1500 ml itu
teronggok di sekitar rumah petani.
Banyak tali yang sedang menunggu untuk dilakukan pemeliharaan dan
pengikatan bibit sebelum tali-tali itu diturunkan lagi ke laut. Rupanya tali-tali itu
sedang mengantri menunggu giliran dari para pekerja pemeliharaan dan pengikatan
atau pemasangan bibit rumput laut.
Karena harga rumput laut kering sedang tinggi, maka sekarang banyak
petani menambah lagi tali-tali bentangan yang baru. Banyak juga para petani yang dulu sempat
tidak aktif menjadi berminat lagi untuk turun ke laut mananam kembali tali-tali
yang dimilikinya. Bahkan banyak juga
pemain-pemain baru yang muncul memanfaatkan momentum kenaikan harga yang
lumayan tinggi ini.
Dulu, saat harga rumput
laut sedang drop hingga harga Rp 5.000-an per kg, banyak petani yang tidak
bergairah dan memutuskan untuk menggantung talinya. Bahkan banyak tali-tali yang dijual murah
karena dianggap usaha rumput laut kurang menguntungkan lagi. Banyak petani yang menjual seluruh investasi
yang sudah ditanamkan waktu-waktu sebelumnya, seperti tali bentangan, fondasi,
jemuran bahkan perahu untuk operasionalnya.
Petani yang seperti ini biasanya petani investor yang sebenarnya usaha
rumput laut ini adalah usaha tambahan atau bahkan hanya sebagai usaha
sampingan. Namun bagi petani yang memang
sehari-harinya mengandalkan diri hanya
sebagai nelayan atau petani rumput laut saja, biasanya tetap bertahan dan terus
menekuni pekerjaan satu-satunya ini meskipun hasilnya belum menggembirakan.
Dari perjalanan mulainya
pengembangan Rumput Laut pada tahun 2008, atau selama 5 tahun ini, sekaranglah
harga rumput laut mencapai kenaikan yang paling tinggi. Pada masa awal dulu sulit sekali mencari
pembeli rumput laut, namun waktu itu petani terus mengembangkan hasil panennya
untuk dikembangkan lagi. Karena waktu
itu masih sambil mencari siapa pembeli atau mau dijual dimana produksi rumput
lautnya. Seiring berjalannya waktu,
pedangang pengumpulpun bermunculan. Para
peluncur pun saling bersaing mencari patner para eksportir ataupun sekedar
broker yang mengaku eksportir ataupun orangnya pabrik.
Pada era 2008 sampai
dengan 2011 sebenarnya termasuk masa-masa dimana usaha rumput laut di Nunukan
ini masih labil dan kacau. Masih belum
jelas apa pola yang pas diterapkan, siapa yang melakukan, apa yang harus
dilakukan oleh para pemangku kebijakan.
Semua seolah masih belajar dan belum jelas. Saat-saat itu banyak pedagang yang merugi dan
hengkang, banyak peluncur yang babak belur, banyak petani yang terpaksa harus
berhenti. Ternyata ini seleksi
alam. Petani yang asli ternyata masih
saja membuang tali, pedagang yang gigih
masih tetap berjalan meski tertatih, pihak pemerintah pun terus bergerak
mencari peluang untuk berkiprah.
Banyak investor yang
masuk dan berjanji akan membuat industri disini, banyak juga yang akhirnya
ketakutan dan tidak berani. Karena kalau
tidak bernyali dia akan menyimpang sendiri.
Petani akhirnya harus menyadari, bahwa mereka harus bangkit dan
mandiri. Hingga ada saat dimana BI datang
memberi solusi. Dinas Kelautan dan
Perikanan beraksi dan bersinergi bersama tenaga teknis lapangan dan para
petani. Kelompok tani diberdayakan,
Gapokan diintensifkan. Dihubungkan dengan pihak perbankan untuk mendapatkan
modal suntikan.
Pabrik dan para eksportir
pun dikenalkan. Aturan main bermitra pun
dipahamkan. Cara kerja pengeringan pun
dikembangkan, sehingga Gapokan pun bisa langsung berhadapan dengan eksportir
dan pabrikan. Akhirnya banyak rantai
perdagangan yang dipendekkan, peranan peluncur dan pedagang perantara pun
dikurangkan. Upaya ini ternyata dapat
dirasakan, dengan meningkatnya harga dan permintaan. Petani kemudian kembali digairahkan, karena
harga yang bagus dan sangat memuaskan. Tapi
perlu disadari oleh para petani, bahwa itu terjadi karena mutu produksi, yang
selama ini sudah baik diakui.
Pada saat harga sedang
bagus sekarang ini, sebenarnya terjadi karena beberapa sebab, antara lain
sebagai berikut :
1. Mata rantai perdagangan rumput laut lebih
pendek
2. Permainan para peluncur dan pedagang lokal
sudah semakin kurang
3. Petani
lebih kompak dan melembaga dalam kelompok tani, Gapoktan dan Koperasi sehingga
tidak mudah dipengaruhi oleh para pembeli yang menawarkan harga rendah.
4. Banyak Eksportir,
Pabrikan yang langsung mengirim orangnya ke Nunukan, mereka saling bersaing
untuk mendapatkan jaminan barang untuk kelangsungan pabrik atau kuota
ekspornya.
5.
Bergaining position petani rumput laut Nunukan meningkat, bisa jadi
modal petani sudah lumayan ada untuk menahan diri menjual hasil rumput lautnya
sampai bertemu pedagang yang menawarkan harga lebih tinggi.
6. Mutu
rumput laut Nunukan relatif bagus, kadar kotoran minimal, rendemen keraginan
cukup tinggi, gell strength tinggi.
Hal ini semakin menyenangkan pada pabrikan dan eksportir.
7. Produksi
rumput laut Nunukan relatif stabil dan kontinyu sepanjang tahun, dengan jaminan
selalu adanya barang setiap saat.
8. Saat ini
banyak daerah sentra rumput laut sedang gagal panen sehingga pasokan ke pedagang
berkurang. Supply dan demand terganggu, permintaan tinggi pasokan yang
kurang.
9.
Permintaan rumput laut dari luar negeri sebakin banyak menyebabkan demand
tinggi.
10. Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US
Dollar melemah, sehingga dalam hitungan Rupiah harga rumput laut juga
meningkat.
11. dll.
Pendapatan dari upah pemasangan
bibit ikut meningkat
Kalau dulu upah pasang
bibit di tali bentangan rumput laut itu hanya Rp 5.000 per tali, sekarang sudah
naik menjadi hingga Rp 7.000- 8.000 per tali.
Bahkan ada beberapa petani yang terpaksa menerima atau memberi upah
sampai Rp 10.000 per tali. Para pekerja
jasa pasang bibit biasanya adalah para ibu-ibu dan anak-anak nelayan atau
ibu-ibu petani yang rumahnya dekat dengan pantai dan kampung nelayan. Para pemasang bibit rumput laut yang dominan
adalah para ibu-ibu, namun demikian ada juga kaum bapak-bapak dan anak-anak
yang juga ikut memanfaatkan peluang pekerjaan yang lumayan hasilnya ini.
Seorang ibu yang
melakukan pemasangan bibit dari pagi hingga sore hari sambil mengurusi anak
atau pekerjaan lain di rumahnya, rata-rata bisa mendapatkan 10-15 tali
bentangan. Dulu pada saat upahnya Rp
5.000 per tali, pendapatan pasang tali sebagai pekerjaan sampingan ini sudah mampu
mengumpulkan pendapatan tambahan antara Rp 50.000 sampai Rp 75.000 per
hari. Sekarang pada saat harga upah
menjadi Rp 8.000 per tali, maka pendapatan seorang ibu nelayan yang memasang
tali menjadi lebih tinggi, yaitu antara Rp 80.000 sampai Rp 120.000 per hari. Kalau dalam satu bulan dilakukan 25 hari
kerja, maka pendapatan tambahan per bulan seorang ibu pemasang bibit bisa
mencapai Rp 2 sampai Rp 3 juta-an.
Demikian juga bagi
anak-anak yang juga ikut menjadi pemasang bibit rumput laut. Di daerah sentra rumput Nunukan seperti di
Desa Tanjung Harapan Kampung Mamolo, bisa dikatakan tidak ada pengangguran
disana. Sebaliknya, malah banyak
pendatang yang datang kesana untuk ikut bekerja sebagai pembantu petani rumput
laut. Karena kalau petani sudah memiliki
banyak tali bentangan, maka pasti mereka harus dibantu tenaga keluarganya, anak
maupun istrinya. Kalau jumlah tali
bentangannya lebih banyak lagi, tentu volume kerjanya semakin banyak dan akan
mengalami kewalahan. Maka mau tidak mau
harus mengundang tenaga bantu dari luar keluarganya.
Para petani biasanya
menarik keluarganya dulu dari kampung halaman, tetangganya di kampung yang
sedang mencari pekerjaan. Banyak juga
yang merekrut mantan TKI dari Malaysia yang sudah tidak kembali menjadi TKI,
atau ada juga para TKI yang mengalami deportasi yang memerlukan pekerjaan guna
mengumpulkan dana untuk biaya pulang kampung.
Namun banyak juga eks TKI yang akhirnya betah bekerja bersama petani
rumput laut di Nunukan ini. Banyak juga
eks TKI yang akhirnya berhasil mempunyai lahan penanaman rumput laut dan
memiliki rumah dan usaha rumput laut di Nunukan ini.
Di sentra produksi rumput
laut Nunukan uang yang beredar di masyarakat relatif cukup tinggi, sehingga
menyebabkan daya beli masyarakat juga lumayan tinggi. Pendapatan yang tinggi meningkatkan daya
konsumtif dan budaya konsumeristik baru.
Anak-anak sekolah sudah mampu membeli HP baru dengan hasil kerjanya
memasang tali rumput laut. Anak-anak
sekolah setingkat SMP dan SMA sudah berani membeli atau dibelikan oleh orang
tuanya sepeda motor. Para pemuda desa
itu malah banyak yang membeli motor-motor bagus yang mungkin dulu pernah jadi
impiannya. Motor Sport dengan CC besar
pun bahkan sudah banyak ditemui disana.
Upaya mengatasi menurunnya
produktivitas tali rumput laut
Kalau tali banyak
menggantung dan tidak segera turun kembali ke laut, maka itu artinya tali
sedang istirahat dari siklus berproduksi. Kalau sampai misalnya tali bentangan ini beristirahat
selama 2 minggu (15 hari) itu artinya sepertiga masa sudah disia-siakan. Kalau sebulan bisa menghasilkan 800 ton, maka
setengahnya atau 400 ton sedang disia-siakan.
Hal inilah yang kita sebut sebagai upaya mengefektifkan tali
bentangan. Karena tali bentangan adalah
alat utama produksi rumput laut. Jika
alat utama produksi ini beristirahat (tidak turun di laut), maka sebenarnya
petani rugi.
Sebelum membahas
produktifitas tali rumput laut, ada baiknya kita mengetahui dulu perjalanan
sang tali bentangan rumput laut itu dari tahap-tahap kejadian perkaranya. Tahap-tahap apa, bagaimana, siapa, dimana dan
berapa dilakukan, perlu kita pahami secara rinci agar semakin jelas duduk
perkaranya.
Mari kita lihat bagaimana
siklus tali bentangan rumput laut yang selama ini terjadi. Kronologi tahap-tahap kejadian terhadap tali
bentangan dan lamanya tahap-tahap itu terjadi digambarkan sebagai berikut :
1. Pemasangan Baru
Uraian Tahapan
|
Pelaku dan tempat
perlakuan
|
Lama perlakuan (hari)
|
1. Beli tali dan bahan lainnya
|
Petani / Pemilik
|
1-2 hari
|
2. Pemotongan tali
|
Petani / Pemilik
|
1 hari
|
3. Pemasangan tali cincin
|
Pekerja / Petani
|
1 minggu
|
4. Pemasangan botol
|
Pekerja / Petani
|
2 hari
|
5. Pengambilan dan Pemasangan bibit
|
Pekerja / Petani
|
1-2 hari
|
6. Perlakuan bibit
|
Petani / Pemilik
|
|
7. Pengangkutan bibit ke laut dan pemasangan di
fondasi
|
Petani / Pemilik
|
Pada pemasangan tali
bentangan yang baru, yang paling lama adalah masa pemasangan tali cincin, yaitu
tali kecil untuk mengikatkan bibit rumput laut nanti. Setelah itu adalah pemasangan botol pelampung
yang terbuat dari bekas botol minuman air mineral yang berukuran 1500 ml atau
1,5 liter. Kalau Tali bentangan sudah
terpasang tali cincin dan botol pelampung, maka siklus selanjutnya sama dengan
perlakuan tali yang lama atau yang sudah ditanami rumput laut sebelumnya. Namun bedanya adalah jika tali lama masih
perlu tahap pembersihan dari kotoran, perlu di’servis’ untuk penggantian atau
penyambungan tali bentang, perbaikan tali cincin dan penggantian botol yang
bocor, dan lain-lain.
2. Pemasangan Tali Lama
Uraian Tahapan
|
Pelaku dan tempat
perlakuan
|
Lama perlakuan (hari)
|
1. Pengambilan tali dari laut
|
Petani / Pemilik
|
1-2 hari
|
2. Pengambilan/purut hasil rumput laut
|
Petani / Pemilik
|
1 hari
|
3. Pembersihan tali
|
Pekerja / Petani
|
1 minggu
|
4. Pemeliharaan tali : perbaikan tali cincin dan
botol
|
Pekerja / Petani
|
2 hari
|
5. Pengambilan dan Pemasangan bibit
|
Pekerja / Petani
|
1-2 hari
|
6. Perlakuan bibit
|
Petani / Pemilik
|
|
7. Pengangkutan bibit ke laut dan pemasangan di
fondasi
|
Petani / Pemilik
|
Menghitung jumlah tali bentangan
dari jumlah produksi
Produksi rumput laut
Nunukan menurut laporan terbaru sudah mencapai rata-rata 750 ton per
bulan. Kalau dihitung rata-rata produksi
per hari berarti ada sekitar 25 ton per
hari. Untuk menghitung proyeksi jumlah
tali bentangan, perlu diketahui angka rata-rata hasil rumput laut kering untuk
setiap tali bentangan. Hasil dari tiap
tali bentangan tergantung dari panjang atau pendeknya tali, karena semakin panjang tali maka akan semakin
banyak bibit yang dipasang. Penggunaan
ukuran panjang tali ini biasanya dipengaruhi oleh sistem budidayanya. Ada sistem tali fondasi, dan sekarang ada
model yang sekarang banyak dipilih,
yaitu sistem tali jangkar. Namun bisa
dikatakan rata-rata panjang tali itu sekitar 20-25 meter. Meskipun demikian ada juga petani yang
menggunakan tali lebih pendek yaitu dalam kisaran 15-20 meter.
Produktivitas rumput laut
juga dipengaruhi oleh tempat dimana ditanam.
Karena untuk tempat-tempat tertentu pengaruh arus sungai yang membawa
air tawar dari daratan akan mempengaruhi tingkat salinitas (kadar garam) tempat
dimana rumput laut dibudidayakan. Pada
musim dimana air tawar melimpah yang terjadi sekitar bulan 4 (April) dan bulan
7 (Juli), lokasi penanaman rumput laut
yang berhadapan dengan muara sungai biasanya akan banyak mengalami gagal panen. Gagal panen itu disebabkan adanya penyakit
yang disebut Ais-ais (Ice-ice) yang bila menyerang rumput
laut bisa menyebabkan kerontokan atau putusnya rumput laut. Apalagi jika arus gelombangnya agak besar
maka kerontokan itu bisa menyebabkan petani gagal panen dan mengalami kerugian
yang banyak.
Namun demikian jika lewat
masa tersebut, daerah yang berhadapan dengan muara dapat memberikan
produktivitas yang paling tinggi. Ini
disebabkan karena nutrisi yang diserap rumput laut akan lebih banyak karena
kiriman mineral dari daratan yang terbawa oleh air tawar dari sungai-sungai
daratan besar. Pada tingkat salinitas
yang aman dan kandungan mineral yang kaya dari daratan yang bertemu dengan arus
laut yang membawa salinitas tinggi dari laut lepas, membuat kondisi tempat
budidaya rumput laut menyediakan segala keperluan untuk berkembangnya rumput
laut lebih cepat.
Pada saat-saat yang baik
petani bisa memperoleh 10-20 kg rumput laut kering per tali bentangan. Namun banyak juga petani yang hanya
memperoleh hasil antara 5-8 kg rumput laut per tali bentang. Kalau kita ambil rata-rata produksi sekitar
10 kg per tali bentangan, maka dari rata-rata produksi 25 ton rumput laut
kering per hari itu berasal dari hasil panen sekitar 2.500 tali bentangan
setiap harinya. Maka sama saja artinya
bahwa setiap hari juga terjadi pemasangan bibit untuk 2.500 tali. Kalau setiap orang itu punya kemampuan
rata-rata memasang bibit untuk 10 tali per hari, maka diperlukan 250 orang
pengikat bibit, baik dari kaum ibu-ibu atau anak-anak. Kalau kemampuan rata-rata pemasangan bibit
itu 12,5 tali/hari/orang, maka diperlukan 200 orang yang khusus untuk menanam
bibit.
Jika kondisinya
berbeda-beda maka bisa disusun sebagaimana tabel berikut ini.
Produksi total kawasan (kg/hari)
|
Produksi RLK (kg/tali)
|
Jumlah (proyeksi) tali/hari
|
Kapasitas pasang bibit (tali/org/hari)
|
Jumlah kebutuhan pemasang bibit (orang)
|
25.000
|
20
|
1.250
|
20
|
25.000/20/20 = 63
|
25.000
|
20
|
1.250
|
15
|
25.000/15/20 = 85
|
25.000
|
20
|
1.250
|
10
|
25.000/10/20 = 125
|
25.000
|
15
|
1.665
|
20
|
25.000/20/15 = 85
|
25.000
|
15
|
1.665
|
15
|
25.000/15/15 = 110
|
25.000
|
15
|
1.665
|
10
|
25.000/10/15 = 170
|
25.000
|
10
|
2.500
|
20
|
25.000/20/10 = 125
|
25.000
|
10
|
2.500
|
15
|
25.000/15/10 = 170
|
25.000
|
10
|
2.500
|
12,5
|
25.000/10/10 = 200
|
25.000
|
10
|
2.500
|
10
|
25.000/10/10 = 250
|
25.000
|
5
|
5.000
|
20
|
25.000/20/5 = 250
|
25.000
|
5
|
5.000
|
15
|
25.000/15/5 = 340
|
25.000
|
5
|
5.000
|
10
|
25.000/10/5 = 500
|
Sedangkan jumlah
perkiraan tali yang sedang dikembangkan para petani se Kabupaten Nunukan itu
bisa dihitung dari jumlah tali dalam setiap harinya dikalikan dengan rata-rata
umur panen atau lamanya pemeliharaan sampai panennya rumput laut. Anjuran teknis untuk lama pemeliharaan yaitu
selama 45-55 hari, karena di umur inilah
laju pertumbuhan rumput laut sudah dianggap optimal dan kadar keraginannya juga
sudah dianggap sudah cukup bagus. Namun
ada pula petani yang memanen setelah masa 2 bulan atau 60 hari. Dan sebaliknya, banyak pula yang memanen
rumput lautnya kurang dari 45 hari.
Barangkali karena mereka butuh dana atau nggak sabar karena harga jual
sudah cukup tinggi. Kalau diambil
rata-rata masa pemeliharaan ini selama 50 hari, maka ada 2.500 tali/hari x 50
hari = 125.000 tali bentangan. Jika
diperkirakan ada 5.000 tali bentangan setiap harinya, maka ada 250.000 tali
bentangan.
Peluang untuk mendirikan Koperasi
Jasa Pemasangan Bibit Rumput Laut
Dengan menumpuknya
tali-tali bentangan rumput laut yang menunggu untuk di’servis’, dirawat,
diganti botolnya, diganti tali cincin serta pemasangan bibit, dimana belum
tersedia tenaga yang menanganinya.
Masing-masing petani tentu mengutamakan tali bentangannya masing-masing,
sehingga tidak mungkin untuk disewa tenaganya memasang tali dari petani
lain. Karena jumlah tali semakin
berlipat yang akan diturunkan, maka tenaga yang ada jadi kewalahan dalam meyediakan waktu untuk tambahan tali yang ada.
Dalam hal tradisi
menyiapkan bibit rumput laut, para petani biasanya mengambil sumber bibit dari
hasil budidaya yang sedang dipanen atau yang disediakan secara khusus. Kalau akan menanam 10 tali bentang, maka yang
akan disiapkan sebagai calon bibit adalah sebanyak 1 tali bentang yang sudah
dipelihara atau sepersepuluh dari jumlah tali bentangan. Sedangkan sumber bibit yang dianjurkan adalah
dari rumput laut yang baik dengan umur minimal 25-30 hari. Namun banyak juga petani yang mengabaikan
saja umur rumput laut yang dibuat bibit,
kadang kala disiapakan sembarangan saja pada umur panen yang bisa lebih
dari 40-45 hari.
Calon bibit rumput laut
biasanya diambil pada pagi hari sekali atau sehabis subuh. Kemudian dikirim ke tempat pemasangan bibit
hingga siang atau sore hari sekitar jam 4 sore, untuk dibawa dan disimpan
didalam perahu dan dijaga dengan ditutup terpal, agar tidak terkena matahari,
angin yang berlebihan serta hujan yang mungkin turun. Sebab jika bibit terkena air tawar ataupun
air payau dengan
Maka jika kegairahan
petani selama ini meningkatkan jumlah tali hingga 25-50 % dari yang akan
dioperasikan selama ini maka tenaga pemasangan bibit harusnya juga ditingkatkan
atau ditambah. Kalau semula diasumsikan
ada 300 orang pekerja pemasang bibit dan meningkat menjadi 400 orang yang
dibutuhkan, kalau tidak tersedia di sekitar sentra produksi rumput laut, maka
harus didatangkan dari luar.
Koperasi jasa pemasangan
bibit rumput laut dan pemeliharaan tali akan menjadi kebutuhan semua
petani. Dengan adanya Koperasi Jasa ini
maka ada kepastian bagi petani untuk segera dipasangkan bibit dan tidak terlalu
lama mengosongkan fondasinya, namun sebaliknya dapat menyegerakan budidaya
rumput laut tepat pada waktunya. Betapa
berartinya waktu sekarang ini, pada saat harga rumput laut sedang bagus
ini. Kalau misalnya harus menunggu waktu
15 hari, itu sama dengan membuang sepertiga hasil yang selama ini diperoleh. Jadi kalau ada jasa penyediaan tenaga untuk
pemasangan bibit rumput laut ini, maka potensi kerugian yang cukup besar itu
bisa dihindari.
