Senin, 20 Agustus 2012

Pemerintah Targetkan Produksi Rumput Laut Olahan 5 Juta Ton


 

Pemerintah Targetkan Produksi Rumput Laut Olahan 5 Juta Ton






Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut olahan mencapai 5 juta ton pada 2014. Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP, mengatakan jumlah rumput laut olahan sebesar itu setara dengan kebutuhan mulai dari rumah tangga, industri bahan bakar nabati, dan 27 industri pengolahan rumput laut nasional.

Saut menjelaskan untuk mencapai target produksi rumput laut olahan sebanyak itu, Indonesia membutuhkan kerja sama dan investasi asing untuk alih teknologi. Salah satunya dari China, yang berhasil memproduksi karagenan atau produk ekstraksi dari rumput laut yang berfungsi sebagai pengemulsi pada produk-produk makanan dan kosmetika.

Dari 27 produsen pengolahan rumput laut nasional, baru satu sampai dua yang bisa memproduksi karagenan. Sisanya hanya mengolah rumput laut menjadi barang dasar atau bahan baku.

“China sangat unggul untuk pengolahan. Kita juga bisa memanfaatkan peluang investasi dengan Prancis dan Jerman untuk bahan baku kosmetik, karena produsen kosmetik asal Prancis selalu mencari rumput laut dari Maluku yang dinilai bagus untuk kesehatan kulit,” ujar dia.

Rumput laut merupakan komoditas hasil perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan sangat potensial meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Indonesia memiliki 45% spesies rumput laut dunia dan merupakan produsen terbesar rumput laut jeniscottonii.

Selain itu rumput laut bisa dikembangkan dengan teknologi sederhana serta kebutuhan modal dan biaya operasional yang relatif kecil. Produk olahannya beragam dan memiliki nilai jual tinggi.   

Tahun ini produksi rumput laut nasional ditargetkan 5,1 juta ton, naik dari 2011 sebanyak 4,3 juta ton. Kemudian pada 2013 ditargetkan mencapai 7,5 juta dan pada 2014 sebesar 10 juta ton.

Produksi rumput laut terutama berasal dari Sulawesi Selatan. Saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam kondisi kering dan baru sekitar 20% yang dapat diserap dan diolah oleh industri dalam negeri. Ekspor rumput laut pada 2011 mencapai US$ 200 juta dan ditargetkan meningkat menjadi US$ 230 juta tahun ini.
 
I Made Arthajaya, Direktur Usaha dan Investasi P2HP KKP, menambahkan pemerintah mendorong pendirian dua pabrik pengolahan produk jadi rumput laut di Blitar dan Mojokerto, Jawa Timur. Investor asing yang diundang untuk berinvestasi di sana antara lain China, Filipina, dan Chile. “Kedua pabrik masing-masing dapat menghasilkan 1.500 ton tepung karagenan per tahun,” ujarnya.

Indonesia masih mengimpor produk olahan rumput laut. Sepanjang 2011, impor karagenan mencapai 1.380 ton, atau 70% dari total kebutuhan dalam negeri. Selain karagenan, Indonesia juga mengimpor 800 ton tepung agar pada tahun lalu. “Mulai tahun ini kami melakukan pengendalian impor produk olahan rumput laut, maksimal 25% kebutuhan. Hingga pertengahan tahun ini, impor karagenan sekitar 100 ton,” jelas Saut.

Masih Terkendala
Safari Azis, Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia, mengatakan sampai saat ini kendala utama dari pengembangan industri rumput laut nasional ada sinergi antara hulu dan hilir. Dia memberi contoh sebagai produsen rumput laut cotonii terbesar dengan lebih dari 50% produksi dunia, Indonesia belum mendapat nilai tambah dari sana.  

Nilai tambah harus melalui industrialisasi. Untuk itu pemerintah dan pelaku usaha hulu sampai hilir harus berkonsolidasi dan membuat strategi yang tepat. Pemerintah perlu menciptakan fondasi kuat untuk menuju industrialisasi. Antara lain pengembangan budi daya, perizinan, jalur distribusi, perdagangan luar negeri, hingga perbaikan kualitas lingkungan perairan.

Safari menambahkan asosiasi siap mendukung pemerintah mengimplementasikan road map yang sedang disusun dengan memperluas organisasi hingga kabupaten/kota terutama di sentra produksi.  Asosiasi juga berupaya menyelesaikan kendala dalam pengurusan prosedur ekspor di KKP yang berwenang mengeluarkan certificate of legal of origin.

Pasar produk rumput laut olahan dalam negeri relatif jenuh sehingga kurang menarik investor untuk membuat pabrik pengolahan rumput laut. Dia memberi contoh, pabrik pengolahan rumput laut jenis cotonii hanya ada dua dan sekitar 8 pabrik pengolahan rumput laut jenis glacillaria. Apalagi saat ini persyaratan ekspor makin ketat, salah satunya ekspor ke China mulai Juni harus memenuhi persyaratan sertifikat kesehatan. Karena itu asosiasi meminta pemerintah mendorong pengembangan pasar dalam negeri. (*)

Oleh Diah Yossie Wiranti & Sopia Siregar
Sumber : http://agro.kemenperin.go.id/839-Pemerintah-Targetkan-Produksi-Rumput-Laut-Olahan-5-Juta-Ton
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar