Jumat, 06 Mei 2011

PENANGANAN PASCA PANEN DI KABUPATEN PACITAN

PENANGANAN PASCA PANEN

1. Pemanenan

Rumput laut yang dibudidayakan di Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan umumnya adalah jenis Euchema cottoni, akan tetapi bila dalam kurun waktu tertentu penyediaan bibit Euchema cottoni tidak ada akibat telatnya pasokan bibit maka para petani rumpit laut desa Sidomulyo juga menanam jenis Euchema spinosum untuk mengisi kekosongan tersebut.

Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia juga terlihat makin pesat. Diantara industri agar yang ada kemudian sekarang juga memproduksi karagenan, serta adanya industri baru yang sengaja dikembangkan untuk produksi karegenan di beberapa kota seperti Surabaya, Ujung Pandang, Jakarta dan Bali. Industri-industri ini menyerap produksi rumput laut yang dibudidayakan oleh para nelayan di berbagai perairan pantai/kepulauan melalui para perantara yang berfungsi sebagai pengumput. Data mengenai ekspor rumput laut dari Indonesia yang tercatat pada Biro Pusat Statistik menunjukkan keadaan semenjak tahun 1990 seperti pada table berikut ini.

Terlihat bahwa permintaan luar negeri, terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 sebesar 10.779 ton dengan total nilai (FOB) US $ 7,16 juta yang terus meningkat hingga pernah mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan total nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah ekspor ini tercatat turun kembali pada tahun 1996 dan berikutnya yang mungkin diakibatkan adanya perubahan pola perdagangan rumput laut di Indonesia dimana rumput laut kemudian diolah dan diekspor dalam bentuk tepung karagenan. Ekspor karagenan pada waktu ini menurut sejumlah produsen di Indonesia akan dapat terus meningkat mengingat makin, meluasnya kegunaan dan permintaan dana. Tabel Perkembangan Total dan Nilai Ekspor Rumput Laut dari tahun 1990 sampai 1998 dapat dilihat pada table 7.

Tabel 7.
Perkembangan Total dan Nilai Ekspor Rumput Laut
Tahun------ Total Ekspor (Kg)------ Nilai(FOB US$)
1990 -------10,779,204 ------------- 7, 162,610
1991--------10,772,486 ------------- 5,288,124
1992 ------- 11,331,261 ------------- 4,927,382
1993 ------- 16,132,086 ------------ 8,092,333
1994 ------- 16,818,820 ------------- 8,177,952
1995 ------- 28,104,654 ------------ 21,307,593
1996 ------- 17,526,321 ------------ 13,431,278
1997 ------- 11,494,432 ------------- 6,907,405
1998 -------- 4,425,798 ------------- 2,911,996

Source: Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Ekspor, Biro Pusat Statistik Dikumpulkan dari Buku Tahun 1990-1998

Berdasarkan jenis tanamannya dapat dikemukakan bahwa porsi terbesar yaitu Cottoni (70%), Gigartina (12%), Spinosum (8%), Chondorus (2%) dan Furcellaria (1%) yang masing-masing jenis mempunyai tipe karaginan tersendiri. Jenis rumput laut dan tipe karaginan dapat dilihat pada table.

Tabel 8. Jenis Rumput Laut dan Tipe Karaginan
No. Jenis Rumput Laut Jenis karaginan
1. Fucellaria Beta
2. Chondorus Kappa / Lambda
3. Gigartina Kappa-2 / Lambda
4. Cottoni Kappa
5. Spinosum Iota

Jenis yang potensial diantaranya E. cottoni dan E. spinosum. Kedua jenis ini secara luas diperdagangkan, baik keperluan bahan baku industry dalam negeri maupun ekspor. Sedangkan E. edule dan Hypnea sp hanya sedikit sekali diperdagangkan dan tidak dikembangkan dalam usaha budidaya. Sebaliknya E.cottoni dan E. spinosum dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari kedua jenis tersebut E.cottoni yang paling banyak dibudidayakan karena permintaan pasar yang sangat besar ( Ohno, 1995).

Proses pemanenan rumput laut yang dilakukan oleh petani ditunjukkan pada gambar

Gambar . Proses pemanenan rumput laut oleh petani

Rumput laut spesies Eucheuma cottonii mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideophycidae
Bangsa : Gigantinales
Suku : Solieraceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma Cottonii ( Gambar 4. Eucheuma Cottonii)
Spesies : Eucheuma alvarezii (Doty) atau Kappaphycus alvarezii (Doty).

Spesies Kappaphycus alvarezii (Doty), merupakan nama yang telah diperbaharui dari Eucheuma alvarezii (Doty). Dinamakan demikian karena kandungan akhirnya adalah kappa karaginan, sedangkan Eucheuma cottonii adalah nama komersial dari Kappapycus alvarezii (Doty, 1986)

Untuk mendapatkan rumput laut kering yang berkualitas baik maka usia dari rumput laut yang akan dipanen harus diperhatikan. Pemanenan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat berakibat pada turunnya kualita rumput laut. Hal ini didukung oleh pernyataan yang menyatakan bahwa panen merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan budidaya. Karena itu panen harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang memenuhi permintaan pasar secara kualitas dan kwantitas (Mubarak et al, 1990)

Di desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan , pemanenan dilaksanakan setelah umur dari rumput laut sudah mencapai umur 45 hari. Menurut Katlan (2010), pemanenan rumput laut yang biasanya dilakukan oleh petani di kabupaten Pacitan berkisar antara umur 6 – 8 minggu setelah penanaman atau sekitar 45 hari.

Pemanenan rumput laut dilaksanakan dengan cara melepas tali-tali tunggal pada pasak maupun rakit yang berisi rumput laut dan kemudian dimasukkan pada perahu dan kemudian perahu di tepikan pada pantai. Selanjutnya, rumput laut dari perahu-perahu tersebut diangkut menggunakan gerobak untuk dilepaskan tali-tali yang mengikat dirumput laut tersebut yang sekaligus dilakukan pemotogan rumput laut antara yang mau dijemur dengan yang akan ditanam kembali. Pemanenan dengan cara di atas yaitu dengan mengangkut seluruh tanaman dari rakit mempunyai beberapa keuntungan tersendiri yaitu penanaman kembali dilakukan dengan memilih bagian ujung tanaman yang masih muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi dan bagian pangkal tanaman merupakan hasil panen dengan jumlah kandungan karagianan tinggi (Aslan 1998) Untuk proses pengangkutan rumput laut dari kapal setelah dipanen menuju tempat penjemuran dapat dilihat pada gambar .


Sedangkan Proses pelepasan tali sekaligus pemotongan rumput laut yang akan ditanam kembali dengan hasil panen di tunjukkan pada gambar


2. Proses Penanganan Pasca Panen

Proses penanganan pasca panen rumput laut di desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan bisa dibilang masih cukup minim dimana proses penanganan pasca panennya hanya meliputi pencucian dengan air laut, penjemuran, pengsortiran, penimbangan dan pengemasan akan tetapi apabila ada permintaan pasar yang meminta produk pasca panen rumput lautnya meliputi proses perendaman air tawar guna menghilangkan atau mengurangi kadar garam pada rumput laut maka petani disana juga akan melakukan proses penanganan pasca panen meliputi pencucian(air laut) dan perendaman (air tawar), penjemuran tahap awal, penggaraman, penjemuran tahap ke dua dan setelah itu penggemasan. Akan tetapi cara yang kedua ini sangat jarang dilakukan oleh petani disana dengan pertimbangan mempermudah serta mempercepat proses penanganannya.

2.1 Pencucian dengan air laut

Rumput laut yang sudah dipanen, dicuci dengan menggunakan air laut sampai bersih kemudian dijemur hingga 2 – 3 hari tergantung kondisi cuaca saat itu. Pencucian rumput laut setelah dipanen dengan air laut ini dimaksudkan untuk membersihkan rumput laut dari kotoran-kotoran yang menempel. Petani desa Sidomulyo melakukan pencucian rumput laut dengan air laut dimaksudkan agar supaya warna rumput laut tidak memudar sebab apabila rumput laut dicuci dengan air tawar akan menyebabkan perubahan warna. Selain itu hal ini dilakukan karena para pembeli biasanya kebanyakan meminta kondisi rumput laut kering dalam kondisi kering tanpa pencucian dengan air tawar.

2.2 Penjemuran

Proses selanjutnya adalah pengeringan atau penjemuran. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air pada bahan tersebut dengan menggunakan energy panas (Desrosier, 1988). Pengeringan atau penjemuran yang dilakukan oleh petani desa Sidomulyo adalah dengan menggunakan panas dari sinar matahari. Pengeringan hasil panen dilakukan di bawah sinar matahari langsung dengan menggunakan anjangan dari bamboo agar hasil panen tidak tercampur dengan pasir, tanah atau benda-benda lainya. Pengeringan dilaksanakan selama siang hari pada cuaca cerah dan pada malam hari atau waktu hujan, hasil panen ditutup supaya tidak tercampur dengan air hujan maupun embun.

Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering (oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah dan praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 - 3 hari, tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk menghindari tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil dan lain-lain. Setelah kering dan bersih dari segala macam kotoran maka rumput laut dimasukkan kedalam karung plastik untuk kemudian siap dijual atau disimpan di gudang. Pada waktu penyimpanan hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar. Proses penjemuran dan penyimpanan sangat perlu mendapat perhatian, karena meskipun hasil panennya baik akan tetapi bila penanganan pasca panennya kurang baik maka akan mengurangi kualitas rumput laut (Sujatmiko W dan Angkasa W, 2009)

Agar rumput laut yang dikeringkan tidak kotor oleh tanah pada saat penjemuran maka para petani rumput laut menggunakan alas berupa terpal atau dengan anjangan dari bamboo. Gambar proses pengeringan rumput laut ditunjukkan pada gambar.


Proses penjemuran atau pengeringan rumput laut berlangsung dari pagi sampai sore hari. Menjelang sore hari rumput laut yang dijemur ini ditutup dengan terpal untuk menghindari embun atau hujan. Hujan merupakan kendala yang dialami oleh para petani rumput laut. Hal ini bias membuat proses pengeringan rumput laut menjadi lebih lama. Selain itu air hujan juga bias menurunkan kualitas rumput laut yang dijemur. Menurut Doty et al (1987), menyebutkan bahwa hujan akan mengakibatkan terlarutnya kembali sebagian kecil partikel dan mengakibatkan warna rumput laut menjadi pudar.

Pada saat pengeringan, rumput laut juga dibolak-balik agar kekeringannya merata dan juga dilakukan sortasi. Tujuan dari sortasi adalah untuk membersihkan hasil panen dari benda-benda seperti pasir, rafia, plastic dan jenis rumput laut lainnya. (Atmadja, 1996). Sedangkan rumput laut yang sudah dijemur dalam kurun 1 hari dapat dilihat pada gambar

Gambar . Proses penjemuran rumput laut

2.3 Pengemasan

Rumput laut yang sudah kering dan bersih kemudian dimasukkan ke dalam karung plastic maupun karung bekas dan dipadatkan. Jarum dan tali rafia dipergunakan untuk menutup karung plastic bagian atas dengan cara disulam. Bila pengemasan telah selesai maka rumput laut segera di jual ke pengepul kecil.

Berdasarkan SmallCrab(2008), pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas. Pengemasan berfungsi mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.

Sedangkan tujuan dari pengemasan sendiri antara lain sebagai :
• Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.
• Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.
• Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.
• Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan.
• Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan.
• Mendukung perkembangan makanan siap saji.
• Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.

Berdasarkan pengamatan pada saat praktek kerja lapang, dapat diketauhi bahwa kegiatan pengemasan yang dilakukan oleh petani rumput laut di desa Sidomulyo tidak memperhatikan hal-hal di atas. Kebanyakan karung-karung plastic yang digunakan sebagai bahan pengemas tidak memenuhi ketentuan, misalnya ada karung plastic yang berlubang, warnanya sudah pudar dan terkadang pula bagian luar kotor bekas tanah.

Di tempat penjualan rumput laut, karung plastic berisi rumput kering ditimbang dengan menggunakan timbangan duduk. Rumput laut dihitung berdasarkan harga per kg.

3. Penyimpanan Di Gudang

Rumput laut milik petani-petani Desa Sidomulyo yang sudah dibeli oleh pengepul kecil selanjutnya ditampung pada gudang penyimpanan milik kelompok tani Tawang Sari dimana pengepul tersebut melaukan system penyewaan tempat kepada kelompok tani tersebut. Hal ini dilakukan karena pengepul sendiri tidak mempunyai gudang dalam jumlah besar untuk menampung hasil panen milik petani serta memudahkan pengepul sendiri dalam membeli rumput laut karena ditempat inilah para petani lebih mudah ditemui. Selanjutnya pengepul hanya akan melakukan penimbangan saja sebelum rumput laut di jual ke pengepul besar maupaun ke pabrik-pabrik.

3.1 Penimbangan

Tujuan dari penimbangan adalah untuk menentukan berat rumput laut kering tiap karung plastic yang akan dikirim ke gudang sebelum dijual ke pengepul besar maupun pabrik-pabrik.Timbangan yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas maksimum adalah 300 Kg. Biasanya pengepul hanya mampu mendapatkan sekitar 10-15 ton rumput laut kering dari tingkat petani karena harus bersaing dengan beberapa pengepul lainnya.

"Semoga Sedikit Informasi Tersebut dapat Berguna bagi Kawan-kawan Semuanya"


2 komentar:

  1. terimakasih banyak infonya ya mas, berguna bgt untuk pembuatan laporan praktikum & pengetahuan tentang rumput laut :)

    BalasHapus
  2. macam mana nak beli ya?
    saya ni orang malaysia.
    berapa ya harganya...
    boleh engga emailkan ke saya harganya ikut wang malaysia..
    kiranya saya berkenan nak beli kalau harganya memuaskan hati..terima kasih

    lydia_frez@yahoo.com

    BalasHapus