Kalau Koperasi ini
didukung oleh 25 orang pemasang bibit, maka dengan kapasitas 20 tali per orang
per hari, maka akan bisa dilakukan pemasangan sebanyak 500 tali bentangan per
hari. Ini suatu angka yang cukup bagus
untuk berjalannya sebuah koperasi. Jika
tenaga ditambah hingga 50 orang, maka kapasitas pemasangan menjadi 1.000 tali
bentangan per hari. Jika Koperasi Jasa
ini mampu merekrut tenaga sampai 100 orang maka tali bentang yang bisa dikelola
menjadi 2.000 tali bentang.
Mengapa kapasitas ikat
bibit menjadi tinggi? Hal ini karena
dilakukan secara bersama-sama dengan posisi kerja lebih baik, sehingga tidak
cepat capek. Selain itu kalau di rumah
sendiri sebenarnya banyak waktu yang terkurangi karena keperluan rumah tangga
dan perhatian yang lainnya. Beda kalau
dilakukan di tempat yang khusus yang tidak terganggu dengan kegiatan
lainnya. Maka untuk angka 20
tali/hari/orang itu sudah termasuk lumayan, baik bagi koperasi maupun
pendapatan para pekerja. Dengan
dikoordinir lebih profesional, maka hasil kerja bisa distandardkan, mutu hasil
pekerjaan dikontrol, waktu pemasangan bibit lebih pasti dan mengurangi
terbuangnya waktu karena harus menunggu giliran. Dengan Koperasi hal ini tidak terjadi lagi.
Untuk menarik para petani
rumput laut menggunakan jasa ini, maka perlu dilakukan atau diberikan nilai
tambah atau daya tarik dan nilai lebih yang lainnya. Nilai manfaat yang lebih baik yang diberikan
kepada pengguna jasa pemasangan bibit itu antara lain adalah :
1.
Waktu lebih
tepat dan cepat
2.
Penanganan
bibit lebih baik dan standar
3.
Standard
pemasangan bibit terjamin
4.
Tali yang akan
dipasang bibit bisa dijemput atau diantar sesuai permintaan petani dengan
dikenai tambahan biaya yang sesuai
5.
Bibit terjaga
dari akibat dehidrasi permukaan bibit secara berlebihan yang menyebabkan
produksinya lambat dan menurun.
6.
Memberikan
treatment khusus pada bibit sehingga berproduksi lebih tinggi dibanding dengan
yang tidak dilakukan treatment.
Treatment yang dimaksud adalah merendam dalam larutan pupuk khusus bagi
memacu pertumbuhan rumput laut.
Treatment ini adalah penawaran tambahan yang bisa diberikan jika
diminta, namun dengan tarif khusus.
Maka jika pelayanan jasa
sudah menjadi kebutuhan, maka profesi pemasangan bibit rumput laut bisa menjadi
alternatif bagi pencari kerja di Nunukan ini.
Bisa jadi eks TKI yang terkena deportasi yang memerlukan pemulihan
setelah mengalami ‘kelabilan ekonomi’ di negeri tetangga, bisa ditampung. Maka dengan ketrampilan khusus yang bisa
dilatih beberapa saat, maka setiap orang akan mampu bekerja di unit jasa
pemasangan bibit rumput laut ini.
Mengapa harus koperasi
? Ini adalah salah satu peluang usaha
yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat yang memang sedang dibutuhkan. Kalau yang menjadi anggota minimal 20 orang,
maka bentuk usaha bersama yang formal dan berbadan hukum adalah suatu badan
usaha koperasi. Dengan koperasi berarti
pendapatan anggota bisa lebih mampu diatur sendiri sesuai kesepakatan bersama. Selain itu tentu kebersamaan dan persatuan
akan membuat kekuatan yang lebih diperhitungkan oleh para pelanggan, terlebih
jika di dalam koperasi ini sudah
membudayakan standard pelayanan yang menghasilkan mutu layanan yang memuaskan
para pelanggannya.
Bagaimana menurut Anda???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar