Indonesia memiliki 17.508 pulau dan garis pantai 81,000 kilometer merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Letak geografis yang strategis di daerah tropis menjadikan negeri bahari ini kaya dengan berbagai ragam pesona lautnya. Raja Empat, Bunaken, Wakatobi dan Kapoposang menarik ribuan wisatawan asing dan domestik menikmati warna-warni ikan hias yang “menari-nari” berkejaran dibalik keindahan terumbu karang.
Tak kalah penting dengan wisata bahari, produksi hasil laut telah mengangkat negeri bahari dalam posisi terhormat. Indonesia dikenal sebagai produsen rumput laut cottonii terbesar dunia sejak tahun 2008, yang sebelumnya didominasi Philippines.
Meskipun demikian masih diperlukan usaha dan pemberian nilai tambah serta perbaikan berkelanjutan untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen hasil olahan cottonii yang saat ini masih di dominasi Philippines. Sampai saat ini, Indonesia hanya mengolah sekitar 15% cottonii kering menjadi ATC, SRC dan RC (Karaginan) sehingga nilai tambahnya belum banyak dinikmati di dalam negeri.
Menurut dua pakar rumput laut dunia - Porse dan Bixler, posisi Indonesia sebagai produsen cottonii kering tidak akan terkalahkan oleh negara lain. Produksi cottonii kering dunia tahun 2009 sebesar 160,000 ton dengan kebutuhan pasar cottonii kering menurut Cybercolloids sekitar 200.000 ton.
Artinya masih ada kekurangan produksi 40.000 ton yang bisa dipenuhi oleh Indonesia. Data dari Cybercolloids menunjukkan produksi cottonii kering Indonesia sebesar 87.000 ton atau 54% produksi cottonii kering dunia. Produksi cottonii kering masih bisa ditingkatkan karena negeri bahari ini mempunyai lokasi tanam cottonii yang masih luas untuk ekspansi, terutama di Indonesia Timur.
Cottonii merupakan bahan baku kappa-karaginan, tepung rumput laut yang multi fungsi untuk berbagai industri seperti industri pangan, pakan ternak, kosmetik dan farmasi. Produk yang sering menggunakan karaginan diantaranya, produk olahan seperti sosis, es krim, pasta gigi, whiskas, pedigree, lotion, cream, body scrub serta nutraceuticals.
Selain cottonii, tak kalah penting adalah produksi ikan. Salah satu jenis ikan yang paling banyak diburu pasar internasional dari lautan Indonesia adalah ikan tuna. Menurut Voice of Indonesia (VOI), ekspor tuna Indonesia ke Jepang tahun 2009 lalu mencapai 116 juta dollar US dari total ekspor 620 juta dollar US.
Dari satu jenis ikan saja negeri bahari ini telah mendapatkan ratusan juta dollar US. Belum lagi dari ekspor hasil laut lainnya seperti ikan hias, cumi-cumi, lobster, kerapu, abalon, teripang, mutiara dan rumput laut. Tuna dan cottonii Indonesia telah menguasai pasar dunia. Mampukah negeri ini berjaya sebagai penguasa ekonomi dan hasil laut dunia?
Tidak ada yang tidak bisa. Potensi dan sumberdaya telah tersedia. Selama pemangku kepentingan bisa bekerja sama dengan koordinasi lintas sektoral dalam tata kelola yang terintegrasi, profesional, transparan, etis dan berkelanjutan; dapat dipastikan Indonesia mampu menjadi penguasa ekonomi dan hasil laut dunia. Bagaimana menurut Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar