TEKNOLOGI PENANGANAN RUMPUT LAUT
Oleh : Th. Dwi Suryaningrum
Rumput
laut merupakan salah satu komoditi perikanan Indonesia yang cukup
potensial sebagai penghasil devisa negara. Beberapa jenis rumput laut
yang bernilai ekonomis tinggi dan telah diusahakan adalah rumpu laut
merah (Rhodophyceae) dan rumput laut coklat (Phaeophyceae).
Beberapa
jenis rumput laut yang tergolong Rhodophyceae adalah Gracillaria sp.,
Gellidium sp., Gellidiela sp., dan Gellidiopsis sp. .merupakan penghasil
agar-agar serta Eucheuma sp. yang merupakan penghasil karaginan. Sedangkan jenis rumput lau yang tergolong dalam Phaeophyceae adalah Turbinaria sp. , Sargasuum sp. sebagai penghasil alginat.
Beberapa
jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) telah berhasil dibudidayakan dan
berdampak besar terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat
pesirsir. Jenis rumput laut yang telah berhasil dibudidayakan adalah
jenis Kapphapychus alverezzi atau yang dikenal dengan Eucheuma cottonii.
Rumput laut jenis ini merupakan penghasil karaginan yang banyak
digunakan sebagai bahan baku dan tambahan untuk industry makanan,
minuman, kosmetik, farmasi, cat, tekstil dan lain sebagainya. Oleh
karena itu permintan rumput laut jenis ini meningkat 5 – 10 % setiap
tahunnya. Sedangkan rumput laut Gracillaria sp. yang dibudidayakan di
tambak merupakan penghasil agaragar yang banyak digunakan untuk industri
makanan, media mikrobiologi dan bioteknologi.
Hasil
budidaya rumput laut tersebut selain untuk memenuhi industri rumput
laut di dalam negeri sebagian masih diekspor. Dalam perdagangan, harga
rumput laut ditentukan berdasarkan kualitas atau mutu rumput laut yang
dijual. Rumput laut harus memenuhi standar yang dikeluarkan oleh SNI
1998 , yaitu untuk jenis Eucheuma sp kadar air rumput laut harus
maksimum 35 %, kadar kotor maksimum 5 % dan ratio antara CAW dan kadar
garam terlarut lebih besar dari 1.2. Sedangkan untuk rumput laut jenis
Gracilaria sp. kadar air maksimum 15% dan kadar kotor maksimum 5%.
Untuk mendapatkan mutu rumput laut yang baik maka teknik penanganan
rumput laut harus diperhatiakan sejak pemanenen, pengeringan, pengemasan
dan penyimpanan.
Dalam
perdagangan dikenal berbagai komoditi rumput laut yaitu rumput laut
kering sebagai bahan untuk industri, rumput laut alkali (Alkali Treated
Seaweed atau ATC) dan rumput laut kering tawar. Rumput laut alkali
adalah rumput laut yang telah mendapat proses perendaman dalam larutan
alkali dingin, sehingga diperoleh pikokoloid yang mempunyai sifat fisiko
kimia yang lebih baik. Rumput laut kering tawar adalah rumput laut yang
telah direndam dan dicuci dengan air tawar, biasanya digunakan untuk
makanan seperti bahan es campur, manisan dan dodol rumput laut.
I. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering
Untuk
mendapatkan rumput laut kering yang bermutu, maka beberapa aspek yang
berpengaruh terhadap mutu rumput laut harus diperhatikan antara lain :
1. Pemanenan
Rumput
laut dikatakan bermutu baik, jika mempunyai rendemen serta kekuatan gel
yang tinggi Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu rumput
laut adalah umur panen. Umur panen rumput laut untuk jenis Eucheuma
cottonii adalah 45 - 55 hari (6 – 8 minggu). Hasil penelitian menunjukan
bahwa pada umur tersebut produksi rumput laut paling tinggi dengan
rendemen karaginan serta kekuatan gel yang optimal.
Karaginan
merupakan karbohidrat hasil proses fotosintesa, sebelum umur 45 hari
proses fotosintesa rumput laut digunakan untuk pertumbuhan, sebaliknya
setelah rumput laut berumur lebih dari 50 hari proses fotosintesa
digunakan untuk regenerasi tunas baru. Panen yang
dilakukan sebelum umur panen yang optimal akan berpengaruh terhadap
rendahnya rendemen karaginan serta tingkat kekuatan gel karaginan yang
dihasilkan.
Rumput
laut sebaliknya dipanen pada pagi hari, pada saat cuaca cerah. Untuk
jenis Eucheuma sp. rumput laut dipanen dengan melepas bentangan tali
yang digunakan untuk mengikat rumput laut. Rumput laut kemudian dicuci
dengan air laut untuk membersihkan lumpur atau kotoran lain yang
menempel. Rumput laut kemudian dilepaskan dari
tali pengikatnya, dibersihkan dari benda-benda asing seperti tali rafia,
koral, kekerangan, potongan kayu dan kotoran lainnya, kemudian baru
dijemur.
Untuk
rumput laut Gracilaria sp. sebagai penghasil agar-agar yang
dibudidayakan di tambak panen dilakukan setelah rumput laut berumur 3
bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal thallus,
sehingga sisa thallus dapat tumbuh kembali dan panen berikutnya dapat
dilakukan setelah rumput laut berumur 2 bulan. Rumput laut kemudian
dicuci bersih dengan menggunakan air tambak sehingga lumpur yang
menempel hilang. Sedangkan untuk jenis Sargassum sp sebagai penghasil
alginat yang masih diambil dari alam, sebaiknya panen dilakukan setelah
berumur 4 bulan dengan cara memotong thallusnya. Pemotongan dilakukan
dengan menggunakan alat pemotong berupa pisau dan diambil thallusnya
sepanjang + 30 cm dari ujung thallus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
apabila panjang thallus kurang dari 40 cm, maka alginate yang
dihasilkan memiliki komponen antara manuronat dan guluronat lebih besar
dari satu, sifat tekstur gelnya lebih kenyal dan sangat baik untuk
dignakan sebagai bahan kosmetik Sebaliknya apabila panjang thallusnya
lebih dari 40 cm maka alginat yang dihasikan memiliki ratio antara manuronat dan guluronat kurang dari 1 .
2. Pengeringan
Setelah
dipanen rumput laut harus segera dikeringkan, penundaan pengeringan
akan menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang berakibat menurunnya
mutu karaginan yang dihasilkan. Pengeringan rumput laut sebaiknya
dilakukan ditempat terbuka jauh dari pemukiman penduduk dekat dengan
pantai atau tempat budidaya sehingga cukup mendapat sinar matahari.
Pengeringan sebaiknya menggunakan alas atau tidak langsung di atas
tanah, pasir atau pematang. Pengeringan dengan para-para penjemuran akan
lebih baik, karena dengan pengeringan seperti ini rumput laut lebih
cepat kering dan tidak terkontaminasi pasir atau benda asing lainnya.
Pengeringan
dapat dilakukan selama 2-3 hari atau kadar air mencapai standar
kekeringan untuk rumput laut yang telah ditetapkan SNI yaitu untuk jenis
Eucheuma 32 %, Gracilaria 25% dan untuk Sargassum dan Turbinaria
sebesar 20%. Segera setelah kering rumput laut dibersihkan dari
kristal-kristal garam yang berwarna putih yang terdapat pada permukaan
rumput laut. Adanya kristal garam yang bersifat higroskopis dapat
berakibat menurunnya kadar air rumput laut selama penyimpanan. Yang
perlu diperhatikan adalah selama pengeringan rumput laut tidak boleh kena air hujan, yang dapat menyebabkan menurunnya mutu rumput laut yang dihasilkan.
3. Pengemasan dan Penyimpanan
Rumput
laut yang telah kering selanjutnya dikemas dengan menggunakan kemasan
berupa karung plastik atau goni yang bersih dan bebas dari bahan yang
berbahaya. Oleh karena rumput laut merupakan
bahan yang bersifat mengembang, maka untuk pengemasannya diperlukan alat
pengepres hidrolik sehingga diperoleh kemasan yang berbentuk persegi
empat dengan isi kemasan yang padat dan volume kemasan yang cukup kecil.
Berat kemasan sebaiknya tidak lebih dari 50 kg, sehingga mudah untuk
diangkat. Setelah dikemas rumput laut kemudian diberi label yang memuat
nama rumput laut serta berat masing-masing kemasan. Setelah dikemas
rumput laut dapat langsung dikirim untuk dijual atau disimpan dalam
gudang yang bersih dan tidak lembab. Lantai gudang tempat penyimpanan
sebaiknya diberi pallet kayu. Penempatan rumput laut dalam gudang diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh diding gudang.
II. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering Alkali
Rumput
laut jenis Eucheuma cottonii, akhir-akhir ini banyak diminta dalam
bentuk kering alkali sebagai bahan baku untuk industri karaginan. Rumput
laut yang telah mendapat proses alkali mempunyai mutu yang lebih baik
dibandingkan dengan rumput laut kering biasa. Rumput laut ini diproses
dengan cara perendaman rumput laut segar dalam larutan alkali.
Perendaman dalam larutan alkali dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan
gel pikokoloid yang diperoleh. Prosesnya disebut alkali dingin dan
rumput laut yang telah mendapatkan proses perendaman dalam larutan
alkali ini disebut dengan Alkali Treated Seaweed.
Perendaman dilakukan segera setelah rumput laut
dipanen dan dibersihkan. dengan menggunakan larutan KOH 1.5 – 3 % dalam
bak plastik atau bak semen selama 2 – 3 jam. Setelah proses perendaman
selesai rumput laut kemudian dicuci dengan menggunakan air laut sampai
netral, kemudian dijemur.
Perendaman dalam larutan alkali selain dapat meningkatkan gel pikokoloid yang diperoleh,
juga diperoleh warna rumput laut yang lebih kering serta sifat fisiko
kimia karaginan yang dihasilkan lebih baik dan karaginan yang dihasilkan
lebih putih.
Untuk
rumput laut jenis Sargassum atau Turbinaria perendaman dilakukan dengan
menggunakan larutan KOH 0.1 – 0.2 % selama 60 menit. Perendaman dalam
larutan tersebut selain dapat menghindari terjadinya degradasi alginat,
juga dapat meningkatkan sifat fisiko kimia
alginat yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman
dalam larutan alkali maka viscositas alginat yang dihasilkan dapat
mecapai 5.400 cPs dengan warna laginat yang lebih putih.
III. Teknologi Penanganan Rumput Laut Kering Tawar.
\Komoditi
rumput laut ini biasanya dipasarkan dalam jumlah kecil untuk keperluan
pedagang kecil serta industri makanan rumah tangga. Rumput laut kering
tawar diolah dari rumput laut segar yang baru dipanen dan dicuci dengan
air laut untuk menghilangkan lumpur serta kotoran yang melekat.
Rumput
laut yang sudah dicuci bersih kemudian dimasukkan ke dalam karung dan
diikat. Karung yang berisi rumput laut kemudian direndam dengan
menggunakan air tawar. Apabila didekat tempat budidaya
rumput laut terdapat sungai, maka perendaman dengan menggunakan air
mengalir akan menghasilkan rumput laut kering tawar yang lebih bersih,
putih serta tidak berbau amis. Namun apabila tidak terdapat sungai
perendaman dengan air tawar dapat dilakukan dengan menggunakan bak
perendam yang terbuat dari fiber glass atau bak semen.
Perendaman dapat dilakukan selama 2- 3 hari dengan mengganti
air setiap hari selama perendaman. Setelah proses perendaman selesai
rumput laut kemudian dicuci sampai bersih dan bau amis hilang. Rumput
laut kemudian dijemur dengan menggunakan para-para penjemuran atau
dijemur dengan menggunakan alas.
Penjemuran
sebaiknya dilakukan secara tidak langsung atau ditutup dengan karung
plastik. Dengan cara penjemuran seperti ini maka rumput laut kering
tawar yang dihasilkan lebih putih dan cemerlang. Penjemuran dilakuan
selama 2-3 hari sampai rumput laut kering. Rumput laut yang telah kering
segera dikemas dan siap untuk dipasarkan.
Sumber : http://www.bbrp2b.kkp.go.id/publikasi/bukuputih/Teknologi%20Penanganan%20Rumput%20Laut.pdf
Sumber : http://budidayaukm.blogspot.com/2011/07/teknologi-penanganan-rumput-laut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar