Jumat, 20 Januari 2012

Agar Kualitas Karaginan Tidak Memburuk

Kualitas Karaginan Memburuk

Setidaknya ada 20 industri pengolahan ATC (Alkali Treated Cotonii) dan semi-refine karaginan yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, meski skala pengolahannya masih kecil, terdapat juga pabrik pengolahan refine karaginan di Mataram dan Surabaya. Tiga proses pengolahan tersebut mampu menghasilkan produk antara yang digunakan sebagai bahan campuran berbagai industri lain seperti makanan, obat-obatan, kosmetik, dan pakan ternak.

Menurut Peneliti Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, Jamal Basmal, dalam pengolahan rumput laut, parameter utama yang menentukan kualitas adalah kekuatan gel (gel strength). Disebut Jamal, standar internasional nilai kekuatan gel minimal 500 gram/cm2. Umumnya permintaan dari industri sekitar 600-700 gram/cm2. Dan sayangnya, kerap kali kualitas hasil panen para pembudidaya rumput laut tanah air masih di bawah standar yang disyaratkan industri pengolah. Tak jarang rumput laut hasil budidaya hanya memiliki kekuatan gel 200 gram/cm2.


















Bahan Kimia Perbaiki Gel Strength

Selama ini, rendahnya kualitas hasil panen umumnya oleh industri pengolahan jamak disiasati dengan penggunaan bahan kimia KOH dan KCL. ?Perendaman dengan larutan basa (KOH) dan

KCl mampu meningkatkan kekuatan gel produk olahan rumput laut,? kata Jamal.
Lebih jauh Jamal menjelaskan teknis pengolahan rumput laut. ?Khusus untuk jenis Euchema cotonii, yang diambil hanya unsur karaginan (K2SO4). Sementara unsur sulfat, selulosa, dan mineral lainnya harus dihilangkan.? Pengolahan pasca panen dimulai dari pencucian rumput laut dengan air laut, dilanjutkan penjemuran sampai kadar air di level 30%. Selanjutnya bahan baku ini masuk proses pengolahan pabrikasi. Ada 3 bentuk hasil olahan yaitu ATC berbentuk chip (serpihan), semi-refine karaginan dan refine karaginan berbentuk bubuk atau tepung.


Proses produksi ATC dimulai dengan merendam kotoni dalam larutan basa KOH panas, kemudian dicuci dengan air tawar bersih sampai nilai pH-nya nol. Setelah itu dikeringkan dan dipotong-potong berbentuk chip. Dari 4 kg rumput laut kering (kadar air 36-38%) dapat dihasilkan 1 kg ATC. Harga rumput laut kering sekitar Rp 8 ribu per kg, sedangkan ATC harganya US$ 5 sampai US$ 6 per kg. Produk ATC ini dapat diolah lagi menjadi refine karaginan, dengan diawali pemanasan pada suhu 90-950C selama 3 jam sampai menjadi bubur dan kemudian di-press sampai keluar cairan bening. Cairan bening inilah yang ditambah KCl dengan tujuan memperbaiki gel strength. Sementara ampasnya bisa diolah sebagai pupuk, briket, atau bentuk olahan lainnya.


Pasca pemberian KCl, produk jadi berbentuk bubuk yang dikenal dengan kappa karaginan akan memiliki gel strength lebih besar dari 900 gram/cm2! Produk ini biasa digunakan sebagai bahan campuran makanan, farmasi, dan kosmetik. Satu kg ATC dapat menghasilkan 0,8 kg kappa karaginan dengan harga US$ 10 sampai US$ 12.

Tetapi Jamal mengingatkan, proses pengolahan rumput laut skala industri memanfaatkan KOH ini harus memperhatikan limbah hasil pencucian. Pasalnya larutan basa tersebut cukup berbahaya apabila dibuang begitu saja. Pabrik pengolahan rumput laut mutlak menuntut instalasi pengolahan limbah.


Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=13&aid=1798

Tidak ada komentar:

Posting Komentar